Berapa banyak
orang-orang yang tidak saya kenal menghubungi saya kemudian menanyakan
bagaimana caranya meraih beasiswa? Bagaimana caranya belajar TOEFL, IELTS,
bagaimana mengontak supervisor? Atau hanya mengatakan bahwa ia terinspirasi
dengan saya. Saya tidak ingin menjadi sombong dengan mengatakan banyak
jumlahnya. Iya banyak, bahkan beberapa kemudian akhirnya menjadi teman dekat.
Juga beberapa orang yang kontak karena membacai tulisan-tulisan saya.
Kepulangan saya ke
tanah air yang hanya seminggu pun bulan Oktober lalu pun ditandai dengan pertemuan dengan seorang adik
yang dengan antusiasnya hendak menemui saya. Dengan muka berbinarnya menemui
saya di warung tenda sate kambing perempatan kentungan, Yogyakarta karena posisi saya saat itu sedang
makan malam dengan sahabat baik saya. Dia menyerahkan sebuah buku sebagai buah
tangan, katanya ia terinspirasi dari tulisan-tulisan saya di blog. Sesederhana
itu, tapi kejadian-kejadian itu sungguhnya menjadi lentera semangat yang
mengabadi di saat-saat saya malas menulis. Bukan untuk menyombongkan diri, namun
lebih pada apresiasi pada diri saya sendiri, bahwa apa yang saya lakukan
berguna untuk orang lain.
Namun ada kalanya
saya berpikir? Apa saya terlalu berbunga-bunga dalam berkata selama ini. Dalam
artian saya seperti jualan mimpi. Ada saat-saat saya merasa kadang saya terlalu
berlebihan., siapa sih saya? Tanya diri saya sendiri.
Terlebih bila ada
orang-orang yang bertanya, kemudian menjadi depending. Misalnya : “ mba siwi,
tolong dong kalau ada informasi tentang bla bla...atau jurusan yang baik ini
atau itu, atau hal-hal lainnya yang membuat saya berpikir.
Hei..bukankah itu
inginmu sendiri? Mimpimu sendiri? Tanyakan pada hatimu sendiri.
Atau melihat
orang-orang yang kurang struggle mengejar impiannya namun pengennya
cepat-cepat. Kadang-kadang saya diamkan, tidak saya jawab. Saya hanya
memfasilitasi, bukan menyuapi terus menerus. Di jalan meraih apa yang kalian
inginkan akan ada banyak tantangan, kesulitan, masalah yang butuh kerja keras,
risiko, kekuatan dan ketegaran. Kalau hanya search detail detail yang
seharusnya bisa dilakukan sendiri tidak mau, yang harus dipertanyakan adalah
kesungguhan orang tersebut.
Banyak
kejadian-kejadian yang membuat saya naik turun di jalan ini. Sampai pada
akhirnya saya menanyakan pada diri saya sendiri? Untuk apa melakukan itu semua?
Supaya disebut sebagai manusia penuh inspirasi? yang kata-katanya penuh
motivasikah?
BUKAN, jawab diri
saya dengan mantap.
Sama sekali bukan.
Mungkin iya pada
awalnya, dalam artian saya ingin apa yang saya lakukan bisa membuat orang “terkompori”
untuk berbuat, untuk mengejar mimpi-mimpinya, untuk tidak mengalah pada
keadaan, untuk tidak menyesal karena mundur atas perjuangan-perjuangan hidup,
untuk berkata mari lewati pada jalan-jalan sulit. Itu mengapa saya memberanikan
diri menerbitkan Koloni Milanisti –Sebuah Hidup di Atas Mimpi- dan juga banyak
posting-posting tulisan saya yang “berbau” serupa.
Banyak yang sudah
terkompori dan berjalan di atas mimpi mereka masing-masing, banyak pula yang
terkompori sesaat namun kemudian melupakannya.
Namun di titik
sekarang ini saya menyadari, saya cukup menjadi diri saya sendiri. Tanpa perlu
repot berpikir apa yang saya lakukan berguna atau tidak, menginspirasi atau
tidak, keren atau tidak. Berbuat, berkarya, seperti jauh lebih penting daripada
itu semua. Bukankah sebenarnya tak ada seorangpun yang mengklaim bisa menginspirasi?
Bahkan Anies Baswedan, Jokowi, Ridwan Kamil dll. Mereka hanya berbuat, berbuat.
Berkarya, dan berkarya. Dan orang lainlah yang merasa terinspirasi dari
karya-karya mereka.
Terimakasih yang
selama ini menginspirasi, merasa terinspirasi, yang selama ini mengkritik, dan tentu
saja terimakasih pada yang mendampingi saya menjadi partner solid dalam
perjalanan ini.
Kita semua bisa
berganti peran, berganti profesi, tapi pertumbuhan dan kesolidan di dalam diri
akan mampu memerankan apapun peran yang sedang dijatahkan Tuhan.
Salam,
Glasgow, 7 Januari
2014.
Seperti ada semacam 'clash of the mind',,he
BalasHapusHidup tanpa mainstream, awalnya menyakitkan (nampak sangat konyol/gila), tapi jika kehidupan meminta, terlebih jika kita (kita?hihi) 'tertakdir' sebagai 'pelayan', mau apa lagi selain menikmatinya?
*sok bijak,wkwk :p
As ur say : Go inside, there the heaven. :D