Mataku melihat judul buku itu di antara beribu
judul buku di Gramedia Amplas Jogya, buku itu pasti memberikan signal untuk kubacai.
The Celestine Vision–James Redfield, itu judul buku dan penulisnya. Celestine? Umm
saya teringat The Celestine Prophecy karya Redfield juga. Lanjutannya kah? Atau
buku ini berhubungan dengan The Celestine Prophecy? Iyah, ternyata benar. Buku
ini semacam karya non fiksi yang berhubungan dengan The Celestine Prophecy.
Sementara karya fiksi lanjutannya berjudul “wawasan ke sepuluh” melanjutkan
ke-9 wawasan yang diutarakan dalam buku yang pertama.
Lalu berpindahlah akhirnya buku itu ke tanganku, Buku
itu yang memilihku, atau aku yang memilih buku itu? # rumit amat sih saya
ehehe..;p
Dan akhirnya malam itu, saya membeli dua buku yang
telah dengan sengaja memilih saya untuk membacainya#pede. The Celestine Vision
dan Dunia Sophie-nya Jonstein Gaarder, di sela-sela lagunya Taylor Swift yang
diputar di Gramedia dan seketika blip, dunia berhenti beberapa menit. Lalu suaranya
Taylor swift tiba-tiba berubah jadi suaranya seseorang yang pernah menyanyikan
lagu ini untuk saya.
Romeo
take me somewhere we can be alone
I'll
be waiting all there's left to do is run
You'll
be the prince and I'll be the princess
It's
a love story baby just say yes
Aih lost focus! #abaikan.
The celestine Phophecy, The celestine vision, Dunia
Sophie. Buku-buku aneh, mungkin itu label kebanyakan orang. Ahihihi begitulah,
karena saya punya hobi mempertanyakan hidup. Dan biasanya buku-buku itu secara
ajaibnya mendatangi saya. Tuhan menjawab apa yang saya tanyakan. Pertanyaan
saya beberapa dijawab lewat buku, beberapa lewat orang yang hadir dalam hidup
saya. Dengan begitu saya menyadari hidup saya. Sampai mana, untuk apa, dan apa
selanjutnya.
Beberapa saat yang lalu, dalam perbincangan dengan
seorang teman lama tapi baru (berteman lama di FB tapi baru kali ini bertemu).
Dengan spontan saya lontarkan pertanyaan saat ia bercerita tentang alur
pekerjaannya
“
Nggak tau juga, alur kerjaan saya zig zag, nggak cocok sama keilmuan saya”
paparnya.
“
Trus motifmu apa melakukan kerjaan yang sekarang ini?” spontan pertanyaan itu
yang terlontar dari mulut saya.
Dia sedikit terpengarah, mungkin tidak menyangka
akan mendapat pertanyaan begitu rupa.
“
Ahaha nggak tau juga” jawabnya. Saya tersenyum, karena saya tahu setelah itu,
nanti atau beberapa hari kemudian dia akan memikirkan pertanyaanku tadi itu.
Bagaimana mungkin seseorang tidak tahu
mengapa/motif melakukan pekerjaan/profesi tertentu? Ah, tapi itu banyak terjadi
di sekeliling kita. Hey kamu pasti sudah tahu motifmu bukan? Bahkan bila kamu
melakukan demi motif uang sekalipun. Kamu harus tahu. Untuk apa? Untuk memberi
makna hidupmu. Seperti arah kompas yang ingin dituju, seperti tujuan dalam
setiap penelitian, setiap penjelajah dan setiap peneliti harus tahu itu.
Seandainya manusia sedikit saja menyediakan waktu
untuk mempertanyakan hidup, sebelum ia “berlarian” lagi.
Saya mulai mempertanyakan hidup saat mewujudkan
impian saya dulu. Setelah impian saya sudah terwujud, saya diserang pertanyaan
seperti, jadi untuk apa ini semua? Buat apa?
Selanjutnya apa? Lalu dengan ajaibnya saya menemukan buku “The Alchemist”nya
Paulo Coelho. Jadi memang buku itu sangat berpengaruh pada hidup saya, bukan
karena bahasanya, ceritanya, atau lainnya. Tapi karena melalui buku itu Tuhan
menjawab pertanyaan saya.
Sejak saat itu saya mempunyai kebiasaan untuk
mengamati kebetulan-kebetulan yang terjadi dalam hidup, mengamati semesta
merangkai kejadian demi kejadian dan membacai pertandanya (jreeng..bahasanya
absurb yah). Seringkah kalian mengamati kejadian yang dilabeli orang sebagai
peristiwa “kebetulan”? bila sering-sering mengamati, engkau akan menyadari
hidupmu adalah susunan kejadian ajaib. Saya, dengan jujur sering “gemes” dengan
Tuhan dengan “permainan” kejadian-kejadiannya.
Sebelum buku The Alchemist, saya sudah terpengaruh
oleh beberapa buku-nya Gede Prama, Dee dan Covey, tapi baru saat The Alchemist
datang dalam hidup saya, saya semakin sering bertanya, berbicara dan mencari
tahu tentang hidup.
