Jujur saja saya tidak terlalu maniak nonton film,
jarang update nonton film-film terbaru. Tapi tetap penasaran dengan riuh rendah
pemberitaan tentang film Habibie-Ainun yang katanya fenomenal itu. Maka demi
mengobati rasa penasaran saya, saya akhirnya nonton film ini bersama sahabat
baik saya di Ambarukmo Plaza, Jogya minggu lalu. Untuk mendapat tiketpun kami terpaksa
mundur ke jam tayang 15.30 karena jam tayang 13.55 sudah penuh. Yaah lumayanlah ditinggal minum di foodcourt sambil
ngobrol dan mampir di Batik Keris, beli batik peta Indonesia. Niatnya tahun ini
saya mau beli/buat sebuah rumah, dan sebuah rumah itu bisa diawali dengan
menyicil hiasan dindingnya LOL #abaikan.
Sebelum nonton film ini, saya terpengaruh oleh
komentar teman-teman yang telah menonton film ini, dengan pesan “hati-hati,
mesti nangis-nangis deh,” begitu kata mereka.
Oke, saya bersiap-siap untuk sebuah film yang
bakal penuh drama ehehe. Hingga nonton sepanjang
film sampai akhir film, lalu melangkah keluar gedung, saya masih mikir. Eh dimana
nangis-nangisnya? Kok hambar ya.
“
Mba, dimana nangis-nangisnya? Hayoo nangis po ra (nangis atau tidak)?” tanyaku
pada mba nuk, teman yang mengajakku nonton itu. Pertanyaan klarifikasi, siapa tau
syaraf romantis dan dramatisku konslet. Soalnya dari awal sampai akhir enggak
nangis sama sekali.
“
Sekali tok. Pas Habibie mengunjungi hanggar pesawat dan sudah sepi senyap.
Sedihnya sebenarnya negeri ini mampu kok hebat, tapi nyatanya seperti itu,”
jawabnya sambil melangkah menuju parkiran.
Ah sama, di bagian itu juga saya tersentuh, tapi
enggak sampai mewek. Jadi kami berdua tersentuh bukan di bagian kisah cintanya
Habibie-Ainun tapi di sisi nasionalismenya.
“Untungnya enggak
mekso suamiku buat nonton bareng, lah wong biasa wae (untung enggak memaksa
suaminya untuk nonton film ini karena ternyata biasa saja),” imbuhnya.
Ah lega, ternyata saya enggak konslet-konslet
amat. Karena menurut saya, ceritanya biasa, terkesan plain dan scene demi
scene-nya enggak teramu sehingga mampu menimbulkan efek WOW. Bagi saya, film
tersebut lebih terlihat seperti film sejarah yang dibungkus dengan baik,
dibandingkan sebuah kisah cinta romantis. Beberapa scene memang lumayan
mengesankan, seperti saat Habibie mengejek Ainun saat mereka masih sama-sama
sekolah :
“
Ainun, kamu gendut, item, jelek”
Atau saat Habibie melamar Ainun di becak. Itu
lumayan okelah. Selebihnya saya lebih tertarik memperhatikan cerita sejarahnya
dibandingkan cerita cintanya. Humm sejenis cerita cinta yang hampir dipunyai
setiap orang, dan terlalu lurus, kurang romantika hingga terkesan plain, datar.
Yah wajar saja, karena ini kisah nyata, jadi mungkin sulit bagi penulis
skenarionya untuk memodifikasi cerita. Film ini seperti kisah happily ever after yang terlalu
sempurna, malah jadinya datar. Untuk sisi sejarahnya, saya pun memaklumi kisah
ini pun main aman dengan tidak terlalu banyak menyinggung isu-isu yang
berbahaya. Padahal nyatanya cerita reformasi, mundurnya presiden soeharto pasti
banyak untold storynya.
Film ini mengisahkan cerita seorang Habibie yang
ingin mengabdikan dirinya untuk kemajuan negerinya, bahwa ada banyak cara untuk
mencintai negeri ini. Bagi Habibie, cita-citanya bagi negeri ini yakni membuat
pesawat terbang untuk menghubungkan wilayah Indonesia yang berpulau-pula. Dibumbui
dengan kisah cintanya dengan Ainun yang terus setia mendampinginya sekolah di
Jerman, menjadi menteri, wakil presiden dan akhirnya menjadi presiden, walau
diakhiri dengan kisah sedih kematiannya akibat kanker. Reza Rahardian merupakan
poin utama yang menjadikan film ini layak ditonton karena aktingnya yang boleh
dinilai luar biasa. Ia sanggup memerankan Habibie dengan sangat baik,
benar-benar melakukan studi detail bagaimana pak Habibie berbicara, berjalan,
tertawa dan keseluruhan gerak geriknya berhasil diperankannya dengan jempolan.
Sedangkan Bunga Citra Lestari lumayanlah memerankan Ainun. Sayangnya film ini
banyak dijejali iklan-iklan produk #hadeeeeh...plus make up artis-nya yang
kurang oke, misalnya saja BCL kayak muda terus, padahal anak-anaknya sudah
dewasa. Enggak ada kerutan ataupun make-up yang menyesuaikan usianya. Hummm...
Tapi overall, enggak rugilah nonton film ini.
Walau ternyata enggak sebagus yang diharapkan, pinter juga nih marketing
filmnya ehehe bisa membuat orang-orang heboh nonton film ini. Kalau film 5 cm
memang ke luar ruangan habis nonton berasa semriwing, tapi keluar nonton
Habibie-Ainun efeknya biasa saja. Tapi bagaimanapun saya menghargai karya anak
negeri.
Oh ya, satu lagi..original sountracknya saya
suka.....
cinta kita melukiskan sejarah
Menggelarkan cerita penuh suka cita
Sehingga siapa pun insan Tuhan
Pasti tahu cinta kita sejati
Bikin berasa...dudududu...#abaikan ahaha
Purwokerto, 14 Januari 2013. 22.58 dengan badan
yang sudah lumayan enakan setelah dipekso2 mandi air anget. Nampaknya saya dan
hujan sudah mulai tak berjodoh #nggreges. Malah curcol LOL.#abaikan.
Pengen nonton juga film ini. nunggu versi youtube-nya aja deh, karna di Aceh gak ada bioskop, hehee..
BalasHapushehe tunggu saja mba, biasanya di youtube ada. oh baru tahu kalau di aceh enggak ada bioskop..
BalasHapusbiasa tapi bagus #abaikan :P
BalasHapusahahaha dasaaaar lupiii ;p
BalasHapusLupi dah mulai mirip mars tuh, dah dicicil dari nulis #abaikan...hihihi...
BalasHapusekekek biasalah fans itu biasanya mengikuti jejak artisnyaaa, hihi sombong ah #abaikan
BalasHapus*cengarcengir :p #abaikan hihiihhi...
BalasHapus