Mengawali minggu pagi
yang tenang, dengan membuka HP berisi recent
updates teman-teman di BB dan tanda mention
twitter. Kubuka perlahan, dan duniaku yang berada dalam lingkaran kosmik yang
tunggal seketika pada detik itu pula terkoneksi dengan banyak orang. Dan
beberapa distraksi tentu saja. Manusia modern yang aneh, dan tehnologi yang
aneh. Kadang sebenarnya jiwa manusia terasa lebih tenang tanpa alat-alat
komunikasi itu. Lebih tenang? Ah ketenangan yang didapat dari bersembunyi di
liang bukankah terasa seperti prajurit yang kalah perang? Bukankah peperangan
sesungguhnya adalah bagaimana membuat hati dan jiwamu tenang di tengah hiruk
pikuk dan distraksi?
Aku
hanya bertanya, aku tidak ingin menjawabnya. Apa kau punya jawabannya?
Pagi ini mau tak mau distraksi menghampir, dan aku seperti biasanya menghitung dalam hati “ satu, dua, tiga” belum sampai hitungan ketiga rasanya hatiku berkata “ ok, I’m fine”. Tapi aku tidak tahu itu sebuah ketenangan atau sekedar mati rasa? Semacam kekebalan imunitas rasa akibat tempaan panjang?
Aku
tidak tahu, aku hanya bertanya.
Kemudian aku menyapa
sahabat dekatku yang tengah studi di Aussie via chat skype, berbicara ringan.
Sampai pada pertanyaan,
“ Kau tau bagaimana membedakan saat Tuhan berkata “tidak” dengan “belum
atau tunggu dulu”?” begitu tanyaku.
“ Umm, aku tak tahu,”jawabnya singkat.
Membedakan Tuhan berkata
“ya” dan “tidak” mungkin terasa lebih mudah, tapi membedakan antara Tuhan
berkata “tidak” dan “belum” sungguh butuh upaya yang jungkir balik. Aku pernah
mendengarkan sebuah acara seorang motivator terkenal di negeri ini, dan
seseorang menanyakan pertanyaan sama yang kuajukan barusan. Jawaban beliau
sepertinya tidak menjawab pertanyaan, hanya diakhiri dengan selorohnya,
“ Nah itu dia, yang bikin saya jungkir balik untuk mengetahuinya”
begitu kata beliau.
Mungkin mencari jawab
dengan terus berjalan dan memperhatikan bahasa-bahasa semesta. Mungkin, sungguh
aku tidak tahu.
Manusia memang hanya
sedikit tahu. Karena itu Tuhan ada.
Hidup memang penuh
ketidakpastian. Karena itu doa menjadi kebutuhan.
Aku terus berjalan
dengan pertanyaan-pertanyaan. Seseorang bilang hidup kadang adalah tentang melontarkan
sebuah pertanyaan bagus dan bergerak mencari jawabannya. Entahlah, mungkin
memang begitu.
Banyak orang yang
melabeli pertanyaan-pertanyaan itu tanda “kegalauan”. Sayangnya sekarang ini
banyak orang yang memberikan label “galau” sebagai sebuah fase yang negatif.
Galau banyak diartikan menjadi sebuah ketidakstabilan, ketidakpastian,
ketidaktenangan. Ya, memang ada rasa seperti itu, tapi bukahkah hidup diberi
nutrisi oleh ketidakpastian hidup, kebimbangan? Karena itulah manusia bergerak
maju, mencairkan kestagnanan.
Galau dan
ketidakpastian adalah anak tangga yang menaikkan hidup ke anak tangga pemahaman
hidup berikutnya.
Bila seorang manusia
tak pernah mempertanyakan hidupnya, mau kau beri nama dan makna apa hidupmu?
Aku hanya sekedar bertanya!
Aku hanya sekedar bertanya!
Sungguh.
0 Comments: