Ada banyak orang-orang
yang selama ini mengontak saya untuk menanyakan tentang bagaimana langkah untuk
melanjutkan studi S3. Mungkin bermanfaat bila saya jadikan satu postingan, dan
mungkin saja lebih simpel dalam menjawab pertanyaan sama yang diajukan suatu
saat.
Dalam tulisan ini akan saya bahas
mengenai langkah-langkah untuk mendapatkan supervisor. Untuk studi doktoral
(S3), mendapatkan supervisor merupakan langkah yang sangat penting apabila hendak
melanjutkan S3. Peran supervisor juga sangat krusial karena dialah teman
seperjalanan selama menempuh perjalanan panjang studi doktoral. Perlu
diketahui, untuk studi S3 tidak ada kuliah sama sekali, tidak seperti kuliah S1
ataupun S2. Mungkin ada program yang ada kuliah di tahun pertama, kemudian full
riset di tahun berikutnya. Namun sepengetahuan saya, sebagian besar studi S3
adalah program full riset dari awal. Oleh karena itu, peran supervisor di sini
sangat penting dalam menentukan kelancaran studi S3, karena dia lah yang
membimbing jalannya penelitian kita dari awal hingga akhir.
Yang
akan saya bahas di sini adalah cara mencari supervisor untuk studi di luar
negeri, berdasarkan pengalaman saya. Karena untuk supervisor S3 dalam negeri
akan berbeda pula prosesnya.
Berikut langkah-langkah yang perlu
untuk disiapkan.
1. Menyusun Proposal Riset S3
Langkah pertama ketika berencana
melanjutkan S3 adalah menentukan topik riset serta membuat proposal. Kita harus
memutuskan akan meneliti apa selama studi S3 tersebut. Pada langkah ini, banyak
yang dihantui kecemasan bahwa riset S3 harus benar- benar “baru”, harus ekstra
keren dan canggih dan beberapa ketakutan lainnya yang justru menyusutkan niat
untuk memulai langkah. Nggak gitu kok ternyata, asal kita punya ide kemudian
kita mulai membuat proposal tersebut, banyak membaca tentang subjek yang akan
kita ambil, coba saja untuk dibuat. Intinya sih nggak usah kebanyakan mikir,
kerjakan..kerjakan. Ya memang nekad itu bagian dari langkah-langkah besar
heheh.
Untuk menyusun proposal riset,
cobalah banyak browsing contoh-contoh proposal riset dari internet ataupun
meminta rekan yang sudah S3. Poin yang saya ingin bagikan di sini adalah,
buatlah proposal yang ringkas, padat, berisi. Karena proposal tersebut adalah “jualan”
yang harus menarik si supervisor tanpa harus banyak membacanya. Itulah kenapa
proposal jangan terlalu banyak halaman, karena bayangkan si supervisor yang
tiap hari menerima banyak sekali email mana mau menghabiskan terlalu banyak waktu
untuk menengok email dan proposal kita.
Berikut contoh proposal riset saya
saat mencari supervisor bisa diunduh di sini . Eh sebenarnya saya sih pas nyolek supervisor belum
punya ide, belum punya proposal, cuma modal nekad doang. Dan untungnya diterima. Tapi tentu saja saya
mencoba menuliskan langkah-langkah di sini dengan runtutan yang “seharusnya”.
Jangan ikuti saya :D
Saran : Topik ini akan kalian geluti
selama 3-4 tahun, pastikan kalian menyukainya, atau PhD akan berubah seperti
neraka *eh eh..ini serius. Topik itu adalah komitmen jangka panjang, walaupun
tentu saja bisa berubah ataupun berkembang seiring perjalanan. Memangnya apa
yang tidak bisa berubah? *malah curcol ;p
2. Buatlah CV singkat
Buatlah CV singkat yang menjelaskan
tentang informasi personal singkat, riwayat pendidikan cukup mulai S1 saja,
penelitian yang sudah pernah dilakukan dan publikasi yang pernah dibuat.
3. Mencari Supervisor Potensial
Langkah berikutnya yakni mencari
supervisor potensial yang pas untuk membimbing riset kalian. Nah bagaimana
caranya?
