Hampir tengah hari di Glasgow,
buka puasa masih cukup lama. Pun belum terpikir untuk memasak apa nanti untuk
berbuka puasa. Sementara kawan-kawan dan saudara-saudara di Indonesia sudah
memasuki aura menjelang lebaran. Ritual mudik, antar-antar parcel,
bersih-bersih, bikin kue dan segala macam persiapan selebrasi lainnya. Idul
Fitri bagi muslim di Indonesia telah menjadi salah satu hari istimewa, bahkan
orang non muslimnya mungkin juga terkena imbasnya (ikutan dapat libur hehe). Ah
bukan satu hari,
tapi beberapa hari sebelum dan setelahnya, dan itu membuktikan memang Hari Raya
Idul Fitri menempati momen yang sangat istimewa di kalender Bangsa Indonesia.
Bahkan orang-orang yang merantau di luar kota, di luar negeri pun menjalankan
ritual “mudik” untuk kembali ke rumah berkumpul bersama keluarga tercinta.
Tapi untuk kali keduanya tahun
ini saya tidak merasai itu semua. Ramadhan di luar negeri dimana islam menjadi
minoritas tidak menawarkan kami semacam aura Ramadhan yang hangat. Aura
tersebut harus dimunculkan sendiri di hati kami masing-masing, karena tidak
muncul di iklan televisi
atau spanduk-spanduk bertuliskan “Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan”.
Pun dengan lebaran tahun ini, saya sendiri tidak tahu mau ngapain kecuali
sholat Ied dan berkunjung ke tempat sahabat di Newcastle hari kedua lebaran
nanti. Saya hanya tidak mau sendirian dan merasa mellow di hari yang fitri. Kebetulan teman saya bersama PPI New
Castle di Newcastle akan ada acara di Alnwinck castle (tempat syutingnya film
Harry Potter) hingga pas sekalian saya menonton acara tersebut.
Menjelang
lebaran, sahabat dekat saya di Aussie yang tengah menempuh pendidikan masternya dan tidak bisa
pulang, akhir-akhir ini sering berkata :
“
Aku sedih dan mellow baca status-status temen di FB, pengen nggak baca semua
itu.” Bilangnya suatu kali padaku.
Saya paham perasaannya, walaupun
saya sekarang tidak terlalu merasa demikian. Bukan saya tidak “berhati”, namun
ada semacam perasaan “menerima” yang saya rasakan. Menerima kondisi yang ada
sekarang pada saya dan mencoba tetap bersuka cita bagaimanapun keadaannya. Menginginkan
suasana ramadhan seperti di Indonesia
tentu saja hanya akan membuahkan kesedihan karena tak bisa didapatkan. Seperti
juga mendambakan suasana lebaran bersama keluarga dan auranya terasa di
mana-mana juga harapan yang kosong belaka.
Ada suatu titik orang-orang yang
hidup di tanah rantau seperti kami untuk belajar the art of accepting. Menerima kondisi yang ada pada kami, dan
berusaha bagaimana caranya agar bisa menjalani hidup dengan tetap suka cita.
Menerima harus melewatkan lagi lebaran jauh dari keluarga tercinta, tanpa
makanan-makanan berlimpah ruah yang biasanya disediakan di rumah. Tanpa bisa
bersilaturahmi dan saling meminta maaf secara langsung dengan kerabat dekat,
dan sahabat-sahabat yang pulang kampung. Biasanya ada reunian, kumpul-kumpul ataupun
acara-acara silaturahmi lebaran. Tentu saja saya harus menerima bahwa lebaran
kali ini, tak bisa merasai itu semua. Saya tidak mudik lebaran karena jadwalnya
pas dengan rentang waktu assessment
kenaikan tahun studi
doktoral saya yang jadwalnya tidak pasti, menyesuaiakan waktu dua penguji
saya. Sedangkan harga tiket PP Glasgow-Indonesia pun menjadi salah satu
pertimbangan tersendiri. Pulang beberapa hari kemudian balik ke sini lagi
sepertinya bukan pilihan yang dapat saya ambil sekarang ini.
Minggu menjelang lebaranpun saya masih
masuk, bahkan piket lab yang harus membersihkan lab dan menyiapkan alat-alat
sebelum yang lainnya memulai pekerjaan jam 9 pagi. Eksperimen sayapun minggu ini tetap berjalan.
Saya rencananya akan mengambil libur
hari kamis dan jumat saja nanti,
kemudian jumat sorenya saya pergi ke Newcastle. The art of accepting bukannya nerimo, pasrah lalu bermuram durja
karena keadaan. Tapi lebih pada bagaimana saya belajar menerima kondisi saya dan
berupaya menciptakan suasana
“hidup” tetap dalam
atmosfer yang membahagiakan.
Saya mencoba masak takjil,
mencobai menu menu baru untuk mengobati kerinduan makanan-makanan khas lebaran
tanah air. Buka puasa bersama teman-teman PPI Glasgow ataupun di masjid
sekitar. Kemudian merencanakan jalan-jalan dan aktivitas yang membuat saya
bahagia saat libur hari raya nanti.
Bukankah tidak ada seorangpun yang bertanggungjawab atas kebahagiaanmu selain
dirimu sendiri? Kita bisa menciptakan bahagia kita sendiri. Dengan cara kita sendiri. When you argue with the
reality, you lose!
Menerima keadaan
yang ada, yang membuatnya menjadi hal terbaik yang yang bisa kita ciptakan
sepertinya akan membuat hidup lebih membahagiakan.
Selamat menikmati
aura menjelang lebaran kita masing-masing, dan menaruh rasa syukur yang
berlimpah atasnya.
Lots of Love, Glasgow 5 August 2013
SiwiMars
'bermuram durja'....bahasa ne ngeriiiy..he :p
BalasHapusMohon maaf lahir batin yaa... selamat dobel deh,,,buat idul fitri sama program doktoralnya... :)
bisa jadi di belahan bumi sanah ada seseorang yg suka diem2 ngintipin tulisan2 cantik ini..hihi
kyak sayah misalnyah. :P
kalo udah mudik ke indonesia, kali aja nyasar ke tegal (haha,nyasar...) mampir ke cafe susu sapi bravo,,nnti ta traktir deh...air putih tapi (jyah!)..hehe :P
keep smile :D
sama-sama, selamat idul fitri juga ya..mohon maaf lahir dan batin. tengkiu udah rajin2 mampir ke rumah ini hehe..
BalasHapusboleh juga tuh traktirannya..tapi masa cuma ditraktir air putih :D
iaa donk rajin, biar ga ada kecoa sama tikus yg dateng,. tampang sayah kan lumayan bisa buat ngusir dua makhluk ituh...hihi :p
BalasHapusiaa udah deh...ditambah bonus poto bareng sayah, gratiss (gedubrakk!)...wkwkwk :p
ahaha dasaaar..okelaaaah :)
BalasHapuseh?beneran???he
BalasHapusta tunggu loh...kalo ndak dtg sayah jemput dari glasgow pake odong2!haha :p
keep fight, orait?hehe :)
hahaha dasaaar :D
BalasHapusMbak Siwi, "the good one article" ikut terharu meskipun blom ke luar negri, my wish someday if I have chance to get my dreams so I will be happy with my self, my family and all people around me...terinspirasi bgt mbak siwi ^_^
BalasHapusehehe thanks for reading :)
BalasHapus