“Aku tunggu di depan perpustakaan yah, kamu keluar sebentar. Aku tunggu.” pesan singkatku waktu itu.
Dengan rok batik lebar berwarna coklat kutunggu engkau di depan perpustakaan di sebuah Universitas ternama di kota kita itu.
Tik tok, tik tok. Menunggu.
Dengan rok batik lebar berwarna coklat kutunggu engkau di depan perpustakaan di sebuah Universitas ternama di kota kita itu.
Tik tok, tik tok. Menunggu.
Tak
lama engkau pun muncul dari belokan jalan itu, dengan langkah lebar-lebar itu.
Bergegas menghampiriku. Tersenyum melihatku. Dan apakah kau tak sadar bahwa
senyummu itu lebih terlihat berbinar kalau bertemu denganku? Tanyakan pada bangku
batu di depan perpustakan yang mencuri pandang padamu itu.
Lalu
segera berpindahtanganlah kunci yang ada di tanganmu, ke tanganku. Kenapa baru sekarang
kau berikan kunci hatimu cuma-cuma? Setelah diam-diam kucuri. Eh hatiku dulu
yang kau curi? Atau hatimu dulu yang kucuri? Atau kita sebenarnya melakukan
pencurian secara bersama-sama? Mungkin kita tanya saja pada ibu kantin waktu
itu, mungkin dia tahu siapa yang terlebih dahulu. Tapi pentingkah untuk kita persoalkan?
Mungkin penting untuk kita “pura-pura” persoalkan, agar kita menambah lagi
daftar perdebatan seru kita, yang masing-masing tak pernah mau pura-pura kalah.
Agar bertambah lagi alasan untuk merindumu, itupun bila pun kata “rindu”
tiba-tiba mengharuskan posisinya membutuhkan alasan. Siapa yang mengharuskan? Mungkin
kamu, yang selalu pura-pura bertanya : “kenapa
rindu?”
Aku kan suka bertanya, sudahlah jawab
saja.
Katamu suatu kali. Kujawab dengan seulas senyum, senyumku yang kuharap mampu
kau terjemahi dengan cukup benar. Karena kadang kau terlalu mengeneralisasikannya
dengan satu makna, manis! Katamu.
Manis banget!
Masih
ada tambahan di belakangnya ternyata.
Kunci
itu segera kugenggam dan kusimpan. Tapi hatimulah yang sebenarnya telah
kugenggami.
“Sudah
ya, aku pergi dulu.” Katamu lagi, sambil masih tetep berdiri. Ah, terkadang
kita memang tak pernah punya cukup waktu untuk duduk berdua saja,
memperturutkan lontaran kata yang saling kita tukar, entah kenapa tak pernah
merasa bosan walau waktu sudah menua.
Aku
mengangguk, walau selalu tak menyenangkan melihat punggungmu pergi. Tapi kunci
di tanganku menghangat, hatimu juga pasti. Hatiku apalagi.
Lalu
bergegas engkau membalikkan badan, membiarkan punggungmu kupandangi. Setapak
demi setapak kuiringi dengan tatap mata yang melekat pada punggungmu. Masih
tetap saja aku berdiri dengan rok batik coklat dan kuncimu di tanganku.
Memandangimu pergi.
Satu..dua..tiga..engkau
membalikkan badan dan menoleh padaku, padaku yang masih berdiri mematung di
depan pelataran perpustakan.
Kita
juga tak perlu menghitung..satu..dua..tiga, agar kita berdua serempak sama-sama
tersenyum dari jauh. Kau duluan? Atau aku duluan? Kau duluan beberapa detik pasti!! Yang pasti bila kaudengar akan
kau protes segera, protes yang selalu kutunggu sebenarnya. Agar memasukkan lagi dalam daftar 77 alasan
merinduimu.
Harusnya bisa kukumpulkan lebih dari itu, agar setiap kali kau tanya,
“kenapa rindu?”.
Bisa kusiapkan untuk menjawab pertanyaanmu itu, daripada engkau harus
berupaya menjemahkan dalam setiap jawab senyumku.
Beberapa
langkah, dengan sengajapun engkau menengok lagi. Aku masih semanis dulu, apalagi yang kau perlu kau pastikan?
Tapi
kita masih serempak tersenyum, senyum malu-malu seperti pelajar SMA yang
tertangkap saling mencuri pandang.
Satu..dua..tiga,
kenapa engkau menengok ke belakang lagi? Dan mengapa pula aku masih melempar
senyum paling manisku padamu yang hampir sampai di belokan. Sepersekian detik
hilang dari pandang.
Mungkin
kau hanya ingin pastikan bahwa ternyata adegan-adegan film romantis itu memang
bukan khayalan. Benar!
**
Glasgow, 15 August 2012. Hanya sekedar tulisan iseng sekali duduk, hasil ide
dari komentar di sebuah status seorang sahabat di sebuah situs jejaring sosial.
Bila ada yang merasa ada kejadian yang hampir serupa, pastilah saya sengaja. Ahaha..;p
kangeeeeeeeeeeeeen ;)
BalasHapuskenapa kangeeen? wakakak ;p
BalasHapusah ini so sweet #lanjutin selonjoran di kamar haha
BalasHapusahihihi..nulisnya penuh penghayatan soalnya :DD
BalasHapus#cieh yg sedang menikmati mudik, enjoy ur Eid's holiday :)
kasih 77 alasan ke budhe sur tuh, khan katanya punya 77 alasan :P
BalasHapusahaha ntar kubikin daftarnya dulu :DD
BalasHapusjangan lupa kasih alesannya ya...biar budhe sur jelas...wkwkwk
BalasHapusaku mau tau alesannya yg 77 itu, harus interview lebih mendalam mengenai ini ni ;pppp
BalasHapus