-
Kalau kalian sudah punya inceran negara yang dituju, pncarian akan menjadi
lebih spesifik. Misalnya saja saya dari
dulu S3 cuma mau di Inggris, nggak ada opsi untuk negara lain. Nah, itu juga
pasti tergantung preferensi kalian pengen dimana, setelah itu bisa cari
universitas yang kalian tuju. Misalnya saja, saya dari dulu cuma ngincer dua :
London School of Tropical Hygiene dan University of Edinburgh. Nah kalau kalian
tahu apa yang kalian mau, pencarian akan semakin spesifik dan sempit. Kemudian cari
saja via website universitas, biasanya di situ ada informasi staff-nya.
Informasinya biasanya lengkap dengan interest topik si supervisor, daftar
publikasinya, daftar grant ataupun daftar anggota labnya. Dan tentu saja alamat
kontaknya. Jadi kalau kalian merasa pas dengan background si supervisor,
silahkan kontak saja.
-
Kalian juga bisa lihat nama-nama peneliti di jurnal acuan kamu. Peneliti yang
memang sudah lama meneliti tentang topik yang kamu maui selama S3. Nah dengan
begitu kalian tahu peneliti mana yang kompeten untuk menjadi supervisor kamu.
Begitu kalian tertarik pada suatu nama, tinggal di browsing saja informasi
mengenai supervisor inceran itu.
-
Kalau punya temen yang sedang S3 dan kebetulan satu jurusan, bisa juga minta
informasi dan direkomendasikan. Biasanya mahasiswa S3 punya informasi mengenai
lowongan PhD di jurusannya, atau bisa memberikan email kontak professor yang
menurut dia pas dengan topik yang kamu pilih.
3. Kontak Supervisor
Setelah menemukan supervisor inceran,
tinggal kontaklah dia. Banyak cerita temen-temen yang mengontak banyak sekali
supervisor inceran tapi no response sama sekali. Ada juga yang sekali kontak
trus langsung nyantol. Yah, memang beraneka macam ceritanya. Mungkin ada yang
bilang tentang keberuntungan, tapi mungkin saya bisa bilang Tuhan Maha Tahu
apa, siapa, dan kapan yang tepat untuk kita *jleb jleb. Intinya, coba..coba,
jangan pernah terhenti. Untuk pengalaman saya, saya pernah mengirim beberapa
email ke supervisor dengan bahasa yang rapi jali hasil browsing contoh-contoh
di internet, dan nggak ada yang direspon. Tapi sekali saya email iseng cuma
tanya kemungkinan apakah bisa bergabung di lab-nya sebagai mahasiswa PhD, eh
langsung disamber dan jodoh sampai sekarang. Saya juga pernah iseng mengirimkan
proposal atas nama sahabat saya, dan langsung direspon dan berjodoh sampai sekarang. ini contoh cover letternya bisa diunduh di sini . Cover letter yang pernah saya buat lainnya bisa diunduh di sini Jadi
berdasarkan pengalaman sih, lebih prefer gunakan cover letter yang ringan,
informal tapi sopan dibandingkan dengan coverletter yang kaku dan bertele-tele.
Intinya sih si supervisor itu supersibuk yang males baca email dari antah
berantah kalau isinya banyak-banyak.
Saat kontak dengan supervisor,
sertakan proposal dan CV kalian di
attachment.
Nah, itu beberapa langkah untuk
mencari supervisor untuk melanjutkan studi ke jenjang S3, Good Luck ya..semoga
infonya bermanfaat.
Glasgow,11 Februari 2015.
9 Komentar
sangat bermanfaat mbak' terima kasih mba' jadi membakar semangat saya ni..salam kenal mba' kang hamdi.
BalasHapussama-sama, Good Luck yaa :)
BalasHapusTerimakasih infonya mbak Siwi, membuat saya menjadi semangat. ^^
BalasHapusApa boleh konsultasi lewat email? Kalau ada info di Glasgow University bidang Veteriner boleh dong bagi-bagi infonya. Terimakasih.
terima kasih untuk share infonya... really helpfully...
BalasHapussyukran ya...jadi terbuka pikirannya...
BalasHapusterima kasih mbak,saya jadi mengerti apa saja yang harus lakukan
BalasHapussama-sama, semoga lancar rencana studinya :)
BalasHapuscontoh CV nya mbak?
BalasHapusbisa sertakan email untuk saya kirim? saya lupa bagaimana share dokumen dengan ngelink ke tulisan blog hehe
BalasHapus