Bersama-Baturaden 2011 |
Mataku masih kriyip-kriyip saat bangun pagi hari ini, nyawa belum kumpul benar, dan ditambah lagi brrrrr...dingin, padahal sudah tidur berlapis-lapis dengan sleeping bag lalu ditimpa duvet setebal hampir 5 cm itu. Kugapai HP di meja di sebelah ranjang, untuk melihat jam berapa untuk siap-siap salat shubuh. Masih gelap karena lampu kamar kumatikan dan di luar Glasgow pastilah masih juga pekat. Jam masuk waktu shubuh sudah berubah, kalau biasanya jam setengah tujuh pagi baru masuk subuh, sekarang sudah lebih pagi lagi. Kulihat jam di HP menunjukkan jam setengah jam pagi, dan ada sms masuk, dan masih dengan keadaan sadar dan tidak, kubuka smsnya..tulisannya singkat, tapi seketika saat kubaca membuatku terlonjak, kaget, senang, dan terharu :
“ Siwi Glasgow, Cuu lulus ADS”
“ Siwi Glasgow, Cuu lulus ADS”
Whui...tak pikir panjang aku segera menelponnya, seingatku paket gratisan dari Vodafone masih, kalau habispun ku tak peduli. Hanya beberapa dering, langsung diangkat..dan terdengarlah suaranya yang renyah di ujung sana, riang karena tengah dimabuk gembira. Mungkin karena haru, atau entah kenapa justru dirikulah yang mewek..menangis bahagia. Sungguh, detik itu Tuhan sepertinya berkata lagi padaku, Dia, sungguh Sang Maha Perencana yang baik.
Aku, dia, Sudewi namanya, tapi kebanyakan kami memanggilnya dengan sebutan “Cu’u”, sudah belasan tahun bersama dalam persahabatan, sungguh sebuah kebahagiaan tak terkira saat mendengar ia sudah berhasil menggenggam impiannya. Perjalanan yang panjang, berdarah-darah, sungguh berbuah manis terasa hari ini. Lama, ya telah lama sebenarnya langkahnya menapaki mimpi-mimpi itu. Tapi dengan konsistensi dan persistensi kawan, tak ada yang tak mungkin untuk digapai. Lama dia mulai secara autodidak mempersiapkan diri belajar bahasa inggris, kala ke Bali mengunjunginya akhir januari tahun lalu, kudapati dia rajin belajar toefl online. Lalu dengan semangatnya bolak-balik Bali-Purwokerto untuk mendaftar dan tes beasiswa unggulan S2 di Fakultas Biologi Unsoed. Masih ingat saat dia menginap di kos, jalan-jalan ke Baturaden seusai tes wawancara. Aku dan dia, begitu optimis dan yakin bahwa dia akan diterima, dan melanjutkan hidup di Purwokerto sebagai persinggahan selanjutnya.
“ Mungkin sudah ada yang menungguku di sini” begitu ucapnya dengan mantap, dan juga tes wawancaranya nampak tidak bermasalah. Dari 20 kursi beasiswa yang tersedia, dengan hanya 25 peserta kala itu, dengan posisinya sebagai alumni, dengan proposal risetnya yang sudah mantap, dengan background pekerjaannya di Balai Riset Gondol sementara banyak yang lain masih baru lulus S1, sepertinya tak ada alasan yang terlihat dapat menghalangi jalannya mendapat beasiswa itu. Tapi dengan begitu mengherankan, saat pengumuman tiba, dia gagal mendapatkan beasiswa itu, heuuu..Tuhan mungkin mempunyai rencana yang lebih baik lagi untukmu, sahabat..begitu yang kuyakinkan saat itu padanya.
Bersama--Bali, 2011 |
Lalu waktu berjalan, perjuangannya pun juga terus berjalan, dan walau terpisah samudra, aku berusaha untuk tetap ada seiring langkahnya berjalan. Dia melamar ADS dan beasiswa prestasi Amerika, yang kuingat, form-form berbahasa inggris yang bercerita tentang perspektif diri, pengalaman, rencana ke depan, konstribusi komunitas yang berlembar lembar itu, aku ikut andil dalam editing dan menambahinya dengan bahasa rayuan “jual diri” yang lebay dan memabukkan ahaha. Satu hal dalam hal meraih beasiswa, kau harus tunjukkan pada si pemberi dana itu bahwa engkaulah kandidat yang tak kuasa ditolak ehehe.... Oh ya, surat rekomendasinya dari kepala Balai Riset sebenarnya adalah kata-kata manis penuh keju-ku, yang meyakinkan bila salah satu staffnya adalah kandidat jempolan yang layak mendapat kesempatan, dan si bapak kepala balai tinggal mencantumkan tanda tangannya saja. Dan ternyata semua itu berhasil hihi, loloslah dalam seleksi administrasi. Berikutnya adalah tes IELTS dan wawancara. Maka ngebutlah dia dalam waktu kira-kira sebulan untuk mempersiapkan diri tes IELTS, yang masih asing baginya. Belum pernah sekalipun ikut tes IELTS dan juga belum pernah kursus IELTS. Maka selain dia belajar sendiri, kursus privat jarak jauh lewat YMpun dilakukan ehehe, kukirimi kitab-kitab IELTS zaman bertempur dengan IELTS dulu, dan mengecek serta komen hasil belajar writingnya. Bila kukenang sekarang, ternyata jalan sudah sedemikian panjang. Sampai akhirnya berita menggembirakan itu datang, bahagiaku untukmu, sahabat.
Dia, sama saja denganku, cah ndeso yang rumahnya terletak di desa yang jarang disebut orang. Bila aku dan bala-bala lain ingin mengunjunginya kala ia mudik dari Bali, kami naik motor menyusuri jalanan yang lengang, dan bila tengah musim hujan tiba, dipastikan motor-motor kami belepotan karena jalanannya yang becek. Desanya sepi, kecuali agak ramai oleh lenguhan sapi-sapi. Bila kami kesana, pasti disambut ibunya yang telah lanjut usia dengan senyuman ramah namun sederhana. Tapi dengan gupuh pasti disiapkannya kami rupa-rupa makan siang, yang beliau masak dengan tungku tradisional. Yang kuingat, selalu tersedia ikan di meja, karena desanya dekat dengan laut, sehingga gampang sekali mendapatkan ikan segar. Bila menginap, pastilah deburan ombak dari luat terdengar kala malam menjelang. Sedangkan bapaknya juga sama sederhananya, walau lebih banyak berbicara dibandingkan ibunya yang pendiam. Kala main ke sana, masih ingat dengan semangatnya beliau memanen petai-petai di samping rumah untuk oleh-oleh kami sepulang dari laut. Laut dekat desanya sangat menyenangkan, apalagi bila masih sepi, seperti layaknya pantai pribadi, dimana kami bebas berceloteh ke sana kemari, dan bernyanyi-nyanyi sesuka hati. Plus ada penjual sate dan mendoan favorit kami, rasanya tak usah jauh-jauh ke karimun jawa, pantai itu bisa menyamainya.
Hari ini, kami semua bala kurawa merayakan keberhasilannya, turut berbahagia dan bersyukur untuknya.
Dan satu hal, peristiwa ini sekaligus sekali lagi membukakan ruang kesadaran bagiku, Tuhan sudah mengatur sebaik-baiknya rencana untuk kita. Betapa Dia memutuskan untuk dia gagal beasiswa unggulan yang rasanya sudah di depan mata, menggantinya dengan beasiswa ADS karena Tuhan memberikan yang lebih baik, lebih tepat untuknya. Seperti dulu, dia gagal mendapat beasiswa BPPS UGM dan kemudian mendapatkan berkah diterima CPNS di Balai Riset Perikanan Bali. Tuhan, Maha Misterius untuk memberikan kesempatan pada manusiaNya untuk mencari, berjuang sampai akhir dan berserah diri, mungkin juga dengan menanti. Karena Dia, Gustiku, setahuku Maha Perencana yang baik. Bersiaplah dan ijinkanlah keajaiban-keajaiban terjadi dalam hidupmu...
Dan satu hal, peristiwa ini sekaligus sekali lagi membukakan ruang kesadaran bagiku, Tuhan sudah mengatur sebaik-baiknya rencana untuk kita. Betapa Dia memutuskan untuk dia gagal beasiswa unggulan yang rasanya sudah di depan mata, menggantinya dengan beasiswa ADS karena Tuhan memberikan yang lebih baik, lebih tepat untuknya. Seperti dulu, dia gagal mendapat beasiswa BPPS UGM dan kemudian mendapatkan berkah diterima CPNS di Balai Riset Perikanan Bali. Tuhan, Maha Misterius untuk memberikan kesempatan pada manusiaNya untuk mencari, berjuang sampai akhir dan berserah diri, mungkin juga dengan menanti. Karena Dia, Gustiku, setahuku Maha Perencana yang baik. Bersiaplah dan ijinkanlah keajaiban-keajaiban terjadi dalam hidupmu...
Begitulah kata Tuhan padaku hari ini, melangkahlah terus, menanti, mencari, menerima, mengabdi, berkontribusi, mengoptimalkan karya diri..
Hari ini aku merayakan kemenanganmu, kemenanganku, kemenangan kita semua***
*Salam kasih dari Glasgow, 9 Feb 2012. Di meja kerja ruangan student yang sebentar lagi kutinggalkan, sebentar.
mendoan panas pakai sambel kecap pasti mantap rasanya, menetes air liurku ni :DD
BalasHapus