Seorang
sahabat lama mengirimkan sebuah pesan singkat di bb. “ Just a quick answer, what you
usually do whenever you feel like you’ve lost your energies of your life?”
Saya
baru membacanya keesokan harinya karena perbedaan waktu antara Indonesia dan
UK. Dalam beberapa menit saya berpikir, jawaban apa yang harus saya berikan
pada sahabat saya itu. Sebuah pertanyaan yang tidak biasa, tapi tidak banyak
dipertanyakan banyak orang. Dia salah satu sahabat yang saya kenal peduli
dengan laju hidupnya. Dengan mempertanyakan hidup, orang peduli dengan
hidupnya. Keresahan dan kegelisahan kadangkala adalah jembatan untuk melihat
hidup lebih dekat.
Kehilangan
energi hidup adalah kejadian yang dialami hampir semua orang. Dan setiap orangpun berbeda pula mensikapi
hal tersebut.
Lau
harus kujawab apa? Tentu saja saya menjawab sesuai dengan kapasitas pendapat
dan pengalaman saya sendiri. Karena tentu saja tiap orang mempunyai
cara-caranya masing. Kutulis kalimat-kalimat ini padanya :
“Biasanya
aku mengambil jeda sejenak, menyenangkan
diri sendiri dengan memberikan hadiah bagi diri sendiri seperti jalan-jalan,
masak atau makan enak, beli buku ataupun hal-hal yang menyenangkan bagi diri
sendiri. Ketemu dengan orang-orang yang kucintai, ataupun ngobrol dengan orang-orang
dekat. Pokoknya melakukan hal-hal yang membuat kita semangat lagi. Dan yang
paling penting, adalah membincangi diri sendiri. Bincangi apa yang kita
inginkan, apa yang dirasakan. Kalau kita tahu apa yang kita mau, pelan-pelan
energinya akan recharge lagi.”
Bukan
sebuah rumus yang bisa diterapkan untuk semua orang pastinya, karena tentu saja
rumus tersebut sesuai dengan saya, ataupun beberapa orang lainnya. Mungkin
tidak cocok dengan orang lain lagi. Saat-saat sulit, energi hidup hilang pasti
terjadi, dan akan terjadi lagi dalam kehidupan ke depan. Masa sulit tak akan kekal, karena
akan berganti dengan bahagia, dengan berita-berita gembira. Hadapilah,
berjalanlah.
Mungkin
wacana berhenti mengejar kebahagiaan ada benarnya juga. Bahagia datang, pergi,
sedihpun demikian adanya. Tidak ada pernah bahagia yang abadi, begitupun tak
ada kesedihan yang abadi. Dalam suatu kurun waktu tertentu kita mampu bahagia
sebahagianya, kemudian langsung diterjang gulana begitu dahsyatnya. Mari
bersama membelajarkan diri menghadapi semuanya. Dengan upaya terbaik yang kita
punya.
Glasgow,
13 Januari 2014. Saat dingin semakin membekukan tubuh. Tapi ada harapan akan
datang musim semi, kemudian berganti ganti musim lagi. Tak ada yang abadi. Dan
hidup yang senyata-nyatanya adalah detik ini. Mari syukuri.
Mungkin ketika lelah seperti itu saatnya melepaskan semua keinginan.. Saya pernah dulu ketika masih kuliah S2 ingin sekali bekerja, merasa terbebani karena lulus S1 belum juga kerja.. Nglamar kemana2 ndak diterima, berpuluh lamaran dah dikirim. Ada satu dua panggilan tes, tapi tidak saya hadiri, karena tidak sreg dengan tempatnya. Terakhir panggilan di PLN dan Univ. swasta di Surabaya.. Itupun Gatot, adaaa aja, yang terlambat test lah, yang belum lulus S2 lah.. Kecewa pasti itu karena keinginan yang begitu kuat untuk bekerja. Akhirnya mencoba untuk ndak ngoyo.. melepaskan keinginan.. Menyerahkan kembali pada sang pencipta.. Tanpa disangka ikutan tes dosen kopertis, keterima.. Alhamdulillah,, Jadi saya pun berasumsi... Alah SWT maha tahu apa yang terbaik untuk umatnya. Dan saya sudah membuktikannya berkali-kali InshaAllah. Kita boleh berkeinginan, berkehendak.. mungkin dengan itu kita bersemangat menggapainya, mungkin Allah ingin tahu sejauhmana kita berusaha, mungkin Allah juga ingin dengar doa kita dalam menggapainya, dan Allahpun lebih tahu apa yang terbaik untuk kita.. Wallahu a'lam bisawab..
BalasHapusIkutan urun rembug ya, dear Siwi. Bahasa saya: semeleh. Semeleh itu lah yang saya coba saya iringkan untuk setiap doa, harapan, cita-cita, keinginan, kehendak. Nice sharing. Thank you.
BalasHapusselalu menginspirasi *udah itu aja komentarku* :)
BalasHapus@mba arie restu : terimakasih sharingnya :)
BalasHapus@smile and reach the sky : semeleh..wah mantaap. terimakasih sudah mampir baca ya :)
@arian sahidi : halaaah ekekek thanks anyway :)