Setelah itu saya bertemu dengan seri-seri buku The
Secret, kemudian mengenal bahasa semesta, terpesona dengan The law of atraction yang banyak mempengaruhi hidup saya. Saya
merasa hidup saya semakin seperti anak tangga, seperti perjalanan. Kadang
bingung mencari arah, kemudian Tuhan memberikan jawaban. Kadang setelah tahu
jawabannya, saat saya meneruskan perjalanan saya bisa saja tiba-tiba melupa apa
yang telah saya diketahui sebelumnya. Dalam artian lupa tidak saya jadikan
sikap hidup lagi.
“ Semesta merespon apapun yang kita
pancarkan”. Secara teori saya mengerti itu, tapi dalam perjalanan, dalam
bawah sadar saya sering memancarkan signal-signal negatif, sehingga semestapun
merespon serupa. Hidup perlu disegarulangkan, untuk merekap lagi
pelajaran-pelajaran yang lalu.
Dan akhir-akhir ini, saya banyak mengambil jeda
untuk kembali me-recall pelajaran-pelajaran saya. Setiap orang mempunyai tahapan pembelajarannya
sendiri-sendiri, saya percaya itu. Kadang jiwa saya memberikan signal bahwa
saatnya jiwa saya disegarkan. Guru akan datang saat murid sudah siap. Dan
biasanya saya ke toko buku dan membiarkan ada buku yang dengan sengaja bertemu
dengan otak saya. Seperti senin minggu lalu, usai riset lapangan saya sempatkan
ke Gramedia Purwokerto. Jiwa saya akhir-akhir ini lelah karena terus menerus
berlarian. Niatnya ingin mencari buku “Sewindu”nya Tasaro GK tapi ternyata
masih belum liris di toko buku. Dan akhirnya “The Magic”nya Ronda Bryne memilih
saya untuk tahu tentang kejaiban syukur. Sekali lahap buku itu langsung bikin
jiwa jadi segar. Ya ampun, selama ini sudah tahu tentang syukur, dari kecil
diajari syukur, di pelajaran agama juga dikasih tahu soal bersyukur. Tapi baru
sekarang ini saya “paham” ajaibnya daya syukur dan efek-efek luar biasa yang
bisa diciptakannya. Aih gila, andai lebih banyak manusia yang baca buku ini dan
tahu “rahasia” ini, makin banyak hidup-hidup yang tercerahkan.
Dan kemarin The Celestine vision berhasil membuat
otak saya nggak mau istirahat sebelum bacaan buku itu selesai. Sudah larut
hampir dini hari, mata sudah ngantuk tapi otak nggak mau istirahat saking
excited-nya. Kayak nemu “rahasia” rasanya ehehe. And again, Tuhan memberikan
jawaban tentang suatu hal yang sedang saya alami. Sebenarnya pembelajaran
berulang, karena pelajaran yang dulu sudah saya tahu dari The Celestine Prophecy
banyak saya lupakan (atau saya ingat tapi prakteknya sulit xixi). Tuhan kasih
remidi sepertinyaaa ahaha..
Oh ya, tentang buku The Celestine Prophecy. Saya
semakin takjub tentang bagaimana buku itu bisa ada di tangan saya. Buku itu
diberikan sebagai hadiah dari Widuri, sahabat baik saya. Dan ternyata buku itu
ingin saya tahu tentang ke-sembilan wawasan itu. Dan salah satu poin yang dulu
saya baru belajar adalah tentang “ketergantungan energi”. Hal tersebut pernah
saya baca di tulisan Dee lewat kalimatnya “kita harus menjadi utuh dulu untuk
bisa mengutuhkan orang lain”. Dan hal itu menginspirasi saya membuat cerpen
berjudul “Cinta di antara dua huruf O”. Saat itu saya mengalami ketergantungan
energi kronis karena ujian sebenarnya mengenai “penuhnya” diri manusia teruji
benar dalam suatu hubungan. Setelah saya tahu ilmu “perebutan energi” itu saya
sembuh. Tapi kemudian penyakitan lagi ahaha..
Lalu The celestine vision kemarin itu datang datang
dalam hidup saya untuk kasih kuliah lagi. Saya cuma senyum-senyum nyengir,
walau otak saya terus berpikir. Ada banyak hal dalam buku itu yang mempesona
otak dan jiwa saya. Dan makin membuat saya sadar, ternyata “kitab-kitab”nya
orang-orang yang saya kagumi nilai hidupnya itu hampir semua sama bacaannya. Mereka sudah
terlebih dahulu mengetahui tentang “rahasia-rahasia” itu. Hidup ternyata bisa
menjadi begitu ajaibnya. Saya rasanya kayak nemu harta karun! Ehehe..lebay
terus-terus ternyata nagih juga!
Kini saya mengutuh kembali, penuh kembali. Setelah
tahu rahasia energi, ternyata energi itu bergender kawan, ada gender laki-laki
dan perempuan, dan kamu akan mengutuh bila sudah bisa mampu mengaktifkannya. Life
is Magic, Miracle bila kita menemukan rahasiaNya!
Ah baiklah, kalian sudah protes : ngomongin apa sih ini dari tadi? Ahaha..kabur ah. Selamat sore,
selamat menjalani hidup kalian yang ajaib, kawanku! Kapan-kapan saya meracau
tentang hal ini lagi.
Ndalem Pogung, 18 Maret 2013.
terimaksih telah dan slalu memancarkan energi positif #peluuuukkk
BalasHapusehehe biar hidup terus menerus ajaib, lupi. Terimakasih juga untuk semuanyaaaa termasuk pie susunya #eh...peluk juga :)
BalasHapus