Tak
sengaja, mataku tak melepaskan pandangan dari seorang perempuan yang baru saja keluar dari Fraser Building, gedung untuk
internasional student University of Glasgow. Mungkin riasan mukanya yang agak
menor itu yang membuatku agaerhatikannya lama. Humm sepertinya bukan
hanya itu saja, tapi apa..aku masih belum bisa mengidentifikasinya. Kemudian
saat perempuan itu berjalan melewatiku menuju University avenue, baru kusadari
suatu hal. Aku memperhatikan tubuhnya dari belakang, ummm memang ada yang aneh.
Aku sedikit terperanjat, tubuhnya seperti laki-laki.
“Kamu perhatikan deh, kalau perempuan
jalan, walau perempuan tomboy sekalipun tetap saja pinggulnya bergoyang.
Maksudnya memang secara natural gitu, enggak dibuat-buat. Atau at least cara jalannya berbeda dengan
cara laki-laki bila berjalan,” aku teringat paparan mba anas beberapa waktu
lalu.
Hummm
mungkin seperti ini contohnya. Aku agak melongo. Badan dan cara jalannya persis
laki-laki, payudaranya tak terlalu berkembang dan wajahnya ambigu. Aku pikir tadi
dia itu seorang perempuan karena dia
berambut panjang dan memakai make-up yang menor. Ah, mungkin dia itu salah satu
contoh kasus ambigu genetalia yang dituturkan mba annas.
Kalian
tau apa itu ambigu genetalia? Ehehe pada saat saya mendengarnya pertama kali
saya pun mengerutkan dahi, nggak begitu mengerti.
Ambiguous
genitalia is a birth defect where the outer genitals do not have the typical
appearance of either a boy or a girl
Cerita
penelitian mba annas tentang penyakit
ambigu genetalia di Indonesia sungguh menarik untuk kusimak. Mba annas itu Dosen
psikologi Undip yang tengah studi tahun terakhir di Uni of Rotterdam menginap di flatku selama 3 hari utuk
konferensi tentang ambigu genetalia yang diadakan University of Glasgow.
Mungkin ini seperti berita-berita di tivi tentang operasi ganti kelamin itu. Terjadi
fenomena gunung es, banyak kasusnya namun jarang terekspos media atau jarang
pula yang mau mencari pengobatan/konsultasi sehingga angka kasusnya yang
sebenarnya sulit untuk diperkirakan.
Pernahkan
kalian pikirkan, bahwa bagaimana rasanya kamu mengalami ketidakjelasan jenis
kelaminmu? Dan kelainan ini tidak bisa disembuhkan. Upaya satu-satunya hanya
untuk meningkatkan kualitas hidup si penderita tersebut. Mba annas di semarang
bekerja sebagai konsultan penyakit tersebut dan menghadapi banyak cerita
tentang pasien-pasien yang mengalami kelainan tersebut.
“ Ada yang ngeluh “itunya” kecil
banget karena memang tidak berkembang. Ada yang mengalami kesakitan teramat
sangat saat berhubungan dengan pasangan, ada yang mengalami depresi karena
tidak percaya diri, ada lelaki yang risih dengan payudaranya seperti merasa itu
bukan bagian dari tubuhnya” gitu cerita mba annas.
Semenjak
dulu, kelainan seperti itu jarang kutemui ataupun kulihat di lingkungan
sekitarku. Paling hanya melihat sesekali berita di tivi dan itupun masih have no idea apa yang sebenarnya
terjadi. Cerita mba annas banyak membukaan mataku bahwa ada kelainan macam itu.
Banyak kita mengeluh tentang apa saja. Aku sendiri juga. Orang mengeluh tentang kenaikan BBM, tentang kemacetan. Saya mengeluh tentang riset, tentang writing English saya yang acak adul ahaha. Pun keluhan-keluhan orang yang membanjiri semesta ini. Keluhan yang mampu yang diminimalisir sebenarnya. Masih ada harapan bahwa semuanya akan baik-baik saja, bahwa semuanya akan terselesaikan dengan baik. Lihatkan pasien dengan kelainan ambigu genetalia, yang bahkan tidak punya kejelasan tentang apa jenis kelaminnya. Kemudian setelah mengetahui kelainannya itu bahkan tak ada treatment yang bisa menyembuhkannya. Lalu apa? Bagaimana seni belajar menerima adalah pertarungan bagi mereka seumur hidup.
Kita mungkin menerima bahwa saya seorang perempuan, kamu laki-laki sebagai sebuah hal yang take it for granted, sesuatu yang wajar. Nyatanya tidak begitu, itu adalah anugerah. Karena tak terbayangkan bila kita menjadi salah satu penderita kelainan tersebut bukan?
Ah, sebenarnya ada terlalu banyak hal yang layak untuk kita syukuri daripada membanjiri hidup dengan keluhan. Tersenyumlah, Tuhan memberimu lebih dari yang kamu perlu. Cheers
21 Juni 2013. The longest day of the year.16 hours 40
minutes of daylight.
0 Comments: