Langit Glasgow masih sama terlihat dari jendela lab CVR, sama seperti pagi tadi saat aku meninggalkan flat, membalut tubuhku dengan jaket tebal dan membawa langkah-langkahku menuju lab CVR. Seperti itu tiap hari, menapaki jalanan naik turun yang harus dilewati, deretan toko-toko, pernyeberangan, dan bangunan-bangunan gigantis itu. Kemudian pulang kala petang menjelang, dengan tenaga tinggal sepenggal.
“ aku ingin menulis nanti setelah makan malam” begitu janjiku pada diriku. Tapi terkadang, setelah makan malam, duduk di meja belajar, berkutat dengan komputerku dengan menyisakan jendela windows yang masih terbuka, kosong. Kadang-kadang terlalu lelah dengan urusan-urusan studi, dengan sel-sel yang harus ku”hidupi” tiap hari. Ah, baiklah..engkau akan berkomentar, itu hanya alasan saja.
Baiklah, terserah apa kata kalian, aku hanya ingin menegaskan kadang hidup membutuhkan jeda. Aku merindui jeda kini, menarik nafas barang sejenak, menyegarkan lagi jiwa. Bukankah kau juga begitu?terkadang bukankah kalian merasa begitu?merindukan jeda sejenak?
Dengan menaruh beban dari pundak sejenak, untuk nanti kuambil lagi. Jedaku, terkadang ada pada menyesap secangkir teh hangat, pada lagu-lagu yang mendendangkan kenangan, ada pada berbagi cerita dengan sahabat, ada pada senyumnya, ada pada bulan yang kupandang membulat sempurna terlihat dari jendela. Mungkin pula ada pada bersembunyi di balik selimut kala cuaca sudah mulai menggila. Kadang pula pada baik-baitNya kubaca setelah Isya.
Aku lelah berlari-lari beberapa hari ini, tanpa spasi. Jengah dengan mengusahakan kompromi-kompromi, menyita energi. Rasaku ini bukan untuk menyerah, bukan untuk menghentikan langkah, atau menyalahkan rasa jengah. Aku hanya membutuhkan jeda, mungkin saja untuk bicara pada diri sendiri, membujukinya lagi. Kita semua butuh jeda. Jeda memungkinkan kita mengambil jarak, agar bisa bernafas. Jeda memberikan kesempatan untuk mengalihkan perhatian sejenak dan menangguk energi-energi baru.
Kukatakan pada diriku, mari mengambil jeda. Mari hadiahkan jeda sejenak, mataku kembali menyalangkan ke luar jendela. Langit bergelayut mendung, bangunan-bangunan tua di seberang, jendela-jendela kaca dan cerobong asap. Kuberalih pada jendela facebook, mengamati pergerakan status teman-teman. Yang kembali menasbihkan bahwa aku dan mereka berada dalam rentangan waktu yang sungguh berbeda. Kapan bisa bersama-sama mereka lagi? Bersama dalam ruang dan waktu yang sama. Kebersamaan yang bermakna berada suatu waktu itu, tempat yang sama, merasakan udara yang sama, bicara, tertawa, bercanda, atau menangis bersama.
Perhatianku kukembalikan pada jurnal-jurnal yang harus kubaca, namun beberapa menit kemudian kembali goyah pendirian. Kubuka jendela windowsku lagi dan mengetik. Aku benar-benar butuh jeda.
Lalu senandung lagu –Karena Kutahu Kau Begitu-Andre Hehanusa terdengar lamat-lamat di telinga, lewat earphoneku, saat seluruh ruangan post graduate student membisu.
Kuyakin dalam hatiku, kau satu yang kuperlu
Kurasa hanya dirimu, yang membuatku rindu
Lab CVR, 15 Nov 2011. 3.59 pm.
Halloo.. salam kenal.. gaya menulisnya saia suka :D
BalasHapusHalooo Lynglyng...yuhuuu salam kenal juga ya, thanks sudah mampir di sini..thanks apresiasinya juga, semoga betah sering2 mampir
BalasHapus