1.
Perempuan itu belum lama saya kenal, namun entah
kenapa ia mau membagi hidupnya pada saya. Saya terhenyak mendengar runtut
kisahnya di balik senyumnya yang bersahaja. Di samping hidupnya yang nampak
sempurna, ada satu hal yang sangat ia inginkan dalam hidupnya. Dalam waktu ia
menunggu, dan dalam usaha ia berdoa.
Sampai suatu ketika, mungkin sama yang dialami
tiap manusia, tiba pada pertanyaan : sampai kapan harus menunggu? Sejauh mana
harus berupaya?
Tuhan menganugerahinya ketidakpastian.
Dengan pilihan, ketidakpastian membuatnya menjauh
atau mendekat padaNya. Naik turun, katanya. Kadang menjauh, kadang mendekat.
Tapi saya ingin mendekat, begitu ia bilang.
Ada rasa trenyuh, haru, takjub, dan simpati
padanya. Semoga malaikat semakin rajin menyampaikan doa-doanya agar mujizat
Tuhan yang ia nantikan segera datang.
Semoga ia terus berani menjalani hidup dengan
pertarungannya itu.
2.
Saya bertemu dengannya beberapa bulan lalu. Masih cantik dan dinamis seperti
terakhir kali saya bertemu dengannya. Hidupnya penuh warna, beberapa negara
telah dijejakinya sementara karirnya tetap saja cemerlang. Hidup dalam kasih
keluarga yang menyenangkan, dengan sahabat-sahabat yang membanjirinya dengan
kasih dimanapun ia berada. Mungkin orang lain melihatnya sempurna, bahagia.
Senyumnya pun tak lepas dari bibirnya bila
bertemu. Tapi siapa yang tahu tangis usai sujud yang ia curahkan padaNya? Harapnya
dan perjuangannya selama ini, untuk sebuah keyakinan akan sebuah perwujudan.
Dia tetap yakin, walau ia berdoa dengan
menengadahkan tangan sedang kekasih hatinya berdoa yang menangkupkannya.
Tuhan Maha Mampu memungkinkan hal yang tidak
mungkin, dan memudahkan hal yang sulit.
Semoga tetap berani dan sabar dalam pertarunganmu.
3.
Ia masih mempersalahkan Tuhan, dulu..entah kini.
Mungkin saja sudah bisa berkompromi.Semoga. Tuhan yang dulu ia kultuskan
sekarang harus dia persalahkan. Tuhan yang dulu Maha Pemurah kini menurutnya
jadi Maha Semena-mena. Ia masih tak terima.
Kepahitan hidup, kegetiran..kalian tak kan
benar-benar paham, bila tidak mengalaminya. Bilangnya suatu saat.
Ia masih dengan pertarungannya. Semoga waktu dan
Tuhan menyembuhkannya. Dan doaku tentu saja untuknya agar bisa menghadapi
semuanya dengan lapang.
Baru tiga manusia, sebenarnya bisa seratus, sejuta. Setiap
manusia menghadapi pertarungannya sendiri-sendiri. Tuhan tak pernah salah
memberi, tak pernah salah memilih. Lalu mengapa harus gentar dan terhenti?
Saya pun dengan pertarungan saya sendiri.
Ndalem Pogung, 14 feb 2013. 23.43
0 Comments: