Gaya travelling
masing-masing orang beda-beda, termasuk lebih memilih solo travelling ataupun
group travelling. Dua gaya itu tentu saja punya kelemahan dan kelebihan
masing-masing. Kalian pasti punya alasan tersendiri untuk memilih salah
satunya, atau bahkan keduanya yakni terkadang solo travelling, dan bila
memungkinkan melakukan group travelling.
Kalau saya, memang
lebih enjoy dengan cara group travelling. Saya pernah mencobai solo travelling
ke beberapa tempat namun merasa ada yang kurang.
“Hayo
nggak ada yang dimintain tolong untuk fotoin ya?” ledek sahabat saya suatu
kala.
Ahaha iya, saya
memang hobi foto-foto. Salah satu peran teman jalan itu dimintain tolong untuk
motretin *oportunis ahaha. Paling seneng kalau teman seperjalanan yang pinter
foto apalagi dengan suka rela dan gembira motretin kita hihi. Itu cuma salah
satu faktor pendukung untuk enggan memilih travelling sendirian sih.
Sebenarnya ada opsi
tripod yang bisa membantu kita untuk bisa memotret tanpa bantuan orang lain.
Tapi berdasarkan pengalaman, itu butuh nyali dan pede yang agak gedean dikit
bila di tengah keramain trus pasang tripod untuk membidik background yang kita
inginkan, lalu lari-lari, bergaya, dan cepreeeeet.
Hihi, haduww enggak nyaman banget saya rasakan. Apalagi untuk saya yang
kadang-kadang pemalu * kadang-kadang doang. Pernah diketawain orang gara-gara
tingkah saya pakai tripod itu? Ehehe pernah bangeeeet.
Kedua, jalan-jalan
berombongan bisa membangun suasana jadi ramai, seru selama perjalanan. Banyak
hal-hal yang bisa dilakukan bersama-sama. Ngobrol seru, becandaan, foto gokil
rame-rame, makan ramai-ramai. Bahkan kita juga bisa berbagi “bingung”, at least
kalau nyasar nyasar nggak sendirian, bingung jalannya nggak sendirian, mau
bagaimana juga bisa bertukar pikiran. Kalau travelling sendirian, semua-muanya
harus kita hadapi sendirian. Kadang-kadang saya merasa, bukan tujuan tempat jalan-jalannya
yang bikin seru, atau objek objek wisata yang kita kunjungi yang membuat sebuah
perjalanan penuh kesan, namun justru momen momen yang tercipta bersama
teman-teman seperjalanan itulah yang membekas dalam kenang. Ataupun kadang saya
merasa, sebuah tempat yang indah sungguh sayang bila harus diihat dan dinikmati
sendirian. Dengan travelling ber-group kita juga bisa membagi antusiasme. Kalau
melihat hal-hal yang selama perjalanan, kita bisa teriak teriak :
“ Wui liat itu keren”..lucu ya ituu...ataupun
hal-hal lainnya.
Beda dengan solo
travelling, masa mau teriak teriak sendirian hihi. Itulah yang saya rasakan
selama travelling ber-group, serunya nagih!.
Tapi tentu saja ada
hal-hal yang kadang perlu dipertimbangkan dalam group travelling. Kalau kita
jalan-jalan dengan orang lain, apalagi beberapa orang kita dituntut untuk
berkompromi. Namun mungkin inilah seninya.
“rempong bu, jalan sama
perempuan-perempuan semua. Kebanyakan saling sensi” gitu papar seorang sahabat
tentang pengalaman travellingnya bersama sahabat-sahabat perempuannya.
Banyak orang, tentu
saja banyak kepala dan keinginan. Saat inilah daya kompromi kita ditempa. Ada
yang pengen wisata belanja, ada yang lebih pengen wisata stadion, wisata budaya
ataupun lain-lainnya, karena tiap orang tidak sama. Tapi bagaimana membangun
kesepakatan bersama untuk bisa menikmati trip itu perlu seni dan kelenturan
kompromi masing-masing anggota travelling. Hal tersebut sangat terasa bila
jangka waktu travellingnya agak lama, seminggu atau lebih. Sangat potensial
sekali terjadi ketidakcocokan di antara teman-teman seperjalanan. Apalagi kalau
anggota travellingnya terlalu banyak, terasa lebih merepotkan. Jadi saya sih
lebih prefer untuk group travelling maksimal 5-6 orang karena mebih mudah untuk
komunikasi dan komprominya. Ada yang jalannya lelet, ada yang telatan, ada yang
males mandi di pagi hari sedangkan kudu cepet-cepet, ada yang nggak pedulian,
ada yang males ikutan bantuin cari rute jalan dll. Tentu saja tiap orang punya
kekurangan masng-masing, dan saya juga. Dengan tdiak terlalu banyak anggota
travelling, kita bisa lebih mudah untuk mengatasinya.
Dalam travelling kita banyak menghadapi
tantangan, semisal rute jalan yang belum diketahui, mode transportasi, mungkin
bahasa lokal yang tidak ada yang menguasai, selera makan yang berbeda-beda,
ataupun masalah uang yang dibelanjakan bersama untuk kepentingan travelling
itupun bisa memicu ketidakcocokan.
“Mba, menurutku travelling itu bisa
lho untuk menyeleksi pasangan. Kalau kita jalan-jalan dengan pasangan yang agak
lama, kita bisa tau kok kita cocok sama orang itu atau enggak. Saat kita
jalan-jalan agak lama bersama seseorang, karakter asli orang tersebut pasti
akan keluar. Aku pernah jalan sama seseorang, dan setelah travelling itu kami
jadi saling sadar lho kalau kami nggak cocok,” itu cerita sahabat saya yang
hobi travelling.
hihi mungkin benar
juga. Karakter asli seseorang akan
keluar saat menghadapi tantangan, kesulitan ataupun pada kondisi kelelahan. Makanya
dalam travelling kita belajar banyak, termasuk belajar memahami karakter orang
lain.
Bedanya dengan
jalan-jalan sendirian, kita cuma memikirkan diri sendiri. Tapi terancam sepi,
seperti luntang lantung sendirian. Bagi orang yang suka sepi dan tidak terlalu
suka deal with someone else-mungkin gaya travelling ini cocok. Dengan
travelling sendirian, kita juga lebih bisa menikmati sekeliling dan objek yang
kita kunjungi. Sementara di Bangkok tahun lalu, saya bisa menikmati debur
sungai Chaopraya dengan naik turunnya air, bisa melihat-lihat pemandangan
dengan lebih detail. Sedangkan bila kita berombongan, kita mungkin lebih sibuk
ngobrol, sibuk foto-fotoan, dan membuat kita melewatkan detail detail objek
wisata yang kita kunjungi. Dengan travelling sendirian juga membuka diri untuk
berkenalan dengan orang-orang baru. Seperti pada saat saya travellling ke grand
palace, bangkok. Saya bertemu dengan bapak-anak kemudian berkenalan dan jalan
bersama-sama. Sensasi seperti itu nampaknya jarang bisa ada dengan group travelling
karena kita otomatis mengelompok, walaupun tentu saja tetap saja membuka
kemungkinan untuk berkenalan dengan orang-orang baru.
Solo travelling-Bangkok Oktober 2013 |
Itu sih sedikit
pandangan saya tentang group atau solo travelling, masing-masing dengan
keunikannya sendiri. Kalian pasti punya preferensi masing-masing. Eh eh kalau
ada yang bilang “saya prefer duo travelling tuh bersama pasangan..” ahaha
itupun sensasinya lain lagi.
Yang penting, selagi
ada kesempatan, mari travelling..Let’s see outside, reflect inside!
Salam
Glasgow, 14 Januari
2014
0 Comments: