Miss you, Sahabat! |
Sabtu pagi yang sepi,
hanya bersama secangkir kopi dan data-data yang harus kuanalisis untuk
presentasi lab meeting senin depan. Sesekali menengokimu dari jauh, sambil
berharap astralku bisa melihatmu sejenak hari ini, aku rindu. Lalu jari-jariku seperti biasa
asyik bergerak menjelajah di laptopku, dan entah mengapa ada rasa ingin mengunjungi blog
sahabat lamaku yang sudah lama vacum, tidak ada update lagi tulisan-tulisannya
semenjak dua tahun terakhir. Dan menemukan kembali tulisannya, tentangku. Postingannya
sudah lama sekali, Selasa, 27 November 2007. Saat-saat terakhir akan meninggalkan
Jogya dulu. Aku ingin me-reposting tulisannya di sini :
Saat Sahabat Pergi
Satu
persatu sahabat pergi, mungkin karena memang telah tiba masanya, seperti halnya
hari ini. Apakah memang mereka pergi? Kepergian hanya perubahan dimensi ruang,
karena menurutku, senyatanya mereka tetap ada, hadir dan menempati penggalan
ruang hidupku. Seperti hari ini, tidak bisa kubohongi hati kecilku, sedih tapi
juga bahagia. Sedih karena secara dimensi ruang kita akan merenggang jarak.
Bahagia karena dia akan menapaki episode kehidupan selanjutnya, merajut mimpi
yang telah sekian lama dalam pelukan Tuhan. Kebersamaan dengannya memberikan
warna baru bagiku, tentang perjuangan meraih mimpi. Biarkan mimpi tak selamanya
menjadi mimpi. Belajar tentang bagaimana nrimo…..Belajar tentang berdamai
dengan hati, berdamai dengan diri sendiri. Tapi kepergianmu dari dimensi
ruangku saat ini menyeruakkan sepi.
Hari
ini engkau pergi, sepi menghampiri pelukaan, karena tanpamu, tak ada lagi
teriakan-teriakan di tengah malam saat-saat kita menjadi seteru karena jagoan
kita bertanding. Milan! Forza Italia! Begitu slalu katamu, yang satu ini
jelas-jelas kita berbeda, karena aku bilang Liverpool! England, The Three
Lions! Meski di saat-saat akhir kemarin kita sepakat untuk menangis, karena
Inggris tersisih dari Euro 2008. Tak ada Inggris di Euro 2008, ibarat makan
nasi tanpa lauk! Hambar! Trus siapa yang kudukung nanti? Yang jelas aku tetap
tak akan membelot ke Italia (hehehehe….).
Aku
tak mau mengatakan ini perpisahan, karena perpisahan selalu menyakitkan, tentu
engkau tahu khan? Duh, aku nggak tau mesti nulis apalagi, yang jelas, selamat
jalan kawan……Raih mimpi ke negeri Azzuri…..Perugia menantimu…….
Our Togetherness!!..aih kami masih unyu-unyuuu... |
Aku lupa entah kapan
kali terakhir bertemu dengannya. Jarak, ruang, waktu dan jalur-jalur hidup yang
berbeda terkadang menghilangkan kami. Tapi tentu saja aku sejatinya tak pernah lupa, aku masih
kadang menengok jalur hidupnya melalui media sosial. Kadang bertukar komentar
lalu hilang, mungkin memang kami susah kembali seperlintasan. Tapi jejak jejak
masa lalu bersamanya memperkaya hidupku.
Dia, yang dengan
berani membelokkan jalur hidupnya, dari seorang sarjana kimia, kemudian tersesat bekerja
di sebuah bank, lalu melalui pencarian-pencarian hidup dan akhirnya berani
memutuskan mengambil master di bidang psikologi sesuai dengan minatnya. Tidak
banyak orang yang seberani itu, tentu saja aku belajar banyak darinya tentang
keberanian.
Dia, sepertinya orang
pertama yang mengenalkanku akan betapa nikmatnya “bertukar kepala” atau kini istilahku
“orgasme otak”. Dia, salah seorang yang dikirim Tuhan untuk memantik
syaraf-syaraf kepalaku untuk berdenyut, mengembang sehingga dunia nampak semakin luas dan berwarna.
Aku mengenangnya.
Saat dulu aku leluasa meminjam koleksi buku-bukunya kala membeli buku dulu menjadi
sesuatu yang masih “mahal” untukku. Buku Gede Prama, Andrea Hirata kulahap habis dan
kemudian menjadi topik bertukar kelapa yang selalu menarik di antara kami. Dari
dia pula, aku terpesona dengan yoga dan belajar autodidak walaupun sedikit.
Kami dulu sama-sama
penggila kopi, hingga terakhir kudengar dia telah banyak menguranginya. Aku
juga, dan sepertinya alasan kami berbuat itu sama. Mungkin karena hanya
orang-orang tertentu yang mampu membuat kami yang keras kepala mau mendengarkan.
Aku merinduinya. Kini
ia telah menjadi seorang ibu dari seorang gadis cilik yang cantik, bekerja di kementerian
kesehatan dengan berbagai aktivitasnya. Aku menengok hidupmu dari jauh, Mba
anik. Semoga suatu saat ada selintasan jalur hidup yang mempertemukan kita
kembali. Terimakasih telah berbagi salah satu jalur hidup.
Apakah kita masing-masing pergi dan meninggalkan? tidak. Persis seperti katamu :
Apakah memang mereka pergi? Kepergian hanya perubahan dimensi ruang, karena menurutku, senyatanya mereka tetap ada, hadir dan menempati penggalan ruang hidup
My Path. Your Path.
Our Path of life.
21 Hillhead street,
Glasgow. 11 May 2013.
0 Comments: