Ketika kau ditanya sebuah pertanyaan “Mau kau tukar masa sulitmu?”
apa yang kira-kira kau pikirkan dan kemudian kau jawab apa?
Pernah kau menanyai dirimu sendiri pertanyaan seperti itu?
Misalnya saja kita ditanya “Mau kau tukar masa bahagiamu?
Masa senangmu?” mungkin jawabannya bisa ditebak. Kita pasti menggeleng dan
tidak mau menukar masa-masa yang menyenangkan, menggembirakan dan
membahagiakan.
Namun, jika pertanyaan sebaliknya yakni : Maukah kau tukar masa
sulitmu? Bisa jadi masa sulit tersebut ditukar dengan kemudahan seketika lalu
dihapus dari perjalanan hidupmu. Atau bisa jadi masa sulitmu itu ditukar dengan
masa sulit orang lain.
Bagaimana? Kira-kira kau jawab apa?
Dan setelah saya menanyakan pertanyaan tersebut pada diri saya
sendiri, ternyata jawabannya, saya menggelengkan kepala, Tidak. Saya tidak ingin menukar masa sulit saya.
Pertama, misalnya masa sulit saya ditukar dengan masa sulit
orang lain? Phew jelas saya tidak mau. Kenapa?
Karena masa sulit saya pastilah dikarenakan pilihan-pilihan
yang saya buat sendiri selama perjalanan hidup saya. Misalnya saja saat ini
saya tengah menghadapi masa-masa sulit dalam lab work untuk studi PhD saya. Tapi
toh melanjutkan studi doktoral adalah pilihan saya sendiri, dan saya lah yang
paling bertanggung jawab atas risiko-risiko penyertanya.
Tentu saja saya tidak mau menukar masa sulit saya dengan masa
sulit orang lain. Saya tidak mau menghadapi masa sulit karena pilihan-pilihan
orang lain. Betapapun beratnya masa-masa sulit yang saya hadapi terkadang, ada
suara-suara yang muncul “ Hey, that’s my choice anyway”, ini risiko pilihanku
sendiri, hadapi!
Setidaknya kalimat tersebut menguatkan kala masa sulit itu
datang.
Kedua, bila masa sulit itu dihapus atau ditiadakan. Anehnya,
pada akhirnya saya memilih untuk menggelengkan kepala juga. Ternyata saya butuh
masa-masa sulit itu. Ternyata ketangguhan tidak dibentuk oleh
kemudahan-kemudahan, namun justru oleh kesulitan-kesulitan. Kekuatan juga
banyak dibentuk oleh tantangan, hambatan dan masalah. Masa sulitpun membuat
kemudahan yang kita terima terasa begitu mudah untuk kita syukuri.
Masa-masa sulit mungkin seperti guru yang kita benci. Namun
pada akhirnya kita menyadari, kita membutuhkannya, jiwa dan kehidupan kita
ternyata banyak dibentuk olehnya.
Kapanpun engkau menghadapi masa sulit, mungkin bisa kau
tanyai dirimu sendiri pertanyaan tadi. Mau
kau tukar masa sulitmu? Mungkin itu bisa membantumu memperoleh lagi
semangatmu, kekuatanmu, ketangguhanmu. Semoga.
Glasgow, 26 January 2015
Jadi ingat kata-kata "laut yang bergelombang melahirkan pelaut yang handal" :)
BalasHapusSalam kenal mbak..
ehehe iyaah betul sekali. salam kenal juga yaa, terimakasih sudah mampir :)
BalasHapushmm, coba masa sulit kita bisa ditukar sama seseorang.
BalasHapusmungkin...
Klo mo liat pelangi kta harus melalui hujan badai dulu...krng lbh sprti itulah...miss u mb Swiwi
BalasHapus@evi nypw : ehehe yuhuuu sepertinya begitu. miss u too evi :))
BalasHapus