Akhir minggu kedua di bulan juni, bulan terakhirku disini, Perugia. Sebuah kota indah di atas bukit yang akan menjadi sejarah dalam hidup, bahwa pernah diatasnya aku berpijak dalam langkah panjang memperturutkan apa yang dikatakan hati. Lalu apa yang tertinggal?saat akan meninggalkannya akhir bulan ini tiba-tiba terbersit sebuah pertanyaan itu.
Aku pulang membawa hati yang dalam sebuah ruangannya telah terisi akan kisah penuh warna yang nantinya akan terus kubawa dalam langkahku melanjutkan hidup. Tapi apa yang tertinggal di Perugia?akankah setelah aku pergi..Perugia adalah Perugia, sama..sebelum aku datang ataupun sesudah aku pergi?
Hmm..entahlah..
ci mancherai…(kami akan merindukanmu!kyaaa..) begitu ujar sahabat-sahabat yang hanya mengenalku dalam waktu tiga bulan. Ah..che bella parola..
Semakin mendekati hari kepulanganku, kadang ada rasa yang menyeruak dalam hatiku yang tak kumengerti. Dan beberapa rentetan peristiwa kembali mengingatkanku..
“Insegnami, kecak (ajari aku kecak!)!” ia berkata seperti biasanya, tanpa ekspresi saat kami melaju menuju Gubbio. Ah, aku kaget sejenak, Kecak??hmm..ya ampun mana bisa aku kecak, ke Balipun aku belum pernah..ah, memalukan!
Aku pulang membawa hati yang dalam sebuah ruangannya telah terisi akan kisah penuh warna yang nantinya akan terus kubawa dalam langkahku melanjutkan hidup. Tapi apa yang tertinggal di Perugia?akankah setelah aku pergi..Perugia adalah Perugia, sama..sebelum aku datang ataupun sesudah aku pergi?
Hmm..entahlah..
ci mancherai…(kami akan merindukanmu!kyaaa..) begitu ujar sahabat-sahabat yang hanya mengenalku dalam waktu tiga bulan. Ah..che bella parola..
Semakin mendekati hari kepulanganku, kadang ada rasa yang menyeruak dalam hatiku yang tak kumengerti. Dan beberapa rentetan peristiwa kembali mengingatkanku..
“Insegnami, kecak (ajari aku kecak!)!” ia berkata seperti biasanya, tanpa ekspresi saat kami melaju menuju Gubbio. Ah, aku kaget sejenak, Kecak??hmm..ya ampun mana bisa aku kecak, ke Balipun aku belum pernah..ah, memalukan!
Terbersit rasa bersalah, begitu jauh aku melakukan perjalanan ke negri orang dan menjelajahi kota-kotanya, membuatku sadar betapa sedikit penjelahanku di negriku sendiri. Sedetik kemudian timbul sebuah rasa penasaran kenapa ia minta diajari kecak. Ternyata dia tengah belajar menari kecak untuk sebuah tugas di universitasnya, dan dia memilih kecak sebagai bahan tugasnya. Ah,Indonesia…aku bangga menjadi warga negaranya.
“Che bella, collana, signorina?da Indonesia? E cosa significa?(wah, kalungnya bagus banget, buatan Indonesia? apa maknanya?. Sig.Fulvio Bifarini, dosen oral italianoku memuji kalung yang aku pake. Kya..sebuah kalung dari kayu nan eksotis yang aku beli di emperan Malioboro. Bentuknya yang eksotis dan cita rasa tradisionilnya yang kentara membuat mataku yang tengah menjelajah pernak-pernak di Malioboro terpesona dan langsung membelinya. Dan ternyata bukan hanya aku saja yang terpesona , yah..produk Indonesia memang banyak yang memikat hati bangsa lain. Banyak produk buatan Indonesia yang kutemukan di sini, temanku dari jepang, dengan gayanya yang kocak menunjukkan sepatunya yang made in Indonesia, temanku dari cina yang baru membeli topi di perugia..eit ternyata made in Indonesia!wew…
Dan begitu pula banyak komentar yang menyenangkan saat aku memakai kain syal khas Nusa tenggara timur yang dihadiahi seorang sahabat dari soe, hmm kain khas Indonesia. Sayang, sebelum berangkat aku tidak sempat membeli syal batik untuk kupakai di sini.
