Momen Indonesian Cultural Day |
Tahun 2014 sudah lewat. Waktu terasa terbang, cepat melesat.
Seperti juga kembang api, melesat, berpijar pendar indahnya, lalu menghilang.
Tapi, indahnya selalu saja berkesan. Begitu pulalah yang saya rasakan pada
tahun 2014. Seperti kembang api.
Tuhan sepertinya telah menyiapkan semesta kecil saya di
Glasgow dengan kehadiran orang-orang yang menyemarakkan hidup. Kalian pernah
merasakan ada dalam lingkungan yang terasa “klik”, terasa “satu frekuensi”?
Saya pernah merasakannya beberapa kali. Kelas 3 saat saya
SMA, kelas saya jaman kuliah S1, kelas prajab saya, kelas bahasa di Malang..dan
mungkin juga PPI Glasgow 2013/2014. Kenapa semesta begitu rapi menempatkan
orang-orang dalam satu tempat tertentu dan saling menjadikannya pijar satu sama
lainnya?
Pernah mengalaminya?
Hati saya sangat bisa membedakan rasanya. Misalnya saja, saya
dengan lingkungan rekan-rekan lab memang baik-baik saja, namun terasa plain,
biasa saja.
Tentu saja saya sangat bersyukur tahun 2014 semesta dengan
begitu baiknya menghadiahkan orang-orang yang sangat menyenangkan hadir. Tahun
2014 memang bukan tahun yg terbaik dalam deretan tahun-tahun saya. Tak ada pencapaian
super yang mencolok, tapi bisa dibilang tahun yang sangat membahagiakan.
Bahagia yang sederhana, yang beberapa mungkin tak saya kenali
rasanya sebelumnya. Saya sebagai diri pun terasa sangat tampil apa adanya,
dalam artian saya menjadi diri saya yang biasa saja. Yang bahagia saat masakan
saya disantap dengan lahap. Yang menghabiskan sore dengan secangkir teh atau
kopi. Yang melewatkan weekend dengan jalan-jalan bersama sahabat, kumpul-kumpul
makan, mencobai resep resep masakan baru
ataupun mencobai ide-ide craft yang saya sukai.
Jalan-jalan saya pun tak terlalu banyak tahun lalu, tapi
selalu membahagiakan. Kadang tak perlu jauh-jauh, dan tak harus tujuan wisata
yang terkenal. Biasa saja yang bahagia.
Studi saya pun berjalan biasa saja, tetap dengan onak duri
dan liku-liku yang harus dilewati satu per satu. Tapi sampai saat ini pun saya
baik baik saja, tengah menyiapkan naskah paper saya yang kedua dan juga tentu
saja menulis thesis.
Tahun 2014, lebih saya rasakan tahun yang semarak dengan
sahabat-sahabat. Kumpul-kumpul seru, nonton apapun sampai larut, masak dan
makan-makan. Tentu saja disibukkan dengan berbagai kegiatan, dari Indonesian
Cultural Day yang kita harus latihan nari (gurunya youtube), ada KAG (Kibar
Autumn Gathering) ataupun Charity Brew untuk membantu petani kopi di Lombok.
“ Pas
jaman-jamannya ICD itu pas saat-saat paling bahagia jiwa dan raga deh,” kata
Mona, sabahat saya. Karena raganya gerak (latihan nari) dan juga pastinya
makan-makan terus kalau kita kumpul, dan jiwa bahagia soalnya ngobrol kesana
kemari ketawa ketiwi.
Tapi kebersamaan kami dalam satu tempat pun usai seiring dengan
selesainya studi mereka satu per satu. Memang tak semua, karena yang PhD masih
ada yang tertinggal. Namun kebanyakan satu per satu mereka pergi. Entah berapa kali saya
melepas kepergian mereka di Bandara Glasgow. Ada rasa-rasa kehilangan tentu
saja, tapi hidup harus terus berjalan.
Memang seperti kembang api, berpijar pendar, kemudian hilang.
Namun indahnya selalu tersimpan.
Terimakasih untuk semua yang membuat saya begitu bahagia.
Semoga begitu pula tahun-tahun berikutnya, walau mungkin
dengan rasa yang berbeda, dengan cara yang berbeda.
Mari berbahagia.
Glasgow, 5 Januari 2015
0 Comments: