Dari dulu saya
berpikir kalau saya ini nggak “bakat” jualan. Aneh rasanya kalau nawarin barang
atau apalah gitu namanya. Padahal orangtua saya sejak dulu berbisnis apa saja yang
bisa dilakukan. Mulai bikin dan jualan telur asin, usaha ternak ayam, ternak
ikan lele, usaha eternit, sablon, percetakan, rias pengantin dan lain lainnya.
Di rumah sudah terbiasa dengan usaha yang dijalankan bapak ibu untuk bisa
membiayai kami sekolah. Karena bila hanya mengandalkan gaji bapak saya yang PNS
saja pastinya kurang untuk biaya hidup dan pendidikan kami bertiga bersaudara. Dan sungguh saya
salut dengan kerja keras dan perjuangan orangtua saya demi anak-anaknya *huhuk
terharu jadinya.
Akhir-akhir ini saya
pengen menantangi diri sendiri untuk bisnis kecil-kecilan. Apalagi memang kepepet dana
juga karena udah nggak dapat beasiswa lagi. Untuk biaya hidup di Glasgow sampai selesai studi belum
kebayang dapat dari mana heheh. Dulu pernah saya jualan tempe dengan order
tempe dari Manchester lalu saya jual lagi ke anak-anak di Glasgow. Tapi ini
sporadis banget karena kulkas flat kecil mungil, nggak bisa nyimpen tempe
banyak jadi harus habis dalam waktu cepat.
Nah kali ini ada
acara Pasar Hari Glasgow, komunitas Malaysia yang menyelenggarakannya. Memang
sih warga Malaysia banyak sekali yang ada di Glasgow ini. Akhirnya saya tertarik
untuk ikut jualan, dan mengajak teman saya Yangie untuk share-lapak. Satu lapak
terdiri dari dua meja, nah jadi kita bisa satu meja satu meja dan lebih murah
untuk sewa stallnya. Saya memutuskan untuk jual sate lilit, bakso kuah, nastar,
kastangel dan handmade brooch.
Saya sudah beberapa
kali membuat sate lilit untuk sajian publik misalnya saja untuk acara konsumsi
pengajian ataupun BBQ anak-anak PPI. So far sih komentarnya enak hihih. Kemudian
untuk bakso, ini pertama kalinya saya publish bakso buatan saya untuk publik
*halaah ahaha. Biasanya dimakan sendiri atau kalangan temen-temen dekat saja.
Kali ini sudah pede untuk menjual karena saya rasa sudah bisa membuat bakso yang kenyal
dan rasanya cukup maknyus. Kisah membuat bakso ini mengalami perjalanan trial
and error serta kegagalan demi kegagalan sampai akhirnya nemu cara untuk bikin bakso
kenyal. Intinya memang sih jangan berhenti belajar. Berkat banyak browsing
kesana kemari karena penasaran untuk bisa bikin bakso kenyal dan enak, akhirnya
jadi juga---dan berasa sebuah prestasi *ahaha halooo mahasiswa PhD :D
Untuk cookies
nastar dan kastangel nekad aja sih jualnya hehe, karena sebenarnya saya belum
terlalu ahli urusan per-cookies dan kue-an. Jarang saya bereksprimen karena
memang tidak terlalu suka kue, lebih suka bereksperimen masakan tradisional
Indonesia yang nampol di lidah.
Nah ternyata yaaa,
pengalaman masak sendiri dan dijual memang seru. Karena capek dan ribetnya lumayaaan.
Masak sistem kebut semalam bikin bakso dan sate lilit sekitar masing-masing 40
porsi lumayan bikin badan pegal-pegal. Dan sampai akhirnya satu tray sate lilit
gosong karena saya ketiduraaaaan hihih. Sampai jam 2 pagi saya masih memanggang
satu tray sate lilit terakhir plus menunggu nasi untuk bikin lontong di rice
cooker. Eh sembari
leyeh-leyeh, tahu-tahunya pas bangun udah jam 3 pagi. Dan ketika menengok oven,
gosonglah satu tray sate lilit heheh.
Acara dimulai Sabtu,
16 Mei jam 2 siang. Dibantu sama mas basid yang dengan berbaik hati menjadi seksi
angkut-angkut barang. Yang ribet tentu saja membawa microwave dan kuah bakso.
Kuah bakso dimasukkan ke dalam botol-botol air minum 2 literan lalu nanti
dituang ke wadah untuk dipanaskan di tempat acara, begitu rencananya.
Sampai di tempat
acara jam 2 lebih ternyata venue sudah ramai orang. Ketika sampai di ruangan,
orang-orang sudah ramai membeli dagangan lapak-lapak yang tersedia. Sementara
saya mencari meja jatah lapak saya tidak ketemu-temu. Tidak ada tulisan atas
nama saya atau Yangie. Akhirnya setelah mengontak panitia, ketemu juga meja
untuk saya.
Rencana untuk
mengalasi meja dengan kain cantik, menata dagangan rapi dan mengeluarkan kertas
tulisan nama masakan serta harganya pun bubar. Begitupun rencana narsis di
antara jualan saya gagal sudah. Karena ternyata begitu sampai, orang-orang
sudah mengantri mau beli. Ahahaha jadilah hectic sendiri, untung ada mas basid
untuk berubah jadi asisten yang melayani pembeli juga. Beberapa pesanan yang
pre-order disimpan untuk menghindari kehabisan stok.
Suasana Pasar Hari Glasgow, foto diambil dari Fanpage-saya nggak terlihat ahaha ada di sebelah kanan :D |
Dan ternyata sate
lilit dalam waktu sekejab sudah ludes. Humm seharusnya bikin lebih banyak lagi.
Tapi yaaa, mana tau bakalan selaris ini pembelinya. Bahkan pas masak saya
kepikiran “ini masak sebanyak ini ntar ada yang beli nggak ya?”
Tapi alhamdulillah
laris manis. Dan lebih senang lagi sih kalau si pembeli suka dengan makanan
yang saya jual.
Ada yang menghampiri
saya nanya masih ada nggak nastar (pinneaple cookies)nya, namun sayangnya stok
saya cuma beberapa pack saja dan sudah habis, kebanyakan sudah diorder. Dia
nyobain nastarnya dari Mbak Desita yang beli dari saya juga trus setelah
nyicip, jadi pengen beli juga. Dan sayangnya nastarnya sudah habis.
Sekitar jam 4 lebih,
pengunjung sudah mulai sepi karena hampir semua makanan habis. Wah ternyata ini
orang Malaysia suka jajan juga. Mereka membeli banyak-banyak, ada yang makan di
tempat atau pula yang dibawa pulang.
Ah alhamdulillah, ini
pengalaman jualan langsung pertama saya hehe dan laris manis. Keuntungannya
setelah dikalkulasi dengan bahan-bahan untuk membuatnya ternyata sangat
lumayan. