My team |
Sore itu group kami
sampai pada final group review,
mengevaluasi kegiatan selama tiga hari dan memberikan feedback pada masing-masing anggota tim. Kemudian tutor kami,
Amanda dan Anke menyuruh kami mendekati meja yang berisi banyak sekali kartu
yang sudah berjajar, kemudian kami berlima disuruh memilih masing-masing kartu
yang merefleksikan masing-masing anggota group. Aku memilih 4 kartu dan
kuletakkan di kursi orang aku maksud. Lalu tibalah memeriksa 4 tumpukan kartu
yang dipilih empat orang teman satu group itu untukku. Jreng-Jreng!
1. Open
(aihh..hummm...ada benarnya. Mungkin akan berbeda bila mereka bertemu
denganku lima tahun yang lalu ;p)
2. Enthusiastic
(ahaha keliatan kali ya dari mukaku kalau ada apa-apa yang menarik langsung
mendelik)
3. Good
Tempered ( jadii...kalau ada seseorang yang bilang aku galak, pasti
galakku hanya spesial padanya ahaha#abaikan)
4. Level
headed. (dahiku berkerut, apa pula maksudnya. Aku kemudian bertanya
pada Amanda tentang maksudnya. Katanya level
headed person itu sejenis tipikal orang yang punya spiritualitas yang
seimbang, tidak gampang panik menghadapi apapun). Aih, benarkah aku begitu?
Semua anggota group
diminta berkomentar atas kartu-kartu yang didapat dan kemudian menuliskan surat
untuk diri sendiri di sebuah kertas. Aih, kertasnya terlalu sempit..coba
dikasih folio hihi memangnya mengarang bebas. Kemudian surat tersebut dinamai
dan diberi alamat kami masing-masing, dilem dan akan mereka akan mengirimkannya
pada kami September nanti. Hihi course ini memang super unik!
Iyups, aku mengikuti
7th Local Glasgow GRADSchool yang diadakan di Glasgow Caledonian University
(GCU). Tadinya hanya iseng sekedar “escaping from routinity” ahahaha, eh
ternyata coursenya benar-benar keren. Selama 3 tiga diisi dengan kegiatan
bermacam-macam dan sangat menarik. Tujuan course ini untuk lebih mengenali
potensi diri, mengembangkan personal effectiveness, dan meningkatkan
communication skills. Kegiatan course ini lebih kebanyakan beraktivitas, game,
memecahkan masalah, bikin sesuatu yang menarik. Seperti bagaimana
mempresentasikan riset dengan media yang berbeda agar dimengerti oleh kalangan
umum. Sebelumnya dari 5 orang dalam group diminta mempresentasikan riset
masing-masing selama 2 menit. Kami berlima berasal dari bidang yang sangat
berbeda, tantangannya adalah dalam 2 menit, topik utama risetmu harus
dimergerti oleh anggota group. Pokoknya hampir semua tugas sangat menantang,
dan setelah aku dengan modal nekad (kayaknya ini aji-ajiku yang paling
pamungkas deh) mempresentasikan dalam 2 menit tentang risetku. Begitu aku
selesai, mendadak hening, dan tiba-tiba tutor kami, Amanda langsung berkomentar
:
“ What an excellent presentation!” katanya, lalu disambut tepuk
tangan group kami, bikin aku blushing-blushing.
Di antara kami
berlima, yang terpilih untuk masuk seleksi group adalah risetku dan riset
Murray tentang optimasi pesawat terbang. Dan karena kami harus mempresentasikan
sesuatu yang lebih mudah dipahami, akhirnya kami sepakat memilih project Murray
untuk dipresentasikan mewakili group kami.
Dan waktu presentasi masing-masing group itu 2 menit dan boleh memilih
presentasi dengan cara apa saja. Then,
kami memilih teater untuk presentasi. Aku jadi api dengan rumbai-rumbai warna
merah (yang tiap orang akan melirik padaku dan senyum-senyum #fiuh), lalu 3
lainnya (Andrew, Amir dan Ceri) jadi helikopter dan Murray jadi naratornya.
Jadilah kami sukses seperti playgroup ahaha. Tapi tepukan tangan keras sehabis
presentasi group kami adalah kepuasan yang terbayar tuntas.
Banyak project lainnya yang sungguh
unik. Seperti aku harus jadi team leader bagaimana
caranya melempar telur dari atas gedung dan mengusahakan agar telur itu sampai
bawah dengan aman, tidak pecah. Caranya hanya boleh dengan memanfaatkan bahan
yang ada di dalam amplop yang tersedia. Hihii inti hampir setiap kegiatan ini
bukan pada hasil akhirnya, tapi bagaimana proses dalam tim itu sendiri.
Bagaimana komunikasi antar anggota, bagaimana peran leader, management tim,
planning, action..gitu-gitu deh.
Benar-benar course yang sangat recommended untuk diikuti. Dan di hari
terakhir ini, setelah kami mengumpulkan surat pada diri sendiri itu, tibalah saatnya
main tebak-tebakan!
Jadi pada hari
pertama, masing-masing kami (termasuk tutor) menuliskan 2 hal yang benar/jujur dan
1 hal yang bohong tentang diri kami sendiri. Ditulis besar-besar di kertas yang
disediakan kemudian ditempel di dinding untuk ditebak mana yang bohong pada
akhir course. Kami segroup baru mengenal satu sama lain di course tersebut,
jadi main tebak-tebakkan ini jadi seru karena tak ada yang kenal satu sama
lainnya.
Mau tahu 2 hal jujur
dan 1 hal bohongku? Ini dia
1. I am a writer
2. I love football
games
3. I have my first
date in 16 yearsold
Hihi..dan saat
ditebak, ada yang nebak aku bukan penulis, ada pula yang mengira aku sama
sekali bukan tipikal penggemar bola, tapi sebagian besar mereka menebak bahwa tentang
“first date” itu bohong. Ah, aku memang bukan pembohong yang baik. Gampang
ketebak ahaha. Nah saatnya menebak 1 hal bohong dari Amanda, tutor kami. Pada bagian statement : “I am married” sebagian besar kami menebak itulah hal yang
bohong/salah. Ternyataaaa..jreng :
“ I am married. Saya megkategorikan bahwa saya menikah, My wife bla bla...” aku bengong sejenak,
berusaha untuk bermuka datar untuk menutupi kekagetanku. Selama tiga hari ini
aku menyangka Amanda itu seorang perempuan!! Dan mungkin memang perempuan. Aku
hanya mengira kalau Amanda itu seorang perempuan dengan penampilan yang tomboy.
Pakaiannya memang ala lelaki dengan jeans dan kemeja, potongan rambutnya cepak,
tubuhnya memang tak terlalu perempuan, namun wajahnya walaupun tak kentara
masih sedikit menampakkan sisi feminimnya. Jadi tak ada keraguan sedikitpun
tentang gender tutorku ini. Makanya sedikit kaget dengan penuturan Amanda tadi.
“ I am so happy with my life, my family can accept my choice. Kalau ada
orang yang mempermasalahkannya. So that’s
their problem, not mine” katanya dengan ringan dan jelas pada kami. Tak ada
nada ingin menutup-nutup ataupun sungkan.
Bahkan dirinya sendiri yang begitu terbuka dengan identitasnya tersebut. Aku
beberapa detik tak bisa berkata apa-apa. Banyak hal di sini yang membuat aku
harus mengerti bahwa banyak perbedaan yang mesti dipahami, dimengerti, bukan
untuk dicaci atau diperdebatkan. Ngapain, menghabiskan energi. Apa dengan
begitu kita bisa mengklaim kalau Amanda nggak akan masuk surga karena memilih
jalan itu? Mau berdebat dengan dalil-dalil agama juga seperti debat kusir,
karena melihat dari kacamata yang berbeda. Mungkin bila ini terjadi di
Indonesia akan menjadi polemik dan perdebatan panjang (atau masuk infotainment
#ups).
Hal seperti inilah
yang melatih diri untuk “Judge Less”, meminimalisir untuk “menghakimi” orang
lain. Di mataku Amanda tetaplah seorang
yang luar biasa. Dari awal aku lihat orang ini punya energi positif yang luar
biasa. Dia sangat ahli untuk melihat setiap hal positif dalam “setiap apapun”.
Ini skill yang luar biasa bagi kehidupan, pun bagi orang-orang di sekitarnya.
Dia kadang menghampiri kami yang tengah sibuk memikirkan strategi dalam
menghadapi sebuah tugas group, lalu tiba-tiba berkata “ Listen, I want you to know one thing. You do Great!!” dengan
mukanya yang mantap, dengan gerakan tangannya yang bersemangat dan nada
suaranya yang berapi-api. Dia sejenis orang yang mampu membuat orang lain
mengeluarkan sisi terbaik yang kita punya. Sebagai tutor, dia sungguh luar
biasa.
Begitulah, perbedaan
kadang memberikan kesempatan bagi kita untuk lebih mengerti dan belajar tentang
penerimaan. Lihat saja sisi-sisi positif darinya, bila ada pilihannya yang tak
sesuai denganku, that’s her/his own
bussiness right?
Murray-Amanda-Ceri asyik ngobrol |
Acara santai sehabis course |
Maka ditutuplah course ini dengan menampilkan foto-foto selama 3 hari course, kemudian dilanjutkan sajian minum (tentu saja bagianku minum jus) dan snack sambil berbincang-bincang. Lalu saat ada kesempatan aku berbincang dengan Amanda. Dia sedari siang sibuk dengan anak-anak yang mengantri untuk berkonsultasi hingga aku tak ada kesempatan berkonsultasi. Aku berbincang sejenak mengkonsultasikan sedikit dilema dalam pekerjaanku, tentang jenjang karir, pilihan menjadi pejabat struktural atau tidak, passion bla.bla..lalu dia menjawab dengan singkat.
“ Life is short. Why you should spent it to
do things that you really don’t want to do? Just listen to the sing of your
heart!” dia menjawab diakhiri dengan tersenyum.
Jleb! Huaaah keren
ini orang!. Walaupun aku sudah pernah mendengar ungkapan tersebut walau dengan
kalimat yang berbeda, namun ketika mengajukan pertanyaan riil dan tiba-tiba
seseorang menjawabnya dengan statement itu. Jawaban telak pada sasaran!
Aku pulang dari course
itu dengan membawa banyak “bekal” untuk perjalanan berikutnya. Kadang memang
hidup membawakan orang-orang yang membawakan pesanNya pada kita.
Salam semangat
Glasgow, Awal Juli 2013 yang hangat.
nuansanya kayak nonton film bertema family filosofis. cool. :)
BalasHapuskeren. saya tunggu undangan untuk ngisi trainingnya #siapaGue haha
BalasHapus@Afa : hihihi benarkah?
BalasHapus@Arian : ehehe benaran bantuin pas aku bikin beginian nanti kalau sudah pulang, paling enggak kan dirimu bisa sharing pengalaman ke anak-anak.
sharing pengalaman apa? galau? ahha
Hapusboleh juga, orang yang sudah berpengalaman galau niscaya punya tips2 dan strategi menanggulangi kegalauan hihiii. Nah itu penting untuk anak2 nanti menghadapi dunia kerja dan dunia nyata ;p;p
BalasHapusheu'eum, :)
BalasHapus