Benjasiri Park |
Masih di Benjasiri Park,
duit abis dan penerbangan menuju indonesia masih nanti malam. Hihi perjalanan
saya memang kadang penuh kejutan. Harusnya atm BNI saya bisa untuk narik uang
kapan dan dimana saja, tapi setelah saya coba dan dibantu pula oleh petugas
bank tetap saja tidak bisa. Hotel tempat saya menginap selama 2 hari extend dari acara konferensipun ternyata
belum dibayarkan otomatis dari kartu Visa Debit Bank of Scotland saya. Sedang
uang Bath di dompet hanya tersisa 500 bath plus 50 dollar ahaha. Dengan muka
kecut, saya tanya ke petugas resepsionisnya apa saya bisa membayar dengan
transfer via internet banking. Si mba itu nampak bingung dan menjawab tidak
bisa. Sedangkan menarik uang tunai via atm tidak juga berhasil. Hadeww
garuk-garuk deh. Lalu dengan iseng jurus terakhir saya keluarkan card bank of
scotland saya yang biasanya tidak bisa untuk membayar di tempat. Pernah saya
makan di world buffet di Glasgow bersama Mita, sahabat saya dan kartu saya
nggak bisa dipakai. Heuheuu maklum bank saya di Glasgow memang rada-rada unik
plus bikin latihan sabar. Makanya saat si mba-nya mencoba kartu tersebut,
sebenarnya saya tengah mencari cara bagaimana bisa narik duit untuk membayar
hotel. Dan eh, si mba itu dengan muka lempeng berhasil melakukan transaksi
dengan kartu visa debit saya, dan pasti tidak mengira kalau bagi saya itu
serupa keajaiban. Hihihi..
“Yang di sini ikutan sport jantung
juga tauuu,” komentar pasangan saya saat saya cerita kejadian tadi. Ahaha saya
memang adrenalin addict, dan dia tahu sepenuhnya kalau saya selalu nggak well
prepared, spontanitas, dan nekad.
Setelah check out dari hotel pun saya nggak tau
kemana. Sedangkan untuk jalan-jalan males rasanya. Saya belum sepenuhnya bisa
menikmati the art of solo travelling. Selain itu duit saya sudah habis hihiiii.
Mau jalan-jalan pakai apa? Duit yang ada di dompet saya kayaknya hanya cukup
untuk taksi saja ke bandara. Kayaknya cukup ekekek.
“ Trus ke indo, masih ada duit
enggak?” tanyanya. Karena dari Bangkok saya masih transit selama 12 jam di
Singapura sebelum melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta.
“
Masih yang 50 dollar itu, Nanti bisa disulap-sulap deh. No worries,
Allisswell.” Jawab saya untuk menenangkannya. Padahal saya masih harus makan,
naik taksi ke bandara dan sepertinya koper saya kelebihan bagasi, kalau suruh
bayar kelebihan bagasi akan jadi masalah tersendiri. Yeaaah semesta memang
penuh kejutan. Dan saya menikmatinya hihi. Menikmati cemas-cemas sedaaaap haha.
Jadilah saya sekarang
menikmati Benjasiri Park, di tepian danau, sesekali melihat kura-kura yang
mentas dari kolam, tupai-tupai yang berloncatan dan angin yang sepoi sepoi
bikin ngantuk. Pilihan ini nampaknya lumayan karena letak tempat ini tidak jauh
dari hotel tempat saya nitip koper, karena tidak perlu bayar transport lagi,
cukup jalan kaki. Setidaknya lumayan daripada nunggu mati gaya di bandara. Tak
apalah di Bangkok tapi jalan-jalan ke tempat wisatanya nggak khatam. Setidaknya
saya bisa beralasan artinya ini memberikan kesempatan untuk bisa jalan-jalan
lagi ke Thailand. Masih banyak objek-objek wisata yang belum saya kunjungi.
Walaupun saya tidak terlalu excited
sih.
Saya lebih pengin
lekas pulang dan bertemu keluarga. Setidaknya di Park ini lumayan adem, nyaman,
dan enak untuk istirahat sambil menanti jam penerbangan. Dan masih ada laptop
yang tanpanya saya tidak pernah merasa sendirian.
Hihihi nggelandang :D |
Begitulah saya, nggak
pernah well prepared. Dan walaupun
sudah well prepared sekalipun, tetap
saja semesta hobi memberikan kejutan pada saya. Termasuk kabar penerbangan air
asia untuk return saya ke Bangkok untuk menuju Glasgow pun berubah jadwal
penerbangannya. Hihihi tuh kan, memang semesta mendukung adrenalin addict saya.
Sedangkan pasangan
saya orangnya detail, well prepared
dan semuanya harus berada dalam kontrolnya. Bila awal-awal kebersamaan, saya
dan pasangan merasa bahwa kami banyak sekali persamaan, namun seiring waktu
ternyata perbedaanlah yang membuat seru.
Saya pribadi dari
dulu susah sekali toleran terhadap orang yang terlalu detail, terlalu mikir dan
penuh pertimbangan, terlalu step by step dan cerewet hihihi. Sangat bertolak
belakang dengan saya yang spontan, modalnya cuma intuisi, nekad dan lebih
sering terabas sana terabas sini. Dan ternyata saya kena batunya, karena ternyata
saya tahan-tahan saja bersamanya. Dan kadang kala cerewet dan detailnya itulah
yang bikin kangen #tsaaah. Sementara dia pun mulai terbiasa ritme saya yang
main terabas sana sini, dan terbiasa pula sport jantung kalau mendengar
kejadian-kejadian yang menimpa saya.
Dan kontak kami saja
tergantung wifi kalau saya sedang kabur kabur nggak jelas seperti sekarang ini.
Heuu di depan saya,
dua tupai lagi pacaran menggodai saya. Heuu si tupai satu nampaknya malu-malu
tupai (bukan malu-malu kucing) pada di
tupai satunya lagi. Jadi iri wkwkwk.
Beginilah kunikmati
hari terakhir di Bangkok, dengan segala serba serbi perjalanan. Karena
perjalanan memang tak selalu menyenangkan, banyak hal-hal yang di luar dugaan.
Banyak hal di luar kendali, namun banyak pula hal-hal yang mengesankan.
Pada
kejadian-kejadian sepertinya ini, sebenarnya ini caraku termudah menemukan
Tuhan. Membiarkan diri menjejak tempat-tempat asing, orang-orang tak dikenal,
mata uang yang masih saja kagok saat kubelanjakan, hal-hal di luar kendali yang
terjadi, kadang kala merasa tak berdaya. Mudah sekali menemukan Tuhan di
saat-saat seperti itu. Karena itulah selalu kunikmati perjalanan.
Dan sekali lagi
kutemukan Tuhan di Benjasiri Park.
Bangkok, 26 Oktober
2013
0 Comments: