Gambar di ambil dari sini |
Pernahkah berpikir bahwa
cinta juga bisa berasa seperti rasa manis, asin, pedas ataupun gurih? Pernahkah
berpikir bahwa makanan yang kita makan juga merupakan perwujudkan cinta? Atau
pernahkah memasak dengan cinta?
Ternyata memasak
itu bisa menjadi aktivitas yang membahagiakan. Saya suka mengulik ngulik resep-resep
baru dan mencobainya di dapur, hanya berdasarkan alasan sesederhana bahwa saya menyukai
aktivitas tersebut. Apapun aktivitas yang membuat saya bahagia, akan saya
lakukan ahaha. Seperti ketika saya ditanya sahabat saya,
“Eh sampai kapan mau foto-foto narsis begitu, sampai
nenek-nenek?” kata sahabat saya sambil mencandai saya.
“ Ahaha sepanjang
itu membuat aku bahagia. Kemarin aku di Lake district ngelihat ada nenek-nenek
yang jalan-jalan trus foto-foto gokil, huaaah seru banget.” Jawab saya
sekenanya.
Seperti halnya juga saya menikmati memasak walaupun masih dengan resep-resep sederhana. Tapi saya
menikmatinya. Memasak juga butuh banyak belajar, banyak membaca. Seperti halnya
keahlian-keahlian lainnya. Seperti juga mencintai juga membutuhkan banyak
belajar. Belajar memahami orang lain, dan yang tak kalah penting adalah
memahami diri sendiri.
Memasak bagi saya, adalah
menyajikan cinta dalam rasa. Ada keinginan untuk menyajikan masakan yang enak
untuk disantap oleh orang-orang yang kita cintai. Wujud cinta dalam olahan rasa
baik itu manis, pedas, ataupun gurih. Saya masih harus banyak belajar untuk
bisa lebih banyak lagi menyajikan masakan yang beraneka rupa. Kadang berhasil
dalam sekali coba, kadang kala tidak berhasil atau malahan berhasil tapi
berbeda hasilnya hihih.
Dan sambil belajar
memasak, ada juga makna yang bisa dipelajari lho. Salah satunya, ternyata
memang benar bahwa usaha ekstra bisa menghasilkan hal yang lebih luar biasa. Kalau mengerjakan
atau mengusahakan sesuatu biasa-biasa saja, hasilnya juga standar saja, dan itu
juga berlaku pada masak memasak ternyata.
Dulu, masakan
saya paling-paling berbumbu standar. Udah enak kok, pikir saya (enak menurut
lidah saya yah #mengantisipasi banyak yang protes ;p). Tapi setelah mengenal
beraneka bumbu-bumbu dan menambah aneka macam bahan seperti lengkuas, serai, daun
pandan, daun jeruk, daun salam ternyata memberikan tambahan rasa yang sungguh
signifikan. Huaaah ternyata beda rasanya dengan masakan yang cuma dikasih bumbu
standar saja. Ternyata dengan menambah usaha ekstra dengan menambahkan
bahan-bahan ekstra memberikan sentuhan rasa yang makin menggugah selera.
Mungkin sama dengan cinta,
cinta akan cepat kadaluarsa bila tidak dijaga dengan usaha ekstra. Bahwa cinta
tidak serta merta bertahan bila dibiarkan apa adanya. Butuh usaha dan
perjuangan untuk tetap menjaga cinta dua manusia yang terus
berbeda dengan laju perubahannya. Maka sepertinya perlu upaya dari kedua
belah pihak untuk tetap membuat cinta senantiasa mengada.
" Terlepas dari betapa tidak logisnya cinta, namun ia
punya mekanismenya sendiri untuk bertahan"
Saya teringat kalimat yang ditulis Dee, entah di bukunya yang mana
ehehe.
Setiap orang punya caranya sendiri untuk mengekspresikan cinta,
untuk saya..cinta, bagi saya salah satunya terwujud dalam olahan rasa masakan
yang saya cipta.
Cinta saya..eh masakan saya ;p |
Glasgow, 19 Mei 2014. Menjelang isya sambil menunggu sayur asem matang.
banyak banget postingannya dalam seminggu ini, ga terkejar sama kecepatan baca pembaca.. :D
BalasHapusahahaha habis otak berasa penuh mas kalau nggak dituang ke tulisan dulu :D
BalasHapusbikin akun instagram dong mbak, twitter wes ra musim :p #duudududuududuudududu........
BalasHapusndak fansku tambah akeh mengko ;p
BalasHapus**iyoo, sesuk sesuk nduk gawe instagram..nek twitter itu harus tetep, soalnya sumber informasi dan rejeki ahah ;p
Yaa ampun... happy cooking mb ^^~
BalasHapusya ampun kenapaaa? huaaah saya nggak meyakinkan bisa masak yaaa ahahah *kidding..yupieee thanks :))
BalasHapus