Iseng sebenarnya saya
menjelajahi lagi folder-folder foto saya beberapa tahun lalu. Terkadang gambar
bisa menceritakan peristiwa dengan begitu pintarnya. Sekaligus kenangan terbawa
serta. Saya bukan sedang ingin ber-mellow ria mengenang masa lalu. Saya tak sengaja menemukan video lama yang
terselip di antara folder foto-foto tersebut. Saat saya putar video tersebut,
mata saya terbelalak, seakan baru kali pertama melihat video tersebut.
Siapa
perempuan itu? Dengan muka polos, berkerudung sederhana berwarna merah bata, malu-malu,
pipi semerah dadu? Sayakah?
Saya hampir tak bisa
mempercayai diri saya sendiri. Perempuan polos itu, saya. Benar-benar saya. Tapi
ada satu hal yang tak bisa disembunyikan. Saya tidak bisa mengelabui siapapun
bahwa mata saya hampir tak sanggup lagi menampung kebahagiaan. Binar itu, sinar
itu, berkali-kali saya putar ulang video itu. Memastikan bahwa saya pernah
sebahagia itu.
Beberapa
jenis kebahagiaan tak bisa diulang, hanya bisa dikenang (Fadh Djibran)
Gambar yang bergerak
ternyata membuat kita tak bisa menyembunyikan apapun. Mimik muka, kegugupan,
pipi merona, celotehan, langkah kaki, ataupun tingkah malu-malu. Sebuah foto
terkadang hanya sebuah gambar mati yang bercerita saat kamera ditekan tombol
klik. Mungkin kadang dengan senyum yang dipaksakan, atau memang senyum yang
benar-benar senyuman. Tapi gambar hidup ternyata mampu bercerita lebih banyak.
Dan kali ini bercerita
tentang kebahagiaan.
Kadang bahagia dalam
hidup bisa berupa penaklukan-penaklukan, bahwa apa yang kita inginkan akhirnya ada
dalam genggaman. Kadang bisa anugerah berupa hal-hal indah yang terjadi dalam
hidup. Atau kadang bahagia bisa berupa kebersamaan dengan orang-orang tercinta.
Atau pula, bahagia
bisa sesederhana kesyukuran kita masih diberi sehat dan hidup yang baik.
Menghirupi udara segar, menikmati rinai hujan, masih bisa menikmati sinar
matahari, atau hal-hal yang kita anggap biasa, namun sebenarnya penuh hal yang
perlu kita syukuri.
Tapi jenis bahagia
yang saya tangkap dalam video beberapa menit itu membuat saya tersenyum. Saya
seharusnya teramat bersyukur diberi anugerah berupa kebahagiaan seperti itu.
Sederhana. Tuhan selalu maha baik. Dia
pernah menganugerahi saya kebahagiaan semanis itu. Kebahagiaan yang bukan
penaklukan, bukan kemenangan, bukan sesuatu yang jatuh bangun untuk saya
dapatkan. Tapi sejenis bahagia yang mengada. Mengada begitu saja. Tanpa perlu
saya tarik, tanpa perlu pura-pura, atau reka-reka. Sejenis bahagia yang begitu
sederhana. Ia hanya membuncahi hati saya dengan kebahagiaan yang terpancar dari
mata saya. Bahagia ada, hanya cukup dengan menjadi diri saya sendiri. Dengan
cinta yang mengada di hati saya. Bahagia. Saya benar-benar bahagia.
Yang
menjadikan bahagiaku, belum tentu juga menjadikan bahagia bagimu, atau bagi
kalian. Begitupun pula sebaliknya. To feel happiness, there’s no universal
recipe. Define our own happiness.
3 Maret 2013.
Tulisan bulan lalu,
dan karena beberapa alasan baru “bisa” saya posting. Selamat berbahagia semuanya. Tuhan berkati
kita semua dalam cinta dan kasihNya yang selalu berlebih.
0 Comments: