Bila bertemu dengan orang baru,
apakah dirimu punya sistem pendeteksi yang akan segera membuat list-list screening seperti mesin
otomatis? Blip Blip.. Si mba-nya kalem, rumahan, atau ni anak
rame, lucu, asik diajakin jalan-jalan, atau ih ini anak kayaknya rese, cerewet bla..bla..begitu
biasanya sistem
pendeteksi otomatis memberikan laporan sementara. Banyak orang
bilang “Don’t judge the book from it’s
cover” haduuh kalo udah otomatis gimana dong ya? Mungkin ganti, Don’t judge the book only from it’s cover...ehehe
;p
Dari laporan sementara itulah kita menjadikan
dasar untuk bagaimana untuk bersikap, apakah :
-
Standar
-
Pasang
benteng-benteng
-
Agak
terbuka
Begitulah opsi yang biasanya
terjadi pada saat bertemu dengan orang baru, yang seperlintasan hidup dengan
kita. Sikapku biasanya tergantung dari laporan sementara mesin penscreening
otomatis tersebut (istilahnya itu
lho..maklum lah yaaa...mantan robot mekanik—paling begitu komentarmu hihi)
Kemudian setelah beberapa waktu
ngobrol, berinteraksi, mesin penskreening itupun terus berjalan untuk
melakukan verifikasi. Apakah laporan awal mesin pendeteksi itu benar atau ada
yang keliru. Si mesin itu re-check
dan re-check lagi.
Laporan awal itu setelah ada
interaksi beberapa waktu, biasanya akan memberikan simpulan awal, yang dapat
digunakan untuk rekomendasi sikap lanjutan. Aih ribet amat yah kedengarannya.
Eits ingat, semua sistem berjalan otomatis, jadi saya pun terkadang tanpa sadar
bahwa proses itu sedang berlangsung.
Tapi akhir-akhir ini saya
tertarik untuk mengamati, karena beberapa hari ini saya bertemu dengan
orang-orang baru. Dan menyadari betapa saya mempunyai perbedaan dalam
menunjukkan diri saya, ataupun sikap saya pada beberapa orang itu. Misalnya,
ada teman perempuan yang baru saja saya kenal, tapi hanya dalam beberapa saat saja saya merasa
sefrekuensi, enak diajak ngobrol apa
saja, ketawa ketiwi nggak jelas. Tapi dalam waktu yang sama pula, pada seorang
teman perempuan lain yang baru saya kenal, saya bersikap standar, formal, permukaan. Dua-duanya
baik, trus apanya yang membedakan cara berinteraksi saya dengan mereka ya? Rasanya
beda saja hihi...klik sama enggak klik, sefrekuensi sama enggak sefrekuensi.
Kadang kita bertemu dengan orang
baru yang dengannya gampangnya ngobrol, tertawa-tawa, komunikasi rasanya
nyambung. Rasanya sefrekuensi. Tapi ada pula kalanya saat bertemu dengan orang
baru yang biasa saja, standard. Atau
kadang ketemu orang yang dengannya kita cenderung untuk membuat
benteng-benteng, tertutup, hanya berdiri di permukaan. Pernahkah mengalami hal ini? Hihi..
Tentang sefrekuensi,
kubilang. Klik, kurasa.
Bila saya mengulik lagi
persahabatan dengan inner circle
saya, rasa sefrekuensi itu bukan berarti kita “sama”. Sama dalam artian
karakter, kebiasaan, hobi dll..tidak, kami masing-masing punya karakter yang
berbeda, tapi tetap klik rasanya. Kebersamaan dengan mereka selalu
menyenangkan, dan selalu menantikan untuk bersama lagi kalau sudah lama tak
berjumpa seperti sekarang ini. Komunikasipun tetep baik walau jarak, ruang,
jalur hidup sudah berjalan masing-masing. Masih ada pesan-pesan offline skype, BBM atau chat YM /FB yang
masih menyambungkan komunikasi kami. Hubungan apapun terkadang adalah kemauan
dua belah pihak untuk tetap “saling” menghubungkan jembatan antara dua jiwa, dua hati #eaaaa apaan sih.
Tapi pada orang-orang yang
padanya kita bersikap biasa, sulit untuk bisa cair, bukan berarti orang
tersebut tidak baik, atau enggak pas..atau apalah namanya. Bila menurutku,
hanya enggak “klik” saja.
Chemistry-biasanya
orang bilang begitu biar keren. Klik. Cocok. Sefrekuensi. Mungkin kita
masing-masing mempunyai radar yang akan mencari/menemukan/ditemukan/saling menemukan orang-orang yang sefrekuensi.
Seperti law of attraction, hukum
tarik menarik. Yang mirip akan mendekat ke yang mirip.
Itulah mengapa, dalam hidupmu
engkau bertemu, berkenalan dan berkomunikasi dengan begitu banyak orang, tapi
perhatikanlah..berapa banyak dan siapa yang akhirnya menjadi sahabatmu? Yang
kau bisa lari padanya dengan segala macam cerita. Yang kau tak perlu jadi orang
lain untuk berbagi apa saja. Kau bisa menyebalkan, bisa menyenangkan, bisa
menjadi apa saja. Menjadi manusia
tanpa topeng-topeng, tanpa banyak label-label. Mereka tidak
banyak bukan? Kira-kira mengapa mereka ada terus dalam hidupmu? Entah kemanapun
engkau, dengan siapa kau berpacaran atau menikah, mereka tetap ada.
Persahabatan memang ajaib kupikir.
Kita biasa tak sepaham, kita
biasa beradu argumentasi, saling sebel,
tapi kita bisa juga saling berbagi, jalan-jalan bersama, tertawa, menangis, saling
memberi semangat, terus dan terus. Sahabat akan menopangmu dengan sebuah kehidupan yang stabil
dan kaya. Sebuah artikel yang saya baca (lupa sungguh sumbernya), seseorang
yang berumur 40an, sudah menikah, kehidupannya akan lebih stabil bila dikelilingi
oleh sahabat dekat. Glek..hihi kenapa pakai deskripsi umur 40an, sudah menikah
bla bla..ahaha lah setiap orang juga kehidupannya akan lebih stabil dan kaya bila
dilingkupi oleh sahabat-sahabat dekat yang hangat kan.
Chemitry,
klik atau sefrekuensi memang awal yang membuat suatu hubungan apapun berjalan,
namun untuk bertahan (duh bertahan
sepertinya sebuah diksi penuh penderitaan dan paksaan ya)-ganti ah--untuk terus
berlanjut, tetap
butuh keinginan kedua
belah pihak. Untuk saling berkomunikasi
dengan hangat. Hiyaaaa kangen sahabat-sahabatku, semoga Tuhan memberkahi kalian
dengan sebuah kehidupan yang hangat dan kaya cinta kasih. Di akhir tulisan, aku
ingat sebuah obrolan minggu lalu, yang ngomongin tentang chemistry-klik-ataupun sefrekuensi ini.
“Adek pengen dapet banyak klik?” tanyamu kala itu.
“Maksudnya?” tanyaku sambil
setengah tak mengerti,
“
Nanti mas belikan mouse, kan banyak
klik-nya” katamu dilanjutkan dengan memunculkan ikon tertawa terbahak-bahak.
Dasar badut gendut !!
Glasgow yang terus saja gerimis. 18 Oktober 10.00 pm
..
BalasHapuspernah gak, ketemu orang belum ngobrol, belum interaksi, tapi lihat mukannya saja eneg, sebel dan kepengen nempeleng..?
kata orang chinese itu namanya chiong, shio-nya gak cocok..
..
ehehe gak pernah sampai seekstrim itu sih, cuma berasa aja enggak sefrekuensi..enggak enak energinya
BalasHapus