“Che bella, collana, signorina?da Indonesia? E cosa significa?(wah, kalungnya bagus banget, buatan Indonesia? apa maknanya?. Sig.Fulvio Bifarini, dosen oral italianoku memuji kalung yang aku pake. Kya..sebuah kalung dari kayu nan eksotis yang aku beli di emperan Malioboro. Bentuknya yang eksotis dan cita rasa tradisionilnya yang kentara membuat mataku yang tengah menjelajah pernak-pernak di Malioboro terpesona dan langsung membelinya. Dan ternyata bukan hanya aku saja yang terpesona , yah..produk Indonesia memang banyak yang memikat hati bangsa lain. Banyak produk buatan Indonesia yang kutemukan di sini, temanku dari jepang, dengan gayanya yang kocak menunjukkan sepatunya yang made in Indonesia, temanku dari cina yang baru membeli topi di perugia..eit ternyata made in Indonesia!wew…
Dan begitu pula banyak komentar yang menyenangkan saat aku memakai kain syal khas Nusa tenggara timur yang dihadiahi seorang sahabat dari soe, hmm kain khas Indonesia. Sayang, sebelum berangkat aku tidak sempat membeli syal batik untuk kupakai di sini.
Tempat pensil rajutan khas kalimantan yang selalu kubawa, bukan hanya sekali dikomentarin..”che bella”hmm cantiknya..dan ada pula yang memintanya sebagai hadiah. Ah, andai saja itu bukan hadiah dari sahabatku di Martapura, akan kuberikan sebagai kenang-kenangan.
Ah, aku tahu apa yang akan masih tertinggal disini setelah aku pergi…masih akan tertinggal di benak orang-orang yang mengenalku, sebuah nama…Indonesia!!. Dan bila mendengar kata Indonesia, mereka tidak lagi hanya akan berkomentar dan mengingat
“oh negri yang banyak gempa bumi itu ya? Atau ah..yang pernah terjadi tsunami?..atau..ah..terorisme!!
Tidak, aku yakin tidak...mereka akan mengingat Indonesia sebagai negeri dengan kepulauannya yang banyak dengan budayanya yang beraneka. Indonesia, ya..nun jauh di sana. Dan aku membawa sebuah titik representasi negriku dalam sebuah bejana bernama Perugia tempat bercampurnya segala bangsa, ras, agama. Ada banyak cerita yang kubaca di blog mahasiswa yang belajar di luar negri, mereka mempunyai pengalaman bahwa banyak orang dari negara lain yang menganggap mereka penuh semangat, selalu gembira, ramah dan berwarna. Dan ya, sekarang aku mengerti mengapa mereka merasakan hal tersebut. Karakter orang Indonesia yang boleh dibilang hidup membuat orang-orang Indonesia sering mendapat anggapan tersebut.
“siete sempre allegra!” (kalian terlihat selalu gembira) kata sahabatku saat kami harus menunggu kereta berikutnya selama 2 jam di stasiun terontola jam 11 malam. Kya..memangnya harus bagaimana?ya namanya hidup memang harus berbenturan dengan hal-hal yang tak terduga, itulah menarik dan uniknya hidup dan dari peristiwa-peristiwa itulah kita bisa belajar banyak.
Entahlah, dalam setiap perjalanan, ada saja pengalaman yang mengesankan. Ngobrol dengan wanita peru yang bekerja di Milan saat kami tengah sama-sama menanti metropolitana. Berbasa basi lumayan lama dengan seorang remaja dari New york yang tengah berkelana seorang diri menghabiskan masa liburannya di Itali saat kami bertemu di youth hostell, Milan. Dan juga hadiah Tuhan lewat tangan dua orang ibu yang memberikan kami tiket vaporettinya pada kami saat di Venezia.
Kebiasaan kami untuk bertegur sapa membawa kami dalam pertukaran budaya yang menyenangkan, walaupun sejenak. Dan kami selalu bangga, saat menyebutkan..kami dari Indonesia.
Ah..ada nada penuh sentimentil yang telah terasa saat akan beranjak pergi. Entah kapan lagi bisa merasakan dunia yang sama sekali lain dari dunia yang selama ini mengelilingiku. Ayo buatlah janji kapan kita akan bertemu di jepang tahun depan!! Desak sabahat-sahabat jepangku. Dengan semangat mereka menjelaskan letak kota-kota serta hal-hal yang menarik di sana, atau aki,seorang sahabat dengan begitu baiknya memberikanku saran universitas mana yang bagus untukku melanjutkan studiku, karena ayahnya adalah juga seorang dosen biologi di jepang. Lain lagi Yuta, yang menghadiahiku sebuah CD yang penuh dengan lagu-lagu jepang..kyaa..baiknya. Dan Yuzuke..yang membawakanku sebuah kisah yang ingin kusimpan tanpa ingin mengubahnya, dan memang begitulah seharusnya..kyaaa…
Ah..entahlah, entah impian selanjutnya akan membawaku kemana.
Ah, aku tahu apa yang akan masih tertinggal disini setelah aku pergi…masih akan tertinggal di benak orang-orang yang mengenalku, sebuah nama…Indonesia!!. Dan bila mendengar kata Indonesia, mereka tidak lagi hanya akan berkomentar dan mengingat
“oh negri yang banyak gempa bumi itu ya? Atau ah..yang pernah terjadi tsunami?..atau..ah..terorisme!!
Tidak, aku yakin tidak...mereka akan mengingat Indonesia sebagai negeri dengan kepulauannya yang banyak dengan budayanya yang beraneka. Indonesia, ya..nun jauh di sana. Dan aku membawa sebuah titik representasi negriku dalam sebuah bejana bernama Perugia tempat bercampurnya segala bangsa, ras, agama. Ada banyak cerita yang kubaca di blog mahasiswa yang belajar di luar negri, mereka mempunyai pengalaman bahwa banyak orang dari negara lain yang menganggap mereka penuh semangat, selalu gembira, ramah dan berwarna. Dan ya, sekarang aku mengerti mengapa mereka merasakan hal tersebut. Karakter orang Indonesia yang boleh dibilang hidup membuat orang-orang Indonesia sering mendapat anggapan tersebut.
“siete sempre allegra!” (kalian terlihat selalu gembira) kata sahabatku saat kami harus menunggu kereta berikutnya selama 2 jam di stasiun terontola jam 11 malam. Kya..memangnya harus bagaimana?ya namanya hidup memang harus berbenturan dengan hal-hal yang tak terduga, itulah menarik dan uniknya hidup dan dari peristiwa-peristiwa itulah kita bisa belajar banyak.
Entahlah, dalam setiap perjalanan, ada saja pengalaman yang mengesankan. Ngobrol dengan wanita peru yang bekerja di Milan saat kami tengah sama-sama menanti metropolitana. Berbasa basi lumayan lama dengan seorang remaja dari New york yang tengah berkelana seorang diri menghabiskan masa liburannya di Itali saat kami bertemu di youth hostell, Milan. Dan juga hadiah Tuhan lewat tangan dua orang ibu yang memberikan kami tiket vaporettinya pada kami saat di Venezia.
Kebiasaan kami untuk bertegur sapa membawa kami dalam pertukaran budaya yang menyenangkan, walaupun sejenak. Dan kami selalu bangga, saat menyebutkan..kami dari Indonesia.
Ah..ada nada penuh sentimentil yang telah terasa saat akan beranjak pergi. Entah kapan lagi bisa merasakan dunia yang sama sekali lain dari dunia yang selama ini mengelilingiku. Ayo buatlah janji kapan kita akan bertemu di jepang tahun depan!! Desak sabahat-sahabat jepangku. Dengan semangat mereka menjelaskan letak kota-kota serta hal-hal yang menarik di sana, atau aki,seorang sahabat dengan begitu baiknya memberikanku saran universitas mana yang bagus untukku melanjutkan studiku, karena ayahnya adalah juga seorang dosen biologi di jepang. Lain lagi Yuta, yang menghadiahiku sebuah CD yang penuh dengan lagu-lagu jepang..kyaa..baiknya. Dan Yuzuke..yang membawakanku sebuah kisah yang ingin kusimpan tanpa ingin mengubahnya, dan memang begitulah seharusnya..kyaaa…
Ah..entahlah, entah impian selanjutnya akan membawaku kemana.
0 Comments: