Kerlipnya mengerjap sahdu di langit malam, selalu saja setia hadir dengan periodisitasnya yang teratur. Dimusuhinya selalu si kalajengking, Scorpio hingga takkan pernah terjadi mereka nampak di horizon yang sama. Konstelasinya yang apik, gagah dan menakjubkan itu memang telah lama membuatku kepincut. Tak pernah bosan memandangi titik demi titiknya yang berkerlap-kerlip membentuk si pemburu, The Great Hunter.
Bila saja Tuhan menciptakanku pada masa Yunani Kuno, nampaknya persepsi akan rasi bintang yang amat terkenal ini tidaklah jauh berbeda dengan persepsi orang-orang di masa lalu itu.
Uhmm..pun pada akhirnya aku mengenal rasi bintang yang selalu saja kunanti kemunculannya di horizon tua itu bernama Orion yang ternyata menurut mitos Yunani Kuno, berarti The Great Hunter atau sang pemburu. Dengan senter di tangan kanan dan peta langit di tangan kiri, dulu aku sering mencari letak-letak rasi yang lain di malam hari, di pelataran rumahku yang langitnya masih bersih, tidak seperti langit Yogya apalagi Jakarta yang telah jenuh akan polusi udara dan dibiaskan oleh banyaknya cahaya artifisial yang menghidupkan kota. Sampai-sampai sering ditegur orang yang lewat di pelataran.
“ madosi nopo mbak?wonten sing ical?(cari apa mbak, ada yang hilang?”. Orang-orang itu sering heran melihatku dengan senter di tangan. Mungkin lebih heran lagi melihat betapa seringnya frekuensiku melihat ke arah langit. Jangan-jangan dikiranya aku tengah mencari wangsit turun dari langit ehehe.
Begitulah, persenyewaanku dengan si penggoda di atas langit yang selalu mengerjap-ngerjap, menawarkan pesona alaminya untuk ditekuri. Ternyata menghabiskan malam dengan memandang bintang-bintang tidak pernah membuatku merasa bosan, sebaliknya membuatku merasa nyaman, bahkan kadang menimbulkan rasa yang tak tergambarkan. Perpaduan antara sunyi, kesendirian yang sahdu, keheningan yang damai dan membuatku sefrekuensi dengan Tuhan.
Sebelum mengetahui nama sebenarnya dari rasi ini, aku bahkan terbiasa menamai titik-titik di rasi bintang itu, hingga saat inipun masih kuingat dengan jelas nama-nama yang kuciptakan sendiri itu. Sebenarnya, rasi bintang ini terdiri dari beberapa bintang besar yang menjadi kepala (Meissa), tangan kanan (Betelgeuse), tangan kiri (bellatrix/pejuang wanita). Hal yang menarik dan sangat mudah dikenali tentu saja tiga titik berbaris yakni Alnitak, Alnilam dan mintaka yang membentuk asterisma yang dikenal dengan sabuk Orion. Bintang lainnya yaitu Saiph yang berada pada lutut kanan dan Rigel pada lutut kiri., sedangkan Hatsya terletak pada ujung panah orion.
Coba kau lihat, titik-titik bintang pada gambar di atas. Nampak seorang pemburu yang tengah memanah. Banyak mitos yang melatarbelakangi cerita tentang si pemburu ini, salah satunya bahwa orion adalah anak dari pasangan dewa Poseidon (dikenal juga sebagai neptunus) dan Euryale. Karena polah tingkahnya yang membuat kekacauan akhirnya para dewa mengirimkan si kalajengking, scorpio untuk membunuhnya. Itulah mengapa kedua rasi ini tidak akan pernah bisa terlihat bersama pada satu lapang pandang horizon di langit.
Orang jawa menamainya dengan bintang waluku yang menandai waktu dimulai musim tanam padi pada sawah tadah hujan. Tapi aku menganggapnya sebagai si penjaga rahasia karena entah berapa banyak rahasia, impian dan cerita-cerita yang kukisahkan padanya. Ataupun saat bintang jatuh di antara konstelasi orion, dan impiankupun dihembuskan pada langit malam. Saat itu malaikat dengan sigap mencatatnya dan Tuhanpun akan mewujudkannya suatu saat. Bahkan telah mengabulkan salah satunya.
Orion, still always keeps my secrets!!
0 Comments: