Kupandangi box-box besar yang sudah tergeletak di
ruang tamu rumah kontrakanku, akhirnya sampai juga. Ah, sungguh sebuah minggu
pagi yang sungguh menguji kesabaran. Tadi malam sambil mengerjakan tulisan
untuk lomba yang deadlinenya jam 12
malam, kutunggu kedatangan kiriman barang dan bahan kimia yang kupesan untuk
penelitian. Padahal sudah kutunda kepulanganku ke rumah kebumen gara-gara
dikabari bahwa barang sudah dikirim dan diperkirakan sampai sabtu malam. Tapi
sampai tulisanku sudah kukirim, dan malam telah larut, belum juga ada yang
mengantarkan ke rumah. Dan paginya, tiba-tiba pihak travel meng-sms menyuruhku
untuk mengambil kiriman ke agent travelnya. Mood sudah mulai berubah menerima
kabar itu, Lalu kutelpon balik, kutanyakan seharusnya dikirimkan sampai ke
alamat rumah, dan ada bahan kimia yang harus segera dimasukan dalam freezer.
“
Wah kami nggak tau itu bu, kami kan di
sini hanya sekedar penerima. Dari pihak pengirim juga nggak bilang apa-apa. Dan
alamat ibu itu di luar coverage kami. Jadi barang diambil sendiri bu”.
Jelasnya,yang membuat aku harus menarik nafas panjang-panjang.
Setelah itu saya kontak untuk komplain ke pihak
pengirim barang, mengkonfirmasi apa yang sebenarnya terjadi.
“
Saya sudah memberitahukan barang ke pihak
travel bu, “jelasnya, tanpa ada kata maaf yang keluar. Tapi nyatanya kondisi
seperti ini yang terjadi.
“
Ya sudah, nanti barangnya dimasukan
freezer dulu, kapan saya ambil dan saya ganti baru,” akhirnya opsi itu yang
dia tawarkan.
Dan akhirnya saya melarikan si beat hitam manis
menuju ke agent travel, bertemu dengan petugas yang ada di sana. Rasanya mau
marah ke petugas itupun tiada guna, selain saya memang sama sekali tidak
berbakat marah, dan sebenarnya tidak tahu caranya bagaimana. Hanya bengong
menatap 3 box besar barang yang harus kubawa hanya dengan menggunakan si beat
hitam manisku itu.
“
Trus gimana bawanya mba?” tanya si
petugas itu.
“
Nanti saya balik lagi” jawabku
singkat. Sambil mengangkat dua box yang dijadikan satu itu. Aku khawatir dengan
lama-lama bicara malah hati jadi semakin mangkel, menghabiskan energiku. Jadi
lebih baik segera kuangkat box itu dan kucoba mengaturnya, dengan menempatkan antara
badan dan stang motor. Memang sangat merepotkan, karena hampir menghalangi
pandang dan susah belok, tapi memang harus begitu. Lalu kulajukan lagi motorku,
entah karena apa, mungkin karena akumulasi kejadian akhir-akhir ini dan
kejadian tidak mengenakan dari pagi tadi, saya disergap rasa yang
mendesak-desak dadaku. Mataku berembun dan kemudian bertaburan kaca di balik
kaca helmku. Saya menemukan saya sendirian. I
wish you were here, bisik batinku. Mungkin hanya dengan melihatmu saja bisa
membuat semuanya menjadi baik. But You
always here, bisik batinku lagi.
Kuseka mataku, dan tak ada yang menetes. Terus kulajukan motorku, bahwa hidup
harus berjalan dan harus terus dihadapi.
Paket pertama sudah berhasil sampai dan mastermix
langsung kumasukkan kulkas. Kuambil tali rafia di dapur, dan kembali berangkat
ke agent travel yang berjarak tempuh sekitar 30 menit itu. Tiba di agent
travel, tak banyak bicara lagi, kuambil paketan besar yang tak mungkin
kuletakkan dalam posisi saat mengambil paketan pertama tadi. Jadi sendirian kuangkat
dan kuikat kencang-kencang dengan tali rafia. Kulajukan motorku, dengan tangan
kiri memegang box di belakang. Dan paket kedua itupun selamat sampai di rumah.
Ah, pelayanan di Indonesiaku, betapa mirisnya.
Baru kemarin jumat saya juga dikecewakan oleh agent bahan kimia lain yang
berjanji menemui saya di jogya, yang lagi-lagi tak bisa menepati janjinya. Padahal
pihak universitas saya yang jauh-jauh di Glasgow, sebelum mengirimkan barang
sudah mengecek baik-baik. Bahkan memberitahu bahwa alamat yang saya berikan
tidak dicoverage oleh pengiriman Fed-Ex, sehingga meminta saya mengkontak agen
Fed-Ex terdekat supaya barang dapat segera dikirimkan. Jadi saya menggunakan
alamat seorang yang tengah berada di jogya sebagai penerima kiriman itu. Sungguh
terasa berbeda bagaimana pelayanan dan perlakuan terhadap konsumen antara pihak
luar dan layanan di Indonesia. Ah memang harus banyak bersabar. Dan entah
kenapa, tiba-tiba kamu yang di ujung sana, mengontak dan menelpon saya, dan ajaibnya
hanya mendengar suaramu saja, semua terasa baik-baik saja.
Saya
tidak banyak waktu untuk mengeluh, bagaimanapun hidup ke depan, saya hanya
punya satu cara : hadapi!!
yaaa suaranya...hanya itu saja...lebih dari cukup...sangat cukup (nyanyian hati cewek jagoan)
BalasHapuspengen ikutan denger suaranya juga....penasaran...huuummm... :D
BalasHapus@just Ica : ehehe..
BalasHapus@nor basid a prasetya : apalagi kalo pas lagi ngaji :))
iyaaaaa ibuuu..dia punya blog sekarang..hahah dasar dia..
BalasHapuspak mas noor mah ih..pingin tau ajaaa yaaa bu...
BalasHapus@Ica : wiw...apa nama blognya ca? biar ikutan baca dan kulist ke blogslitku..
BalasHapus@ica: hihihihi....namanya jg orang cerdas...selalu pengen tauuuu aja...xixixi...
BalasHapus@mars: wah..pengen ikutan denger ngajinya juga... ;D