- Aku senang karena setiap anggota Laskar pelangi telah menemukan dirinya sendiri, telah menemukan cintanya masing-masing, kecuali aku. Ajaib, mereka tak pernah kemana-mana, tak pernah meninggalkan sudut bumi di pulau terpencil ini, tapi menemukan semua yang mereka cari. Sementara aku, telah melintasi samudra, berbagai negeri yang jauh, dan benua-benua yang asing, tapi tak menemukan apapun, tidak juga cinta itu, sungguh menyedihkan (Maryamah Karpov-hal 268).
Seperti itulah lebih kurang rasa yang menyeruak (sebentar) dan menyerukan lagi kewajaran tentang standar-standar hidup manusia. Saat menghadiri pesta pernikahan teman seangkatan (Indri vs Anggoro BIO UNSOED’99), karena keduanya adalah temanku seangkatan maka wajar saja bila pesta pernikahan tersebut laiknya reuni bagi kami angkatan 99. Bagi para penghuni jagat yang berdomisili Purwokerto dan sekitarnya rasanya wajib untuk datang untuk memberikan doa dan restu untuk mempelai berdua. Sapa hangat dan kangen-kangenan di antara kami merupakan kemewahan yang jarang bisa terjadi. But everyone seems different!
Yup, that’s what I feel…
- Kumpul lagi, Nana, Lingga,Yuyun dan her son,Iin, Aku, Gufi kepotong hehe-
Entah rumus kecepatan apa yang mereka terapkan dalam hidup, rasanya berjumpa dengan mereka seperti menarik tuas mesin waktu. Berolah alih antara ke belakang dan masa kini, aneh!.
Bergandeng dengan suami ataupun istri menjadi pemandangan yang wajar. Tidak sedikit yang membopong sang buah hati yang masih bayi, ataupun menuntun mereka yang telah beranjak besar. Dengan penampilan yang berbeda (sangat) dari yang terakhir kali kulihat dulu saat lulus kuliah, dengan jalur hidup berbeda, entah dengan cara pandang dan pemikirannya, aku tak sempat mengobrol sejauh itu tentu saja. Sempat terhenyak melihat bagaimana teman-teman sudah banyak berubah.
- Nana, Nanik gendong anaknya yuyun-
‘ In, rasanya mereka telah jauh melangkah. Tapi kita tetap sama seperti dulu” ujarku berbisik-bisik mencoba mengalahkan musik gamelan jawa yang mengiringi perhelatan siang itu di gedung BPD, Purwokerto.
Eh, entahlah. Mungkin mereka juga berpikir hal yang sama terhadapku. Wajar saja pikiran itu datang menyergap, kami yang tidak pernah bertemu semenjak lulus kuliah, menjalani tapak kehidupan masing-masing, lalu selintas kemaren bertemu lagi. Tentu saja mereka terlihat sangat berbeda.
“Huuh…mereka sudah jauh berbeda”. Sahut Iin, sahabat karib yang masih sering bertemu hingga bagiku laju kecepatan hidupnya masih dalam pengetahuanku.
Hmm.. that’s what normal people think about life, Sis! Hehe..begitu pikirku. Secara sederhana dan lurus-lurus saja mereka menjalani hidup (walaupun pasti mereka pikir tidak begitu), mungkin tanpa pertanyaan, atau mungkin tak sempat mempertanyakan. Waduh ngomong apaan seh??
Hehehe..ribet yak!
- Hoho..ini bukan sejoli loh..tapi duo sahabat perkomikan dan persepakbolaan hehe-
Everybody’s Happy in His Own Way- begitu kata Fahd Djibran dalam A Cat in My Eyes. Yuup..I agree with that statement! Setiap orang mempunyai caranya sendiri untuk bahagia.
Tanpa harus menyamaratakan cara untuk berbahagia
Tanpa harus memaksakan standar kebahagiaan seseorang
Tanpa mencederai arti kebahagiaan itu sendiri
Sederhana, tanpa batas, tanpa perlu dicari atau ditemukan
Hanya sekedar pilihan
Happy..that’ll always be my choice!!! ^-^
Terima kasih untuk perjumpaan yang menyenangkan sahabat, walau dalam selintas waktu kita bertemu. Walau hanya selajur jalan hidup kita dipertemukan lagi. Dan bukankah hidup terus berjalan ke depan, dengan impian tersederhana ataupun tergila sekalipun, tergantung pilihan kita masing-masing.
Dengan kecepatan dan percepatan hidup masing-masing, karena kita bukan dalam ajang perlombaan lari yang berusaha mengalahkan peserta lain dalam meraih garis finish. Pertarungan kita adalah dengan diri kita sendiri. Break the limit of ourselves, right? Kita yang paling tahu apa yang harus kita lampaui, apa-apa saja yang kita inginkan dalam hidup, dan mimpi-mimpi yang ingin kita tapaki hingga jauh.
Ci vediamo un giorno! Sampai jumpa lagi suatu saat***.
Yup, that’s what I feel…
- Kumpul lagi, Nana, Lingga,Yuyun dan her son,Iin, Aku, Gufi kepotong hehe-
Entah rumus kecepatan apa yang mereka terapkan dalam hidup, rasanya berjumpa dengan mereka seperti menarik tuas mesin waktu. Berolah alih antara ke belakang dan masa kini, aneh!.
Bergandeng dengan suami ataupun istri menjadi pemandangan yang wajar. Tidak sedikit yang membopong sang buah hati yang masih bayi, ataupun menuntun mereka yang telah beranjak besar. Dengan penampilan yang berbeda (sangat) dari yang terakhir kali kulihat dulu saat lulus kuliah, dengan jalur hidup berbeda, entah dengan cara pandang dan pemikirannya, aku tak sempat mengobrol sejauh itu tentu saja. Sempat terhenyak melihat bagaimana teman-teman sudah banyak berubah.
- Nana, Nanik gendong anaknya yuyun-
‘ In, rasanya mereka telah jauh melangkah. Tapi kita tetap sama seperti dulu” ujarku berbisik-bisik mencoba mengalahkan musik gamelan jawa yang mengiringi perhelatan siang itu di gedung BPD, Purwokerto.
Eh, entahlah. Mungkin mereka juga berpikir hal yang sama terhadapku. Wajar saja pikiran itu datang menyergap, kami yang tidak pernah bertemu semenjak lulus kuliah, menjalani tapak kehidupan masing-masing, lalu selintas kemaren bertemu lagi. Tentu saja mereka terlihat sangat berbeda.
“Huuh…mereka sudah jauh berbeda”. Sahut Iin, sahabat karib yang masih sering bertemu hingga bagiku laju kecepatan hidupnya masih dalam pengetahuanku.
Hmm.. that’s what normal people think about life, Sis! Hehe..begitu pikirku. Secara sederhana dan lurus-lurus saja mereka menjalani hidup (walaupun pasti mereka pikir tidak begitu), mungkin tanpa pertanyaan, atau mungkin tak sempat mempertanyakan. Waduh ngomong apaan seh??
Hehehe..ribet yak!
- Hoho..ini bukan sejoli loh..tapi duo sahabat perkomikan dan persepakbolaan hehe-
Everybody’s Happy in His Own Way- begitu kata Fahd Djibran dalam A Cat in My Eyes. Yuup..I agree with that statement! Setiap orang mempunyai caranya sendiri untuk bahagia.
Tanpa harus menyamaratakan cara untuk berbahagia
Tanpa harus memaksakan standar kebahagiaan seseorang
Tanpa mencederai arti kebahagiaan itu sendiri
Sederhana, tanpa batas, tanpa perlu dicari atau ditemukan
Hanya sekedar pilihan
Happy..that’ll always be my choice!!! ^-^
Terima kasih untuk perjumpaan yang menyenangkan sahabat, walau dalam selintas waktu kita bertemu. Walau hanya selajur jalan hidup kita dipertemukan lagi. Dan bukankah hidup terus berjalan ke depan, dengan impian tersederhana ataupun tergila sekalipun, tergantung pilihan kita masing-masing.
Dengan kecepatan dan percepatan hidup masing-masing, karena kita bukan dalam ajang perlombaan lari yang berusaha mengalahkan peserta lain dalam meraih garis finish. Pertarungan kita adalah dengan diri kita sendiri. Break the limit of ourselves, right? Kita yang paling tahu apa yang harus kita lampaui, apa-apa saja yang kita inginkan dalam hidup, dan mimpi-mimpi yang ingin kita tapaki hingga jauh.
Ci vediamo un giorno! Sampai jumpa lagi suatu saat***.
0 Comments: