Pernahkah engkau bertanya, rasa itu sebenarnya letaknya
ada dimana? Entah mengapa pertanyaan menggelitik itu tiba-tiba muncul dengan
absurb-nya dini hari tadi. Kalau ditilik dari jenis-jenis indera, ada indera
perasa yang diperankan oleh lidah. Namun bukan “perasa” itu yang saya
maksudkan. Tapi rasa semacam rasa sedih,
gundah, lelah, senang, bahagia, riang. Mungkinkah memang rasa itu ada dalam
hati seperti kebanyakan orang mengerti?
Pernah kau merasa tiba-tiba terasa ada yang sesak,
saat rasamu gundah. Ada rasa yang mendesak-desak, kala merindu. Ada yang
bergelenyar gelenyar kala mencinta, kadang ada rasa yang ringan, saat merasa
lega. Tidakkah kau merasakan perbedaannya dan mengamati perbedaan rasa-rasa itu
dalam hidupmu, dalam harimu?
Pernahkah membayangkan bila engkau tak bisa merasai?
Bila rasa tidak ada, tidak pernah ada, seperti apa rasanya menjadi manusia?
Rasa perih, sedih, cinta, rindu, lelah secara fisik
memang begitu terasa di dada, mungkin banyak orang mengatakan di hati.
Hatiku sedih, hatiku berbunga-bunga, hatiku riang..begitu biasanya
orang bilang.
Secara letak memang masuk akal, karena apapun katalog
rasa yang terjadi dan terasa, memang terasanya di bagian dada.
Tapi apakah memang benar rasa itu letaknya ada dalam
hati, jantung atau dada?
Saya memang seringkali mempertanyakan hal-hal yang
mungkin tak biasa. Tapi saya penasaran dan sedikit googling dengan iseng
mencari : dimanakah letak rasa?
Dalam beberapa sumber yang saya baca, ternyata
perasaan manusia diproses di dalam otak, bukan di hati. Otak, terutama bagian
amygdala sebagai pusat ingatan emosi memproses perasaan sedih, senang, marah, sebal dan perasaan manusia yang
lainnya. Kemudian ada bagian korteks
yang juga turut mengatur proses timbulnya perasaan pada manusia setelah ia
menerima stimulus. Setelah manusia menerima stimulus maka selanjutnya akan
diproses di dalam otak sehingga menunjukkan respon sedih, murung, bahagia ataupun
yang lainnya.
Tapi
bagaimana caranya proses “pengolahan rasa” yang terjadi di dalam otak tersebut,
secara fisik terasanya di dalam hati (bagian dada)? Ada yang berdenyut-dengut,
mendesak-desak, bergelanyar ada kalanya teriris perih. Berarti letak proses
rasa dan terasanya rasa berada di tempat yang berbeda.
Saya
kemudian tiba dalam pemikiran, betapa uniknya rasa dan bagaimana rasa menjadi bagian
penting dalam kehidupan manusia. Bukankah setiap harinya kita adalah serupa arak-arakan
rasa yang berwarna-warni. Berarakan kadang sedih, kadang sebal, kadang gembira,
bahagia. Kita begitu kaya.
Namun
saya juga tiba dalam pemikiran lain, bisakah stimuli rasa yang diterima otak
misalnya rasa sedih, rasa gundah, tak tenang ataupun rasa yang cenderung
negatif yang secara otomatis diolah otak menjadi respon sedih dan sebagainya
itu kita ubah atau kita netralisir menjadi respon yang positif.
Kenapa
setiap orang mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam merespon setiap rasa
yang dialaminya?
Kenapa
ada orang yang lebih cenderung mempunyai rasa positif dalam hidupnya, sedangkan
yang lain lebih cenderung dipengaruhi rasa-rasa negatifnya?
Ah,
saya banyak bertanya.
Selamat
datang setiap rasa, mari bergabung dalam hidup saya yang berwarna.
Glasgow, 5 September 2014 menjelang akhir pekan
0 Comments: