Bahwa pernah, saya saat berjalan menuju lab, melihat aspada nomor 7 yang biasanya turun di depan kosku dulu, saya mengedipkan mata berkali-kali, hanya untuk meyakinkan bahwa saya salah lihat. Bahwa pernah, saya terpilin lelah, bolak balik di ruangan waktu, di antara dua penanda waktu itu. Jam berapa sekarang? Maksudmu waktu mana? Aku terkadang terjebak di antaranya.
Pernah dalam sendiri, menunggu bus 747 untuk pulang ke rumah, saat petang, hujan, dan sendirian di antara bangunan-bangunan di kejauhan yang termakan kabut gelap, dan tiba-tiba saja saya merasa hilang, tidak terkoneksi pada apapun, walau sebenaranya ingin setengah mati.
Pernah, suara-suara orang bicara, senyum orang-orang lewat dan berlalu, tawa-tawa yang terdengar di telinga..tapi tak pernah sampai dalam hati. Suara itu hilang segera setelah bunyi terakhir terdengar, senyum-senyum itu tak berbekas, setelah hilang di muka mereka semua dan tawa itu, berlalu tanpa kutahu.
Saya juga pernah, berlarian pikir ke berbagai kota dalam beberapa detik saja, lalu mereka mencoba membawa saya pulang. Pulang kemana? Entah. Karena saya tidak ada dimana-mana. Saya tidak di Glasgow, tidak di Jogyakarta, tidak di Kebumen, tidak di Purwokerto, tidak di Semarang, tidak di Malang, tidak dimanapun. Saya pernah hilang.
Demikianlah hikayat kita. Manusia yang kehilangan dirinya sendiri dalam ruang-waktu yang kita reka setiap hari. Seperti kata Lucius Annaeus Seneca, filsuf sekaligus sastrawan Romawi yang hidup 2.000 tahun lalu itu, “Ketika kita berada di mana-mana, sesungguhnya kita sedang tidak berada di mana-mana.”
Kini (now), di sini (here), mungkin sesungguhnya kita sedang tidak di mana-mana (nowhere). Lihatlah kamera menjauh dari kepala kita, zoom out, kita menengadah: dan ternyata kita sendirian. Kecil. Terkucil (Fadh Djibran, Nowhere)
Kemudian saya bergegas, mencari lagi, dimana saya?siapa saya? Dan berharap akan ditemukan segera. Pasti. Saya mungkin hilang, karena kehilangan. Tapi akan kembali, karena saya ingin kembali. Menjadi “hidup” di detik ini.
*aku merasa asing dengan “saya” yang menulis posting ini, kalian kenal?aku tidak.
0 Comments: