Kapan sebenarnya manusia benar-benar tahu?
Mungkin memang tahu itu semacam
bilangan tak terhingga yang tak ada ujungnya. Atau juga proses tahu itu seperti
perjalanan hidup, bahwa proses mencari tahu adalah inti dari penge-tahu-an.
Ini bukan soal ilmu pengetahun
saja. Tapi sepertinya apapun dalam hidup tak bisa terhindarkan dari proses
belajar. Life is never ending learning, kupikir.
Tak usah contoh yang muluk-muluk.
Tips memasak saja semakin banyak belajar semakin banyak hal yang tidak kita
tahu. Misalnya saja saya baru saja mendapat tips membuat lontong dengan bantuan
aluminium foil karena di sini sulit untuk membuat lontong dengan cara biasa
seperti di indo, bagaimana cara biar ayam goreng tepung menjadi crispy karena
di sini tepungnya berbeda. Kita membuat sesuatu yang sama tapi kondisinya
berbeda pun memaksa kita belajar bagaimana cara mengakalinya.
Itu belajar memasak, lain lagi
kita belajar berkomunikasi, memahami orang lain, bahkan belajar memahami maksud
takdir Tuhan. Dulu saat sering mendengarkan secara rutin acaranya Ayah Edi
untuk tips-tips parenting karena bila kita tidak belajar maka cara kita
mendidik anak (jiaaah anak siapa emang? *ya paling enggak saya sudah punya
banyak anak-anak mahasiswa-membela diri hihi) akan membawa blueprint yang sama
dengan bagaimana cara orangtua kita mendidik kita. Siklus akan berulang tanpa
perbaikan.
Begitu pula cara mengajar, saya
sebagai pengajarpun harus banyak belajar bagaimana membuat sistem pembelajaran
yang sesuai dengan kebutuhan dan menarik
untuk anak-anak. Masa harus mengikuti cara
dosen-dosen saya dahulu yang ada hanya membaca tulisan di kertas transparansi?
Lalu kapan bisa maju negeri ini karena kita tidak belajar untuk berprogress?
*berapi-api hehe
Bahkan saya sadari bahwa belajar
hidup pun seperti perjalanan dari satu pelajaran ke pelajaran lain yang tiada
henti. Kita banyak membaca persepsi-persepsi orang lain, orang bijak, penulis,
ataupun filosofi-filosofi sebelumnya bagaimana manusia menjalani hidupnya.
Misalnya saja bagaimana Socrates menemukan cara mensikapi kebahagiaan. Dimana
sepertinya manusia pada dasarnya mengintikan hidupnya dalam perjalanan mencari
kebahagiaan. Manusia tak hentinya menanyakan pertanyaan-pertanyaan inti yang
tak pernah mati. Tentang Tuhan, tentang Cinta, tentang kematian, tentang
kebahagiaan.
Dulu saya percaya bahwa hidup itu
berjalan seperti roda, kadang di bawah (susah, derita, nestapa) ataupun kadang
di atas (sukses, kemenangan, bahagia). Sampai saya belajar bahwa ada yang
melontarkan ide tengah bagaimana hidup terpusat di tengah roda. Bagaimana mensikapi
perputaran semesta dan kejadiannya sehingga daya lentur kita lebih liat.
Bukan berarti saya telah banyak
tahu. Tidak, sama sekali tidak begitu. Saya mencari tahu, dan menjadi merasa
banyak sekali hal yang belum saya tahu. Setidaknya Tuhan mendesain otak manusia
untuk berpikir, bertanya, menganalisis, mungkin agar tidak beku. Bisa kau
bayangkan bagaimana hidup yang stagnan dan penuh kemandegan?
Beberapa saat lalu, saya iseng
membaca-baca ke website oprah. Banyak sekali beberapa hal yang layak untuk dipelajari
tentang hidup, tentang kesehatan, mode, masakan, bahkan seks. Mungkin dunia
digital telah membajiri kita dengan ribuan informasi. Tapi bukankah kita juga
punya filter dan sistem seleksi? Kadang saya pikir ada yang bisa diterapkan,
kadang merasa tidak sejalan. Tapi bukankah itupun menjadi salah satu dari
proses pembelajaran bukan?
Manusia sepertinya didesain
sebagai makhluk pembelajar. Bagaimana manusia mencipta teknologi, mencipta
kebudayaan, bahasa dan peradaban pastilah tak lepas dari hasil proses
pembelajaran.
Lalu dimanakah titik akhir dari
pembelajaran itu sendiri? Atau mungkin kita memang tak pernah bisa benar-benar
tahu? Ah, apa yang akan terjadi besok saja kita tidak tahu. Lalu mau dengan
muka dan hati sombong seperti apa hingga kita mampu berkata sudah tahu banyak?
Sepertinya daripada berfokus pada
pertanyaan seberapa banyak kita tahu, mungkin lebih baik menikmati perjalanan
mencari tahu.
Joy! Orang yang
merasa berbahagia sangat tahu bagaimana membuat hidup mereka penuh dengan
kesenangan. Senang bertanya tanya, senang mencari jawab, senang dalam
prosesnya. Kebanyakan orang akan mempunyai persepsi bahwa kesenangan akan
didapat setelah muncul hasil. Manusia lupa bahwa kesenangan itu bisa dinikmati
sepanjang perjalanan.
Selamat berjalan,
selamat belajar.
Glasgow, 19 July 2013
menjelang isya dengan perut penuh dengan sup buah dan cumi asam manis untuk
buka puasa hehe.
slmt trwih...
BalasHapus*disinih baru beres kuliah subuh.hehe
ehehe terimakasih, ini usai tarawih..menanti sahur dan subuh hehe :)
BalasHapus