Kira-kira sebulan yang lalu, sahabat
saya bertanya tentang satu hal. Di sela bincang-bincang hangat di flat saya,
“
Mba, kalau ada tempat yang ingin banget kamu kunjungi, mana mba? “ tanyanya
sambil tetap selonjoran di karpet flat saya. Sementara spring roll hangat penuh
sepiring semakin menghangatkan bincang-bincang kami.
Saya terdiam beberapa saat. Berpikir
sejenak. Mana ya? Pikirku.
“
Humm, mana yaa..nggak ada lagi kayaknya,” jawab saya pada akhirnya setelah
belum juga menemukan jawabannya. Tempat mana yang paling ingin saya kunjungi
sekarang? Saya tidak bisa menemukan jawaban. Tidak ada.
Memang ada sih satu tempat yang ingin
saya kunjungi bersama pasangan saya. Tempat yang anehnya saya tahu “tidak
terlalu bagus”, atau bisa dikatakan tidak sebagus di foto-foto itu. Tapi
sepertinya memang tempat itu serupa tempat yang wajib dikunjungi. I want to be
there someday.
Tapi bukan serupa keinginan meletup
letup seperti dulu saat saya ingin menginjakkan kaki di San Siro, ataupun menjejakan
diri di daratan Inggris. Bukan sejenis keinginan seperti itu.
Saya sekarang lebih ingin berada
dimanapun asal bersama pasangan saya, ataupun sekadar liburan bareng bersama
keluarga. Sejenis keinginan yang mungkin terdengar tak “mewah dan mengkilap”, bukan
semacam keinginan-keinginan gila seperti menjejakkan kaki di antartika, menikmati
pantai-pantai Maldives, mencicipi pesona Santorini di Yunani atau di benua-benua
yang belum sempat saya jelajahi. Tapi bagi saya, berada bersama pasangan
ataupun keluarga itu sudah super mewah.
Saya bilang pada sahabat saya itu,
mungkin saya sudah cukup dengan keinginan-keinginan pribadi. Dengan
pencapaian-pencapaian pribadipun saya pikir sudah cukup. Tsaah berasa sudah simbah-simbah ya ehehe. Bukan berarti saya sudah
hidup tanpa obsesi lagi. Saya masih ingin segera merampungkan studi doktoral
saya, melahirkan kembali buku-buku, masih ingin menjelajah berbagai daratan
eropa dan benua-benua lainnya, terlebih lagi menikmati keindahan Indonesia. Pun
menikmati menjalani beberapa profesi sekaligus tanpa merasa sibuk.
Saya masih student fulltime doctoral
degree di University of Glasgow, masih aktif
menulis, masih jadi editor Gramedia Pustaka, masih jadi kontributor Wego
Indonesia, masih iseng-iseng seperti jadi model brosur kampus, jadi guru ngaji
anak-anak pengajian Glasgow, dan masih ngeiya-in tawaran bisnis cetak masal
kerjasama dengan sahabat saya. Tapi saya jarang merasa sibuk hihi..
Akhir-akhir ini saya merasa “cukup”.
Ah bukan akhir-akhir ini, tapi sudah agak lama juga saya merasa “cukup”.
Saya merasa cukup dengan hidup saya.
Menikmati apa yang ada. Walau kadang-kadang tak bisa menahan diri untuk tidak
mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang hidup. Tapi sepertinya menikmati
pertanyaan itu juga bagian dari hidup, tanpa tergesa-gesa menemukan jawaban.
“life
is too short to be wasted finding answers, Enjoy the questions! Kata
Paulo Coelho
Mungkin jawaban akan datang dengan
sendiri, selama kita terus berjalan. Berjalan ke dalam diri. Dalam perjalanan
saya, mungkin saatnya lebih banyak memfokuskan diri menggali ke dalam.
Perjalanan saya ke luar diri rasanya sudah cukup.
After
deeply feel enough then stop searching outside start digging inside (GP)
Cukup
Saya masih belajar di jalur-jalur
cukup. Bahwa hidup sudah lengkap dengan rasa penerimaan apapun yang terjadi.
Menerima jatah. Bahwa jiwa hanya perlu didekapi lebih mesra, dibincangi dengan
lebih sering, maka akan terasa lengkap, genap.
Mungkin ada yang beranggapan jiwa harus
berpasangan agar lengkap. Genap. Tapinya nyatanya Tuhan menciptakan kita
sebagai manusia tunggal yang pastinya mengandung pesan bahwa kita sudah
lengkap. Mungkin pasangan, sahabat, keluarga, orang lain hadir di sekitar kita
untuk berbagai kelengkapan, kegenapan, ke”penuh”an, ke”cukup”an.
Kita “lengkap” di saat sendirian, dan
kita pun merasa “lengkap” saat bersama orang-orang yang dihadirkan Tuhan dalam
hidup kita.
Cukup.
Mari belajar hidup dengan berkecukupan,
dan entah mengapa Tuhan rasanya lebih sering memberikan “kelimpahan-kelimpahan”.
Selamat menikmati kelimpahan hidupmu,
kawan.
Salam hangat di musim gugur Glasgow. 4
Oktober 2013.
Semoga lengkapnya kita juga sudah bisa menjadi bagian kelengkapan pada orang lain. Semoga jadi orang yg selalu bersyukur ya.. :D
BalasHapusehehee iyaaap. Thanks for reading :)
BalasHapus