Saya dulu pernah diperingatkan
oleh sahabat saya : “ Kamu itu jangan anggap semua orang itu baik. Bahaya juga.
Nggak semua orang itu baik. Tetap waspada, “ Begitu masih kuingat sekilas
kalimat sahabat saya itu. Bukannya saya sok baik, atau merasa baik, tapi memang
“kelemahan” saya itu kadang menjadi manusia yang polos.
Saya nggak ngerti kenapa orang
melakukan sesuatu yang jahat (jahat dalam artian nyeremin kayak ngerampok,
menipu etc). Nah kepolosan itu yang dianggap oleh sahabat saya itu menjadikan
saya kurang waspada. Kemudian pengalaman hidup di berbagai tempat membuat saya
(agak) waspada terhadap orang lain dan juga lingkungan sekitar. Walaupun tetap
saja, saya nggak begitu ngerti kenapa orang-orang ada yang mempunyai kecenderungan
melakukan hal-hal yang jahat.
Tapi hidup di Indonesia saja
kemudian mengajarkan banyak hal. Misalnya saja saya sampai di terminal,
kemudian beberapa orang menghampiri saya, “Mau kemana mbak?”, “saya bantu bawa
barangnya ya mbak” bla..bla…tentu saja hal ini terasa familiar kan? Bila
didengar dari kalimatnya tentu saja seperti ingin membantu atau berbuat baik
pada kita. Tapi pada kenyataannya, bukankah kita malah menjadi waspada karena
takut ditipu, diminta duit, atau hal-hal jahat lainnya.
Kadang-kadang mana yang
benar-benar bermaksud baik dengan yang pura-pura baik menjadi rancu. Kebaikan
menjadi sesuatu yang terkadang dilematis. Mungkin masih banyak kita ketemu
orang-orang yang tiba-tiba menyetop kita saat berjalan dan berkata “ Tolonglah
mas, mba..saya nggak punya duit untuk untuk pulang blab la blaa” dengan muka
yang memelas. Lalu kemudian kita menjadi berpikir, bahwa berbuat baik menjadi
rancu karena kemungkinan besar dia hanya pura-pura.
Ah, dunia sepertinya semakin banyak kepura-puraan. Tapi saya masih percaya dimana-mana masih banyak orang baik yang benar-benar baik.
Ah, dunia sepertinya semakin banyak kepura-puraan. Tapi saya masih percaya dimana-mana masih banyak orang baik yang benar-benar baik.
Hidup di sini saya juga banyak
menjumpai orang-orang baik. Malah terkadang terheran-heran dengan kebaikan
orang-orang yang tidak dikenal. Bila pergi ke kota lain dan bertanya arah
tempat yang masih nggak ngerti, orang-orang akan dengan baik menunjukkan
tempatnya. Ada yang bukan yang mengarahkannya ke tempat yang dimaksud, malah
ada yang mengantarkannya ke tempat tersebut. Orang-orang juga terasa lebih
sopan, mau membantu sesuai dengan apa yang seharusnya mereka kerjakan. Secara
umum, saya menilai orang-orang sini baik-baik. Walaupun tentu saja tidak
semuanya baik. Ada juga kejahatan-kejahatan yang dialami teman-teman di sini
seperti dijampret, ditipu agen perumahan, kecurian dan lain-lain.
Yah, kebaikan dan kejahatan
memang ada di mana-mana. Jadi semoga apapun itu tidak menjadikan kita untuk
tidak berbuat baik. Trus gimana dong kalau kita merasa kebaikan kita bisa
dimanfaatkan? Mungkin perlu intuisi dan tetap waspada menghadapi hal-hal
tersebut.
Ah entahlah, apa pendapatmu
mengenai hal ini?
Ada cerita menarik dari dosen
pelatihan saya yang bercerita bahwa dia ditelpon oleh seorang teman lama yang
lama yang ditemuinya. Kemudian mengalirkan obrolan melalui telpon tersebut,
namun dosen itu sebenarnya apa maksud si temannya itu menghubunginya. Mungkin
karena banyak cerita-cerita teman lama tiba-tiba menghubungi untuk menawarkan
produk, ikutan MLM, dijadikan downline dan lain-lainnya. Hal tersebut membuat
kita agak “nelongso” dan berpikir bahwa oh, jadi mereka menghubungi karena ada
maunya. Hal tersebut menjadi wajar sekarang. Lalu sikap waspada dosen saya itu
membuat ia menanyakan langsung dengan sopan tapi teman lamanya itu, karena si
teman tersebut tidak juga memberitahu apa maksud ia menelpon.
“Lalu
apa yang kira-kira bisa kubantu?” gitu tanyanya
Lalu ternyata teman lamanya
menjawab :
“
Oh enggak, ehehe saya hanya ingin bersilaturahmi saja. Minggu kemarin saya ke
Malang namun maaf nggak bisa mampir karena waktunya terbatas. Jadi telpon untuk
menanyakan kabar njenengan saja. Semoga njenengan sekeluarga sehat-sehat
selalu”
Aih, lihatlah. Betapa memang
kebaikan orang sekarang ini semakin rancu. Dunia sekarang ini menjadikan kita makin
gagu bersikap. Kadang-kadang kebaikan menjadi barang langka, lalu Nampak
kejahatan ada dimana-mana. Berita pembunuhan hanya karena hal sepele, korupsi,
perampokan, penipuan, ataupun banyak berita-berita kriminal
lainnya yang mengerikan. Kadang menjadikan diri bertanya, seperti apakah dunia
yang kita tinggali kini.
Mungkin setiap diri mempunyai
jawabannya tersendiri. Bagi saya, seperti apa dunia yang saya tinggali mungkin
tergantung pada persepsi saya memandang dan menganggap dunia yang saya tinggali
sekarang ini. Memang ada orang jahat, tapi orang-orang baik juga ada
dimana-mana.
Mari menambah banyak orang-orang
baik di dunia, menebar kebaikan. Membaikkan diri dan orang-orang di sekitar
kita.
Glasgow, 28 March 2014.
Musim semi dimulai, tapi dingin masih mewarnai. Tetap syukuri.
Kalo kata para ulama, doa itu ada tiga : Rintihan hati, lisan, dan tindakan. Prasangka, itu doa hati. Doa lisan, seperti yg biasa kita lakukan. Doa tindakan yg lebih unik. Ketika jalan2 membawa barang2 mewah / kalung gelang emas, itu sebenarnya doa tindakan (nantangin orang jahat) dll,,hihi
BalasHapusTapi, sekalipun dulu pernah hidup di jalanan dan berkenalan dengan 'mereka', aku yakin Tuhan tak menciptakan manusia untuk itu. Mereka hanya beralasan 'untuk hidup'.
Untuk tulisan kedua yang 'berkeliling dunia', ituh agak ragu komennya. :p
*Nice story :D