Salah satu sudut Dubai Airport |
Lalu lalang orang-orang
di Dubai airport ini, riuh tapi aku sepi. Aku, tas punggung dan tas selempangku
dan kamu di kejauhan. Jauh, kata itu nampaknya ampuh membuat hatiku terkadang sedikit menciut.
Bahwa jarak antara aku dan orang-orang yang aku cintai tidak bisa lagi ditempuh
dengan hitungan jam yang sedikit.
" Tetap
semangat selalu ya, Have a safe flight
ya, " katamu di detik-detik
terakhir waktu boarding pesawat Emirates menuju Dubai tiba tadi malam. Ah, aku ingin detik
melambatkan lajunya. Tapi waktu tak acuh melarikan detik demi detiknya.
Semangat
selalu, aku tak ingin berpura-pura bersemangat
selalu. Semangat mungkin juga seperti perasaan perempuan yang mengarak rasa demi
rasa dengan begitu bergelombangnya.
"
Kalau aku
ikut sedih lalu siapa yang bertugas menyemangati?"
begitu kilahnya saat sekali lagi aku memprotesi grafik rasa jenis lelaki yang selalu
nampak konstan. Lempeng, kata seorang teman melabeli grafik mood laki-laki.
Namun sepertinya kita memang akan menemukan kekuatan pada rasa lemah orang-orang yang kita sayang. Menemukan keberanian pada kecemasan orang-orang yang kita cintai. Ada energi yang ingin kita salurkan untuk memberi kekuatan, ketegaran dan keberanian. Mungkin memang begitu hukum alamnya.
Seorang sahabat
dekat melepasku dengan matanya yang bertaburan kaca. Aku menguatkan dengan seulas
senyum, bukan berarti aku tidak sedih. Tapi tak ingin membebani semesta dengan membalas kesedihan. Lagipula aku
ingin merasa ini bukan semacam perpisahan. Sampai jumpa lagi, begitu kuharap.
Pergi memang selalu
sanggup mengaduk aduk rasa dengan begitu sempurna. Begitu pula rasaku.
"Nano-nano rasanya" begitu kataku padanya semenjak kemarin pagi. Apalagi keberangkatanku
kali ini dari Jogya. Dan meninggalkan Jogya yang kutinggali selama beberapa bulan
ini tentu saja bukan perkara rasa yang mudah.
Dubai kali inipun
menangkap rasa gamangku, bahwa hidup kembali berubah. Ah, aku memang tahu bahwa
hidup dan perubahan adalah pasangan kekasih tak terpisahkan. Tapi perubahan yang
rasanya terlalu hilir mudik ini menyisakan kegamangan. Kemarin aku masih dalam ritme
menikmati pagi Jogya, ke Lab dengan jadwal sesuka hati, kemudian wisata kuliner
yang mendukung nafsu makanku yang kian menggila. Kini, di ruang tunggu di samping
orang-orang yang tak kukenal. Dan beberapa jam mendatang, aku kembali akan menghirupi
udara Glasgow sekaligus rentetan tanggung jawab yang telah menungguku.
Ah nikmatilah,
nikmatilah wahai diriku. Bila katalog rasa tersedia untuk kita, bukankah hidup menawarkan
untuk menikmatinya?
Aku tak perlu berpura-pura
tak sedih, tak usah pura-pura
kuat ataupun berusaha menyembunyikan kegamangan. Aku sama seperti
rasa manusia lainnya, tapi di atas itu semua, rasaku berkata “semua akan baik-baik saja”.
Dubai dengan berderet-deret
shopping shop itu tak terlalu lagi menarik
perhatianku. Aku di sini mengakrabi rasaku sendiri.
Dubai airport, 4 May 2013. Sambil menunggu jadwal penerbangan berikutnya bersama Si Silver manis itu. Alur pikiranku, kecepatan keyboardnya
masih saling mengenali. Semoga segera
cepat saling berharmoni :)
PS : Foto2nya minimalis, soalnya diambil dari tempat duduk bersila ahaha dan males jalan2 narsis ;p
0 Comments: