Sudah sejak lama saya
selalu memperhatikan kejadian-kejadian kebetulan, dan ingin selalu berusaha
menyadarinya. Tuhan mungkin berbicara melalui pertanda kejadian kebetulan.
Tuhan ingin membincangiku, Tuhan ingin menyampaikan sesuatu padaku, begitu pikirku. Apa saya kemudian
menjadi manusia yang terlalu berlebihan mensikapi kejadian kebetulan ini? Mungkin
ehehe.
Tapi entah kenapa
saya sangat menikmati “permainan” ini. Saya jadi merasa terkoneksi secara nyata
dengan Tuhan. Kadang berakhir dengan senyum mengerti akan rencanaNya, kadang
geregetan tingkat tinggi, kadang takjub setengah mati, namun kadang juga nggak
ngerti sama sekali ahaha. Tapi ini salah satu cara saya merasa terkoneksi
denganNya. Seperti ketauhidan manusia yang bisa dicapai dengan melihat alam
semesta, dan kejadian-kejadianNya dalam hidup kita bukankah bagian dari alam
semesta yang sebenarnya begitu nyata?
Oke, saya meracau
lagi ahaha..siapa suruh membacai blog ini LOL.
Beberapa saat lalu
saya ke toko buku Gramedia, kemudian menemukan bukunya Paulo Coelho yang berjudul
“seperti sungai yang mengalir”. Karena
saya sudah punya versi English yang saya beli di Glasgow, saya memang tidak berniat
membelinya. Saya hanya ingin membacanya saja karena ternyata memang lebih enak
baca dalam bahasa Indonesia ehehe. Lalu asiklah saya dengan posisi bersila di
lantai membaca halaman demi halaman. Lalu tibalah pada kalimat : “kenapa manusia harus memakai dasi?”
Eits, waktu membeku
di situ, mata saya juga berhenti di tanda tanya itu. Lalu sebuah rekaman
terputar di ingatan saya. Dasi! Kata itu
mengingatkan saya pada mimpi saya semalam sebelum ke toko buku itu. Cerita di
mimpi saya tak begitu jelas, tapi kejadian yang saya ingat yakni saya sedang
membuka tas saya, lalu tiba-tiba menemukan sebuah dasi. Dan saya tahu siapa
pemilik si dasi ini (dalam versi mimpi saya). Saya mengambil dasi itu, dan
berpikir “ umm, dasinya ketinggalan di
tas saya”.
Sebelum saya membaca
kalimat itu, saya tidak ingat mimpi itu sama sekali dan biasanya memang saya
tidak terlalu mengingat-ingat mimpi saya, bunga tidur, pikirku. Tapi begitu saya menemukan kata “dasi” di buku-nya PC,
saya teringat mimpi saya itu. Dan kemudian saya meneruskan membaca lagi, dan ow
oww..pada bab berikutnya, saya nemu kata Dasi
lagi, ih kenapa sih lagi-lagi Dasi?
*sok protes.
Dan tiba-tiba, ada orang
yang pertama kali saya kenali dari sepatunya yang terlihat di samping saya yang
tengah duduk bersila. Saya mendongak, dan
orang itu adalah si pemilik dasi dalam mimpi yang dasinya ketinggalan di tas
saya.
Trus apa maksudnya? Enggak
ngerti ahahaha..
Seperti juga kamis
minggu lalu, pas mau ngaji surat Yasin ritual setiap malam jumat, saya membuka
Al Qur’an dan mencari-cari halaman awal surat Yasin. Biasanya sudah saya beri
penanda dengan kertas lipat agar mudah dicari karena surat itu sering saya
baca. Namun malam ini entah mengapa penandanya tak terlihat, biasanya ada di
sela-sela helaian Al Qur’an itu. Maka, saya membolak balik beberapa helai halaman
untuk mencari penandanya. Lalu ups, ada sehelai kertas berwarna putih kebiruan menyisip
di antara helaian halaman Al Qur’an itu. Kuambil dan kuamati kertas kecil
tersebut, ternyata sebuah print tiket travel. Kubaca detailnya, aku terhenyak
beberapa saat dan entah mengapa tiba-tiba merinding. Mataku menelusuri detail
tiket perjalanan itu.
