Secangkir teh hangat itu pagi ini menemaniku, sepertimu. Menghangatkan hati dan hariku sepertimu. Maka relakanlah ketiadaanmu digantikan secangkir teh manis hangat pagi ini. Bukan karena engkau tiada, maka aku berpaling pada secangkir teh hangat.
Itu hanya karena bila engkau ada di sampingku kini, tak kan pernah ada secangkir teh hangat. Tak akan pernah ada teh hangat kita. Yang ada teh hangatku dan teh “tidak hangat”mu. Karena engkau akan memberi jeda waktu yang bagiku terlalu lama untuk menikmati secangkir teh hangat.
“ Tunggu sampai nggak panas lagi” begitu rumusmu bila ingin meminum teh. Bagiku itu aneh, kenikmatan minum teh salah satunya adalah campuran antara hangat, manis, dan rasa tehine yang tidak terlalu pekat.
Tapi kenapa sering terkadang kita minum dari secangkir teh yang sama? Aku suka teh hangat, engkau tidak, tapi terkadang kita masih minum secangkir teh bersama-sama. Aku tahu, mungkin aku tahu, atau sok tahu. Bahwa kita sebenarnya tak peduli, secangkir teh itu panas, hangat atau tidak hangat. Tak terlalu memusingkan apakah katekin dan flavanol yang terkandung di dalamnya terserap sempurna untuk menjadi antioksidan. Mungkin, kita hanya ingin bersama.***
0 Comments: