Bahagia. Kata ini kadang telah
berubah menjadi berhala. Banyak manusia segenap upaya mencarinya, meraihnya.
Namun dalam selintasan pikirku, tiba-tiba saja saya berpikir. Bukankah bahagia
itu “hanya” sebuah rasa?
Ia bukan rumah mewah, bukan liburan
ke tempat-tempat yang mengagumkan, ia bukan mobil seharga ratusan juta.
Bahagia itu rasa. Entah kenapa
kalimat sederhana ini menggugahkan kembali sebuah pemahaman lama.
Apakah kita sadar bahagia yang
seringkali kita damba itu “hanya” sebuah rasa? Yang sebenarnya bisa kita cipta
kapan saja?
Rasa itu hasil kerjasama kepala dan
hati kita. Kita bisa cipta rasa apa saja. Itu yang seringkali kita lupa.
Menyangka bahwa bahagia ada di luar sana. Ada yang mencarinya pada
pencapaian-pencapaian mengagumkan hidupnya, ada yang mendefinisikannya dengan
barang barang mewah, ada yang mencoba menemukannya pada rekening gendutnya,
atau ada pula yang menggantungkan bahagia pada orang-orang tercintanya.
Ya, seringkali kita lupa, bahagia ada
di dalam diri kita. Memangnya kau cari ia kemana?
Bahagia itu rasa. Kuncinya ada di dalam pikir dan hati
diri kita. Memangnya kau cari bahagia kemana? Pada siapa atau pada apa?
Selamat bertanya.
Salam
Glasgow, 26 January 2015
Super sekali...
BalasHapusheheh tengkiu mba titik :)
BalasHapusKereeen mbaak...
BalasHapusmakasih mba arie :)
BalasHapussalam kenal mba...aku suka tulisnnya...berisi..well done..keep writing,,.mba bener bgt bahagia itu rasa...
BalasHapussalam kenal juga mbak..thanks apresiasinya dan sudah mampir baca. Selamat berbahagia selalu :)
BalasHapus