Tujuan : ----- ini kali
kedua saya mengunjungi kota itu sejak tahun 2009 lalu.
No.kursi : 4
Nama : SIWI.MS
Telp : -/081327236277
(no hpku masih no lama yang kini telah hangus)
Alm. Jemput : Jl.
Riyanto no 5D sumampir (ini alamat kosnya yang lama)
Almt antar :
-------ini daerah rumah teman prajab saya, karena saya belum terlalu ngerti
kota tujuan saya ini. Dan teman saya ini bersedia ditumpangin dan akan
mengantar ke lokasi tujuan saya ke kota tersebut.
Tiket : 70.000 (Rp.)
CS0 : TEGUHPWT
Dan yang paling
kuamati yakni tanggal perjalanan itu. Ada di paling atas detail tiket tersebut
Jul 23 2010/7:00 am
Saya rasanya dilempar
ke mesin waktu. Tak hentinya saya merinding memegangi tiket itu. Saya langsung
ingat untuk apa saya memesan tiket tersebut, dan dahulu saya tidak pernah
mengira bila tiket itu, perjalanan itu, akan menjadi salah satu bagian penting
dalam hidup saya. Saya memang ahli “sejarah” tapi tak terlalu gila untuk
mengoleksi lembar-lembar tiket travel. Saya tidak pernah menyimpan tiket
travel. Apalagi saat melakukan perjalanan tersebut, saya tak pernah menyangka
bila itu akan menjadi sesuatu yang istimewa. Semenjak lama saya mencari tahu sebenarnya kapan
tanggal pastinya saat itu, setelah tahun-tahun berlalu dan mengingat peristiwa
itu sebenarnya adalah saat yang sungguh istimewa dalam hidup saya. Dan
tiba-tiba, sebuah tiket travel nyelip di antara helaian Al Qur’an. Well, sebut saja kebetulan bila memang
ada kejadian kebetulan di muka bumi ini!
Apa
maksudnya ini? Tanyaku dalam hati. Spontanitas otak
permainan kebetulan langsung menyerangku. Kenapa musti tiket itu yang terselip
di antara helaian Al Qur’an? Dan tiket itu di situ selama bertahun-tahun. Al
Qur’an itu saya bawa pulang ke rumah saat saya pergi ke Glasgow, karena terlalu
besar dan berat untuk dibawa. Ke Glasgow saya membawa Al Qur’an kecil agar
lebih ringan dan ringkas. Dan saat saya pulang dan ngekos di Jogya beberapa
bulan ini, saya bawa lagi Al Qur’an tersebut ke Jogya. Lebih dari tiga tahun
tiket itu tersembunyi di sana, dan kini menjadi satu-satunya tiket travel yang
saya simpan.
Pertanda sesuatukah? Ah
saya berlebihan. Mungkin kebetulan saja, mungkin juga tidak. Selain itupun, saya
masih menyimpan beberapa pertanyaan yang sedang menunggu jawab. Kadang berakhir
dengan jawaban, kadang berakhir dengan pertanyaan itu sendiri, atau kadang mengarahkan
saya pada pertanyaan yang lain atau bahkan berakhir tanpa apa-apa. Tapi saya
menikmati pertanyaan-pertanyaan saya, proses menunggu, mencari jawab, dan
begitulah cara saya menikmati terkoneksi secara nyata dengan Tuhan dalam hidup.
Selamat membacai
pertanda, kawanku. Bila kau (mau) percaya. Bila tidak, abaikan saja. Why so serious? Ehehe.
Terimakasih telah membaca
racauan saya pagi ini. Selamat pagi!
kadang pertanda adalah penanda takdir berikutnya ya, mba siwi :)
BalasHapusmanggut2 :)
BalasHapus@Ila Rizky Nidiana : mungkin saja begitu ehehe :)
BalasHapus@Arian Sahidi : manggut-manggut ngerti apa nggak ngerti? ahaha
ngerti dong :p
Hapus