Hiruk pikuk menjelang Pilpres
sepertinya bakal mengiringi hari-hari ke depan, dengan meruahnya berita-berita
tentang pilpres ataupun status-status di media sosial yang berkaitan dengan
Pilpres. Memang terkadang yang membuat jengah adalah berita-berita yang bernada
menjelek-jelekkan, menjatuhkan kompetitornya. Pun begitu juga dengan perang
status, atau perang komen yang bertebaran di timeline dengan bahasa yang kurang
santun membuat polusi pikiran.
Jengah, iya.
Kenapa manusia sih begitu ngototnya
untuk mempengaruhi orang lain untuk mau sepihak dengan mereka? Terkadang sampai
titik tertentu saya belum bisa mencerna sikap orang-orang yang ngotot untuk
memaksakan pilihan mereka.
Orang sepertinya berlomba-lomba
menentukan bahwa pilihannya lah yang paling oke, paling tegas, paling jujur,
paling bla bla. Terkadang dengan jalan menyebarkan berita yang menginformasikan
kekurangan/kejelekan kompetitornya. Sayangnya media juga kini bukan lagi
menjadi sumber informasi yang bisa dipercaya kevalidan beritanya. Betapa kita
harus berhati-hati membaca, memilih sumber berita, karena banyak sekali
berita-berita yang provokatif, judulnya fenomenal, atau kadang berita yang
hanya berisi asumsi, persepsi, bahkan yang lebih memprihatinkan lagi
berita/artikel dengan bahasa yang tidak layak untuk disebut sebagai produk
jurnalisme.
Saya juga punya preferensi
keberpihakan dan pilihan Capres mana yang akan saya pilih nantinya. Iya dong,
sebagai warga negara Indonesia saya harus tetap ikut berpartisipasi ikut serta
dalam demokrasi yang berlangsung. Memang saya jarang menulis tentang politik,
ngetweet tentang politik atau bikin status yang berkaitan dengan politik. Tapi
sebenarnya saya punya ketertarikan dan kepedulian tersendiri pada apa yang
tengah terjadi di kancah perpolitikan tanah air. Mungkin dulu wacana yang
banyak berkembang ada pemikiran “sudahlah, yang penting damai-damai, ngapain
ngurusin politik” atau pilihan golput yang dianggap sebagai pilihan seksi.
Namun, semakin lama semakin saya menyadari mungkin dulu saya adalah bagian dari masyarakat yang tidak
peduli. Mungkin banyak orang-orang yang baik, jujur, cerdas, punya banyak ide
untuk kemajuan bangsa ini, namun cenderung tidak peduli. Saya banyak
terpengaruh dengan gagasan-gagasan Anies Baswedan dengan gerakan turun tangan,
bagaimana kita sebagai warga negara, apalagi seorang warga negara terdidik
haruslah ikut serta turun tangan untuk membuat perubahan yang baik untuk negeri
ini.
Dan saya melihat menjelang Pilpres
ini, kita semua bangsa Indonesia tengah diuji. Seberapa dewasa kita semua
menghadapi perbedaaan entah perbedaan pilihan, perbedaan pendapat dan
sebagainya. Mungkin saya, kamu juga geregetan saat membaca berita, status atau
hal-hal yang kita rasa mengusik. Lihatlah jejaring sosial yang kadang menjadi
ajang adu komentar yang kurang elegan. Mungkin saatnya belajar untuk menjaga
sikap reaktif kita dengan lebih mengendalikan apa yang kita ketik. Jaga keypad,
jaga keyboard. You are what you write. Iyah, karena dengan fenomena dunia maya
dan media sosial, keypad dan keyboardlah yang harus banyak kita kendalikan.
Pikirlah kembali sebelum menekan tombol enter.
Bangsa ini harus banyak belajar
mensikapi perbedaan. Bahwa ketidakseragaman adalah hal yang sangat wajar.
Menjelang pilpres ini, saya meyakini bahwa pemenang adalah pihak-pihak yang
menunjukan kualitasnya, dengan cara yang ksatria. Bukan dengan cara
menjelek-jelekkan pihak lain, bukan dengan menggunakan segala macam cara untuk
menjatuhkan kubu lainnya. Saya merindu sebuah kampanye yang elegan, dengan
saling bersaing menunjukkan kualitas, kapasitasnya masing-masing. Seharusnya
sebagai pemilih, kita dorong orang-orang terbaik Indonesia untuk berkiprah
memimpin Indonesia. Kita sebagai pemilih, seharusnya belajar untuk menyuarakan
pilihan kita dengan cara yang bijak, santun dan cerdas.
Jaga Keypad jaga keyboardmu. Itu akan
menentukan kalian adalah pemenang atau hanya pecundang.
Salam demokrasi damai dan santun.
Glasgow, 23 May 2014. Di suatu siang yang cerah.
hmm, memang terlalu ramai kampanye yang begitu ya, mba. jadi sangsi nanti hasilnya bakal tetap diterima dengan legowo atau malah bikin rusuh :(
BalasHapussemoga tetap aman dan damai heheh :)
BalasHapus