Saya dan pisang bakar strawberry..yahuiii |
“ Bu, ketemu jam 1 siang ya di Raminten”
begitu bbm anak saya, si ica. Sudah dari jam 3 pagi dalam perjalanan pulang
saya dari Malang si Ica itu sudah menanyakan jadi enggak mau ketemuan ehehe.
Anak itu seperti sudah kebelet banget curhat sama simboknya ini. Dia bersama
tiga orang temannya jalan-jalan ke Jogya dari Jakarta dan dia menyempatkan
untuk ketemu dengan saya. Dan pas Ica menyebut Raminten, saya pun mengajak Mba
Rahmi untuk ikut serta. Sudah lama saya pengen mencobai makan di Raminten
karena mendengar rekomendasi dari beberapa kawan yang pernah berkunjung ke
sana.
The house of Raminten
ini terletak di Jalan FM Noto Kotabaru Yogyakarta, didirikan oleh Hamzah HS,
dan nama Raminten itu diambil dari nama peran yang diperankan oleh Hamzah di
Sitkom Jogya TV. Konsep “Unique, Antique
and Elegant” dicoba diusung sebagai trademark
The House of Raminten ini.
Ini dia pesanan tahap pertamaaa...tadaaaaa,,, |
Begitu masuk
Raminten, aura tradisional memang terpancar kental. Alunan gending jawa, harum wangi
dupa dan pelayan-pelayan dengan mengenakan pakaian tradisional jawa. Sedangkan
pelayan perempuannya memakai kemben.
“
Mas tu hobi ke Raminten soalnya
pelayannya pake kemben” kata sahabat saya pada pacarnya saat kami berkumpul
bersama-sama. Lalu kami tertawa bersama sama waktu itu.
Nah, kali ini kulihat
sendiri pelayan perempuannya pakai kemben. Wui seksi dong? Ah enggak juga.
Kembennya masih nggak horor, dan juga kesan dan definisi seksi bagi saya mungkin
jauh dengan anggapan orang kebanyakan.
Nah untuk makanan dan minumannya
juga bervariasi dan yang penting itu harganya standar kantong deh. Saya memesan
es carica, mendoan, pisang strawberry, sate telur, sate rempela ati..eits saya
doyan makan amat! Untuk soal rasa, untuk minumannya lumayan di atas rata-rata
enaknya. Artinya memang variasi menu minumannya dibilang yahud, porsinya juga large, sementara harganya standar.
Pokoknya untuk menu minumannya jempolan deh. Untuk rasa makanannya saya nilai
standar saja, artinya memang tidak terlalu istimewa dibandingkan dengan tempat
lainnya. Tapi ada menu-menu unik yang mungkin kalian penasaran untuk mencoba
seperti Ayam Koteka (nah lho kayak apa bentuknya?), Es Melankolis, Wedang gajah
ndekem, Cunduk Raminten dan masih banyak lagi yang unik-unik.
Pilihan Menunya...Monggo dipilih |
Tempat ini memang
cocok untuk kongkow ngobrol lama-lama sambil makan dan minum. Tempatnya lumayan
nyaman, ada berbagi pilihan tempat yang disediakan, termasuk di tingkat dengan
hawa yang lebih segar. Kalian bisa lesehan dengan tatami khas tikar jepang,
atau duduk dengan kursi. tKalian tinggal pilih dimana yang nyaman untuk kongkow
bersama teman-teman.
With Mba Rahmi |
Nah
siang itu, kongkow bersama si ica diisi dengan cerita panjang lebar ica yang sudah
lama ingin diluncurkan. Begitu pesan makanan, langsung deh cus cerita
berhamburan darinya. Dan seperti biasa ritualpun berulang. Harusnya saya pasang
tarif yah per sesi konsultasi ahahaha #kidding. Saya memang menikmati tiap
orang-orang berbagi ceritanya pada saya. Satu hal yang saya pelajari, bahwa
terkadang orang itu hanya butuh didengarkan. Bagaimana diri kita sepenuhnya
“ada” untuk mendengarkan orang yang sedang bersama kita. Kadang orang ada tapi
sebenarnya sebagian dirinya pergi kemana-mana. Tidakkah familiar di
penglihatanmu, bila ada orang yang sedang bersama tapi salah satunya sibuk
berulang kali dengan gadjetnya? atau pandangannya terlalu sering mengarah pada
arah lain. Dia ada di situ, tapi seutuhnya dia tidak benar-benar ada di situ.
Saya belajar bagaimana mendengarkan dengan baik, dengan sepenuh-penuhnya ada
bersama orang yang bersama saya. Pandang matanya saat bicara, perhatikan
mereka, seakan kita di situ memang benar-benar untuknya. Sebetulnya diri kita
juga sangat peka dan merasa, apakah orang yang kita ajak bicara sungguh-sungguh
mendengarkan kita atau hanya selintas dengar saja.
Saya masih ingat,
sahabat saya Ustadz Arian yang menemui saya di kantor untuk membicarakan acara
Launching bukunya, sempat sok protes saat saya mengalihkan perhatian dan beberapa
kali membalas whataps di ponsel saya.
“ Aih Gue dicuekin nih” katanya setengah protes walaupun saya tahu
dengan nada bercanda. Ahaha, ampun deh
padahal cuma sesekali saja whataps-an denganmu kala itu #ups.
Begitulah, orang lain
akan peka dan merasa kehadiran kita dengan sepenuh kesadaran untuk “ada “ atau
tidak. Kemudian selain mendengarkan dengan baik juga saya menghindari untuk
melakukan “penghakiman” pada orang curhat pada saya. Kadang kita secara bawah
sadar akan segera melontarkan penghakiman ataupun pendapat-pendapat menurut
“kacamata” kita dengan nada yang berkesan ofensif.
“ Kamu nggak bisa dong kayak gitu terus, harusnya kan...bla..bla...”
“ Stop deh bertindak kayak gitu, apa kamu nggak mikirin diri kamu sendiri
bla bla..”
Menurut saya, sebagus
apapun, sebenar apapun saran kamu, orang yang kamu ajak bicara lebih cenderung
menganggap pendapat atau saranmu sebagai bentuk ofensif yang menyerangnya.
Alih-alih akan mendengarkan saranmu, justru orang itu akan cenderung defensif.
Dia akan mundur pelan-pelan, dan saya ragu apakah orang itu akan berbagi cerita
lagi denganmu. Inilah bagi saya unik dan menariknya seni berkomunikasi
sekaligus seni “rasa” berinteraksi dengan orang lain. Tentu saja saya masih
tahap belajaran. Mungkin itulah kenapa sejak kuliah dulu, di antara bala kurawa
saya, saya dipanggil “simbah” oleh mereka walaupun saya umurnya paling muda.
Dan sekarang saya menikmati dipanggil “Bue”, “Ibu”, “Kak”, “Mba”.
“ Nggih, Bue” sebut seorang ex-mahasiswa saya yang sekarang bekerja
di Kalimantan. Saya sering senyum-senyum membacanya.
Tapi biar kamu saja
yang memanggil saya “adek’ #eaah lost focus!
With Ica |
Kini saya sering
terkaget-kaget dengan curhatan orang-orang yang beraneka macam. Mulai dari yang
ABG, Mahasiswa, yang beranjak dewasa, yang sudah menikah, yang punya anak, yang
punya mertua unik, yang mau bercerai, yang broken home, dll. Orang bercerita
pada kita, karena hanya dengan benar-benar didengarkan saja, bebannya akan
berkurang. Orang kadang tak meminta penyelesaian, cukupkan saja
pendapat-pendapat kita bila memang diminta. Interaksi saya dengan mereka semua itu
semakin meyakinkan saya bahwa kita tak berhak untuk menghakimi siapapun, karena
kadang kita tidak tahu cerita di balik si individu tersebut. Kita tidak
benar-benar tahu apa yang terjadi. Jadi siapalah kita yang serta merta
menghakimi seseorang?
“ Bu, kayaknya banyak banget ya yang curhat sama ibu. Lah trus ibu
nampung sebanyak itu trus curhatnya sama siapa?” iseng si Ica nanya begitu.
Ahaha saya cukup menjawabnya dengan seulas senyum saja.
Sore itu, diiringi
hujan di sudut Jogya saya menikmati kebersamaan saya dengan cerita-cerita orang
dekat saya. Dan bersyukur mereka hadir dalam hidup saya, dan mau berbagi
cerita. Sekitar pukul 4 ica dijemput lagi oleh temannya untuk segera ke Stasiun
Tugu menuju Jakarta.
Dan usailah acara
temu kangen di Raminten sore itu. Tempat yang lumayan asik untuk kongkow, minum
makan dan berbagi cerita.
Di depan The House of Raminten |
Semoga hidup kalian semua kaya oleh kasih
orang-orang terdekatmu.
Salam kasih.
Aku udah hampir 5 tahun di Jogja belum pernah ke Raminten.. Padahal udah pengen dari dulu. Tapi selalu ada saja alasan buat batal ke sana. huhuhuhu..
BalasHapusDini,
http://handiniaudita.blogspot.com
hiyaaah ayok cobain din..asal sebelum tgl 3 Mei, daku siap menemani hihi. Pengen nyobain menu lainnya haha :)
BalasHapusKayaknya asik juga jajal yang di Kaliurang jo, itu lebih sering muncul di media
BalasHapusayooh kalo mau kesana hihihi ;p;p
BalasHapusTunggu aku balik hehe
BalasHapus..
BalasHapuswalah itu mejanya yg deket kandang kuda..
bau pub kuda gak..? hehehe...
..
soal rasa makanan tergantung selera, tapi untuk lidah saya masakannya kurang mantab..
..
coba deh ke raminten malam, suasananya lebih oke..
..
@septa : ehehe nggak deket2 banget kali. aku juga sempet liat kudanya. iya memang, makanannya seperti kubilang, standar. aku aja bilang standar, apalagi chef kayak kamu ehehe..
BalasHapusHumm. udah detik2 terakhir di jogya nih..mudah2an bisa kesana pas malem :)
uhuk...ada nama saya disebut2, pantesan seminggu terakhir sering keselek kalo makan (ini bohong) wkwkwk
BalasHapushalaaah lebaynyoooo ;p
BalasHapus