“Kamu banyak berubah,” ujar sahabat saya. Saya dan sahabat saya ini
hampir 6 tahun lebih tidak bersua. Bila kita bersama seseorang terus dan melaju
bersama perubahan-perubahannya setiap hari, mungkin laju perubahan kadang tak
disadari. Namun orang yang lama tak selintasan lagi dengan hidup kita, lalu
kemudian bersua lagi, mungkin lebih bisa menilik sebuah perubahan. Akhir-akhir
ini saya memikirkan perkataannya tersebut. Saya banyak berubah? Untungnya saya
sadar kalau saya berubah ehehe. Lah kalau enggak sadar kan bahaya#jreng.
Dulu dia tak kan
pernah bisa menemukan penampilan saya dengan rok bunga-bunga, sepatu perempuan
flat, tas bertali dan pilihan-pilihan warna seperti oranye, merah marun, kuning
seperti foto di atas. Kemana larinya celana jeans belel, kaus casual atau
kemeja, dan tas punggung serta sepatu kets? Ahaha..Tenang, saya masih tetap
memakai atribut tersebut, kadang-kadang. Namun tetap feminin kok #plak.
Saya sendiri tidak
begitu sadar semenjak kapan saya suka berpenampilan feminin dan sangat
perempuan. Sebenarnya sadar, tapi tidak ingin membuat seseorang yang pasti
kadang diam-diam membacai blog ini menjadi besar kepala # hehe ambil tisue
tutup muka sambil malu-malu.
See...saya
tidak akan menulis dengan gaya bicara seperti ini sebelum-sebelumnya.#hadooh!
Perubahan pertama,
penampilan saya yang lebih perempuan. Entah mengapa saya sekarang menjadi suka
memakai rok, dengan pilihan warna cerah, baju berlipit atau berenda. Plus sudah
bisa make-up lumayanlah, cukup untuk
modal ngursusin singkat sahabat-sahabat bala kurawa saya yang dari dulu sama-sama
nggak terlalu perempuan. Mungkin kini sisi “perempuan” saya berhasil diaktifkan
hihi. Semenjak lama saya lebih cenderung tampil maskulin, bukan hanya
penampilan saja dalam pribadi saya juga maskulin. Sebagai anak pertama,
dituntut harus mandiri, urat manja sudah putus lama, tomboy dan pas kecil hobi
berkelahi dengan laki-laki. Sedangkan kini, sepertinya ibu saya tidak salah
melahirkan anak perempuan, karena sekarang benar-benar terlihat seperti
perempuan. #apa sih. Duh ibu saya sepertinya menanti cukup lama untuk yakin
anaknya benar-benar anak perempuan ehehe.
Perubahan kedua saya
yakni bagaimana cara saya berinteraksi dengan orang lain. Saya masih ingat
sebuah perbincangan saya dulu saat masih kuliah S1 dengan teman-teman.
“ Apa ya, pekerjaan yang nggak usah
banyak ketemu sama orang?” tanya saya.
“ Jadi pegawai perpus aja. Kamu kan
suka buku tuh, trus nggak banyak ketemu banyak orang. Cocok deh pasti,” sahut
teman saya dulu,
Saya dulu memang
tidak terlalu suka berinteraksi dengan orang lain. Sulit membangun komunikasi,
menyampaikan ide, kaku, garing kecuali dengan orang-orang tertentu yang masih
sudah biasa kontak dengan saya, misalnya sahabat-sahabat inner circle saya.
“ kamu sekarang enggak jutek lagi.
banyak senyum, ketawa. Lucu. “ saya ingat komentar sahabat yang baru ketemu
saya lagi itu.
Saya sadar saya
banyak sekali berubah dalam cara saya berinteraksi dengan orang lain. Sekarang saya
senang berinteraksi dengan orang lain. Orang lain berarti sesuatu yang baru,
cerita baru, pengalaman baru, pembelajaran baru. Saya berubah menjadi seorang “people observer” yang suka mengamati dan
berinteraksi dengan orang. Saya juga terasa lebih nyaman untuk berkomunikasi
dengan mereka semua. Saya banyak belajar dari orang lain. Perubahan-perubahan
saya sedikit banyak bersumber dari picuan hasil berinteraksi dengan orang lain.
Orang-orang yang beraneka ragam sifat, pemikiran, gaya hidup ataupun sisi
spiritualitasnya. Saya merasa jauh merasa lebih “hidup” dengan berinteraksi
dengan orang-orang.
Dan lucunya, sekarang
saya seperti “keranjang sampah” yang orang-orang sepertinya gampang sekali
untuk bercerita/curhat pada saya. Dan tanpa sadar saya belajar hidup dari
cerita-cerita mereka semua. I’m so
grateful for that.
Selain itu
pemikiran-pemikiran saya tentang hidup juga berubah, humm bertumbuh lebih
tepatnya. Nampaknya gen “sok filosofis” memang mendarah daging dalam diri saya.
Dan kini makin menggila ahaha. Ada banyak perubahan lain dalam diri saya, dan
saya menyadarinya. Tapi mungkin ada perubahan-perubahan lain yang tak saya
sadari.
Trus apa yang memicu perubahan saya? Iya, memicu. Bukankah menurut saya tidak ada yang sanggup mengubah seseorang kecuali diri orang itu sendiri?
Hummm..bila ditelaah,
tonggak perubahan saya mulai saat saya berhasil mewujudkan impian saya yang
pertama. Dunia memperlihatkan pada saya banyak kejutan-kejutan yang membuat “otot
hidup” saya semakin melentur. Ada banyak kejadian yang bagi saya masuk dalam
kategori “luar biasa” yang otomatis mengubah saya. Bertemu dan berinteraksi
dengan orang-orang yang “berbeda” membuat syaraf-syaraf otak saya mengembang.
Saya merasa setelah saat itu, saya mulai agak berubah.
Lalu, selain
kejadian-kejadian luar biasa dalam hidup, perubahan saya juga dipicu buku-buku
yang saya baca. Berapa lama orang hidup bila harus hanya belajar dari
pengalaman dan pengetahuannya sendiri? Buku-buku yang saya baca mengajarkan
saya banyak hal. Buku-buku itu ada di sepanjang perjalanan pertumbuhan diri
saya.
Kemudian, perubahan
itu juga semenjak saya bertemu orang yang sanggup memicu sifat-sifat saya yang
selama ini ter-nonaktifkan. Kamu #uhuk..barangkali ;p
Saya menemukan apa
yang tidak ada pada saya, ada padamu. Ada transformasi bawah sadar yang
pelan-pelan membawa laju saya untuk semakin bertumbuh. Saya yang dulu hanya mempunyai
percaya diri yang minim, dan saya temukan itu padamu, walau kadang berlebih
#glek!
Dan kini saya curi
(biar keliatan usaha) ilmu itu sedikit demi sedikit. Ada beberapa kemajuan bila
saya jujur merefleksikan pertumbuhan saya. Kadang seseorang hanya perlu
diyakinkan untuk bisa melakukan sesuatu, dan bagi saya itu kamu. Perlu upaya
membangun percaya diri yang luar biasa bagi saya yang tak biasa berbicara di
depan publik, di panggung, menjadi pembicara di acara dengan peserta yang cukup
banyak. Sejarah hidup saya sedikit sekali mengajarkan itu. Tapi saya mau nekad
mencobanya, dan ternyata saya bisa.
“
Maju. Bukan hanya melangkah. Melangkah itu bisa saja mundur. Maju” katamu
waktu itu. Trus kenapa pula saya mau-mau saja? Ahaaha #garuk-garuk
Pun saat saya mantap untuk memilih dunia kepenulisan
sebagai dunia saya, bukan lagi sebagai hobi. Dulu dengan tameng alasan sebagai
hobi, menjadikan saya kurang berani berkarya, kadang malas karena sudah
terbunuh rutinitas pekerjaan. Saya belum cukup mempunyai keyakinan untuk
mengambil langkah.
Tapi, lihatlah
tahun-tahun belakangan ini. Saya kini yakin untuk menghidupi dan berjalan di dunia
kepenulisan saya. Saya penulis, dan untuk itu saya harus buktikan dengan
karya-karya saya. Passion without
creation is NOTHING!
Saya berani akhirnya
menerbitkan buku walau baru self
publishing, berani bicara dalam launching,
menjadi pembedah buku. Kemudian menerbitkan beberapa antologi setelahnya. Saya
merasakan pertumbuhan dalam kepenulisan saya. Kamu, membuat saya
tidak pernah takut lagi bermimpi #ayayay gedubraks!
Kebersamaan dengan
seseorang mampu membuat kita semakin bertumbuh. Karena kita berbagi hidup,
bukan hanya berbagi keseharian dan rutinitas.
Tidakkah semakin hari
semakin kau lihat, dirimu ada dalam diriku? Kau kini bisa melihat jejak-jejak dirimu
ada padaku.
You’ve
downloaded in me. Malam ini saya memeluk diri saya
sendiri
Bau kamu !
Sejenis tulisan gombal ahaha. Ndalem Pogung,
Jogya. 4 April 2013. 0.14 am
cieeeeeeee yg "udah" jd perempuan :p
BalasHapus#aku "blm mau" jd perempuan :D
ahaha, suatu saat kau juga akan sampai ke titik "jadi perempuan" kok lupi. when the time is ripe :)
BalasHapus