Malam kota itu menghampiri kita lagi, kita masih
diberi waktu. Setidaknya untuk sebuah makan malam, terakhir sebelum pergi.
Pergi/lagi/lagi/pergi/lagi//ah..
“
Why you eat so slow?” tanyamu sambil
mengamati caraku makan malam itu. Pelan-pelan mengunyah, pelan-pelan menyendok
salah satu makanan favoritmu itu. Pelan-pelan, seakan ingin mengajak
pelan-pelan waktu.
Aku tersenyum, tak menjawab. Mengaduk aduk lagi
nasi goreng di piringku,
“
I will tell you later” jawabku sambil
tersenyum. Ah, “later” lagi. Seberapa banyak waktu yang tersisa hingga berani
sering-sering menggunakan kata “later”? tak seorangpun tahu. Aku sebenarnya
menghindari mengucap kata “later”, dan kau menolong dengan kemudian berkata,
“
I guess I know why!” selidikmu
memburu.
Aku tetap diam, tapi menyisakan senyum.
“
You just want to stay closer with me much
longer” lirik matamu mengintimidasi dengan pernyataanmu. Lalu senyummu itu
terkembang.
Beuh..
Fiuh..
Fiuh..
Definetely
true!
Aku ingin memaku waktu/agar dia tetap diam disitu/membeku/
Tapi jiwa-jiwa yang bertumbuh tidak pernah tinggal pada sesuatu yang diam
Tapi jiwa-jiwa yang bertumbuh tidak pernah tinggal pada sesuatu yang diam
Maka
aku akan pergi/pulang
Bersama
waktu/bersama kamu
n (Sebuah
dialog yang kucuri dengar di sebuah tempat makan di suatu kota, nampak manis..nampak, mungkin memang demikian adanya, manis..atau jangan-jangan lebih manis lagi ;p sepertimu, aih )
0 Comments: