Lebaran 2010-Minus Si bungsu (yg motret ehehe) |
Bulan ramadhan sudah menginjak
hari-hari terakhir, aroma lebaran sudah mendekat. Tapi aromanya hanya tercium
samar dari sini. Tak ada cerita tentang arus mudik, tak ada cerita tentang
saling mengantarkan parcel hantaran lebaran ke sanak saudara, tak ada persiapan
kue-kue lebaran ataupun merencanakan masak apa nanti kala Hari Raya Idul Fitri
tiba. Memang tak ada. Hari ini masih masuk lab seperti sedia kala, walau otak
rasanya sudah enggan bekerja, maunya menikmati libur saja. Apalagi hujan
menguyur Glasgow sedari tadi malam, enaknya santai di flat sambil nulis ehehe..
Timeline di jejaring sosial facebook
penuh dengan status-status tentang mudik, kemacetan, bikin ketupat dan pernak
pernik menjelang lebaran lainnya. Dan kini, saya menikmati pengalaman lain
yakni mengalami lebaran di negeri orang. Ada yang hilang, tapi juga ada yang
kita dapatkan. Saya kehilangan momen-momen bersama keluarga seperti biasanya
saat lebaran, tapi di sisi lain saya juga mendapatkan pengalaman baru yang tak
semua orang bisa rasai.
“
Lagi buka puasa dengan anak yatim di
rumahkah?” tanyaku via BBM saat melihat update
status BBM adekku. Ah, saya melewatkan ikut sibuk bersama ibu di rumah untuk
menyiapkan hidangan untuk berbuka anak-anak yatim. Memang biasanya hampir rutin
setiap tahunnya keluarga kami mengundang seluruh anak-anak yatim di desa kami
untuk berbuka puasa di rumah.
Rindukah saya? Ehehe..saya sudah lama
mengakrabi rindu. Bila sudah terlampau sering bepergian, engkau harus menempatkan
rindu di dekat hatimu. Terkadang ia disana, tidak kemana-mana, meski sudah pula
ada persuaan. Karena kata pergi akan segera menghampiri lagi.
“
Rindunya harus ditransformasi jadi
semangat loh ya,” katamu suatu kali, eh beberapa kali. Karena kamu pun tahu
seberapa lama dan seberapa sering saya harus mengakrabi dan merasai kata itu.
Apa yang paling saya rindukan dari
lebaran? Ketupatnya? Opor ayam dan kue-kue lebaran? Tentu bukan. Saya rindu
kebersamaan saat lebaran dan juga rindu aura lebaran. Kebersamaan bersama
keluarga sekarang ini menjadi sesuatu yang langka. Untuk bisa berkumpul utuh
satu keluarga saja terkadang sudah sulit, dan momen lebaran merupakan saat yang
pas untuk berbagi kebersamaan. Saya rindu memasak untuk hidangan di Hari Raya,
rindu menyiapkan keperluan-keperluan lebaran di malam takbiran—menyetrika baju
yang akan dipakai shalat ied, menata kue-kue di meja dan beres-beres--. Rindu
juga suara bedug dan takbir yang membahana dari corong masjid di dekat rumah. Paduan
suara bedug dan takbir itu menyelusupkan rasa yang terkadang sulit untuk
dimaknai tapi menggetarkan untuk dirasai. Biasanya di malam takbiran, ada anak-anak
kecil yang melakukan takbir keliling desa, berbaris beriring menambuh bedug dan
mengumandangkan takbir melewati jalan-jalan berkeliling desa memeriahkan
suasana, berbahagia menyambut hari raya.
Rindu berangkat untuk shalai Ied di
masjid bersama-sama para warga lainnya kemudian bersalam-salam. Tak bisa pula
sungkem pada bapak ibu untuk meminta maaf secara langsung, hingga lebaran kali
ini nampaknya harus pake jendela ajaib Skype ehehe. Rindu repotnya membantu
menyiapkan minum untuk para tamu dan saudara yang bersilaturahmi ke rumah.
Warga desa saya masih memelihara tradisi “mider” yakni mengunjungi rumah satu
per satu untuk meminta maaf. Jadi dipastikan hari pertama, akan sibuk dengan
para tamu sampai sore. Sibuk pula cuci-cuci gelas dan piringnya ehehe ;p
Silaturahim bersama saudara-Lebaran 2010 |
Hayuk mari siapa mauuuu...(Lebaran 2011) |
Togetherness with relatives (lebaran 2010) |
Makan bersama-sama *menu gurameh dari kolam samping rumah (lebaran 2011) |
Hari kedua dipastikan sibuk dengan memasak besar, karena akan ada silaturahmi keluarga besar Jayanangga yang jumlahnya akan berkali-kali lipat dari bila kegiatan kumpul biasanya tiap bulan. Karena satu keluarga biasanya sudah mengganda bila sudah mempunyai menantu ataupun cucu, dan semuanya berkumpul saat lebaran tiba. Begitulah ritual lebaran keluarga kami. Baru lebaran hari ketiga, bisa mengunjungi sahabat-sahabatku yang tingal di sekitaran kebumen. Berjumpa dengan mereka selalu saja sebuah pengalaman rasa yang menyenangkan. Dan rindu aura lebaran. Lihatlah wajah masing-masing orang, begitu antusias dengan binar menyambut lebaran. Binar-binar itu menciptakan satu frekuensi yang sama dengan jumlah yang begitu banyaknya. Sadarkah kalian akan hal itu? Cobalah perhatikan saja.
Di sini tentu saja berbeda,
manusia-manusia lain masih sibuk dengan eksperimen lab, dengan rusaknya Cold
Room, dengan konferensi. Tak ada lebaran bagi mereka. Hanya bisa kusaksi binar
itu bila menjumpai kawan-kawan malaysia bila
berjumpa, dan teman-teman Indonesia tentu saja.
Walaupun begitu Alhamdulillah, supervisor mengijinkan libur
dua hari, senin dan selasa minggu depan..jadi lumayanlah total break 4 hari
semenjak esok hari. Semoga bisa merayakannya bersama teman-teman PPI Glasgow
walaupun sampai detik ini belum ada rencana kumpul-kumpul lebaran sekalipun.
Setidaknya sudah ada kue kastengel, ada kacang telor dari Bali, dan masih ada
emping yang besok akan kugoreng. Dan mungkin akan memasak sesuatu yang spesial saat
lebaran nanti.
Menjelang lebaran kali ini, biarkan
aku merasai perbedaan rasa yang mungkin jarang kurasai. Walau jauh dari
keluarga, kamu dan sahabat-sahabat tercinta. Tapi bila kalian semua selalu
kubawa dalam hatiku, apalah artinya jarak dan perbedaan waktu?
Selamat mudik dan berkumpul dengan
keluarga, sahabat sekalian. Nikmati kebersamaan dengan orang-orang terkasih
masing-masing, dan biarkan saya pula mendefinisikan arti kebersamaan menurut
versi saya sendiri.
“
Pasti akan berbeda, jauh dari mana-mana”
kataku di chat saat terakhir kali kita sebelum lebaran.
“
Siapa bilang begitu.., ada ***, ada
keluarga dan sahabat-sahabat terkasih yang selalu bersamamu” ucapmu. Dan saya
percaya itu.
Masak sambel goreng disana kan sudah bisa tho? masih ada stok trasinya kan?
BalasHapusehehe bisaaa....*stok terasi masih amaaan :)
BalasHapus