Merayakan lebaran jauh dari tanah air terkadang menerbitkan rasa sedih dan mellow. Karena momen lebaran selalu diidentikkan dengan kumpul bersama keluarga tercinta, namun karena terkendala jarak maka kami harus merayakan hari raya Idul Fitri kali ini di tanah rantau. Kami di sinipun ikut menyimak aura lebaran di tanah air dengan gempitanya ritual mudik, persiapan silaturahmi, antar-antar parcel pada kerabat, bersih-bersih, membuat kue-kue khas lebaran dan segala macam persiapan selebrasi lainnya. Hari Raya Idul Fitri bagi muslim di Indonesia memang telah menjadi peristiwa teristimewa. Namun bagi kami yang berada di negeri orang, nuansa lebaran yang semarak seperti yang dapat dirasakan rekan-rekan di tanah air tentulah tidak dapat kami rasakan. Tapi hidup terkadang adalah tentang belajar menerima. Menerima kondisi yang ada dan mencoba tetap bersuka cita bagaimanapun keadaannya. Menginginkan suasana lebaran seperti di Indonesia tentu saja hanya akan membuahkan kesedihan karena tak bisa didapatkan. Seperti juga mendambakan suasana lebaran bersama keluarga dan saudara juga harapan yang kosong belaka. Terkadang kita tidak bisa mendapatkan semuanya, ada momen yang hilang, namun ada momen lain pula yang kita dapat.
Ada suatu titik orang-orang yang hidup di tanah rantau seperti kami untuk belajar the art of accepting. Menerima kondisi yang ada pada kami, dan berusaha bagaimana caranya agar bisa menjalani hidup dengan tetap suka cita. Menerima harus melewatkan lagi lebaran jauh dari keluarga tercinta, tanpa makanan-makanan berlimpah ruah yang biasanya disediakan di rumah. Tanpa bisa bersilaturahmi dan saling meminta maaf secara langsung dengan kerabat dekat, dan sahabat-sahabat yang pulang kampung.
Namun mungkin karena ini sudah kali ketiga saya menjalankan puasa Ramadan dan merayakan hari Raya Idul Fitri di sini, saya sudah mulai terbiasa dan menjadi lebih fokus untuk bergembira merayakannya. Alhamdulillah lebaran kali ini, PPI dan KIBAR Glasgow merayakannya dengan spesial yakni dengan kumpul bersama bersilaturahim menyambut hari nan fitri. Acara halal bilahal tersebut di gelar di kediaman keluarga Bapak Luqyan Tamanni (yang juga ketua KIBAR UK) di 356 West Princes Street, Glasgow. Dalam rangka menciptakan aura lebaran, maka untuk menu halal bihalal kami sebelumnya telah merancang daftar menu ala Lebaran Indonesia yang bisa dipilih untuk dimasak oleh masing-masing yang akan hadir di acara. Mulai dari lontong, opor ayam, gulai, rendang, kue kering khas lebaran seperti kastangel dan nastar dan lain-lain menjadi menu istimewa kami pada acara halal bihalal tersebut. Agar bertambah semarak, anak-anak juga berpartisipasi untuk menghias tempat acara dengan dekorasi warna warni.
Acara kami cukup sederhana, dengan dibuka dengan sambutan singkat oleh ketua Kibar Glasgow, Nor Basid Adiwibawa Prasetya kemudian dilanjutkan oleh tuan rumah yakni Bapak Luqyan Tamanni. Kemudian acara utamanya yakni halal bihalal dan makan-makan tentunya. Acara ini dihadiri oleh hampir semua warga muslim Indonesia di Glasgow, juga beberapa rekan di kota sekitar Glasgow seperti St. Andrews. Menariknya hadir juga rekan-rekan non muslim yang dalam proses belajar islam. Mereka hadir untuk melihat bagaimana umat muslim merayakan lebaran. Mereka turut bergabung ikut merayakan hari raya bersama kami.
Beginilah cara kami merayakan lebaran di Glasgow. Setidaknya kami tidak merasa sendirian dan mellow di hari raya Idul Fitri karena jauh dari sanak keluarga. Dengan berkumpul bersama, kami pun merasakan aura lebaran tersendiri di tanah yang jauh dari tanah air. Paling tidak, ini akan menjadi pengalaman tak terlupakan yang akan menjadi bagian indah dari hidup kami. Selamat lebaran dan mohon maaf lahir batin dari kami di Glasgow. Semoga kita semua bisa menjadi pribadi yang terus belajar menjadi manusia yang lebih baik.***
Artikel ini dipublish di Detik Ramadan di link berikut
Mohon maaf lahir batin ya... Im so sorry about 'The Train',,huhu :(
BalasHapusGBU, :)
mohon maaf lahir batin juga :)
BalasHapus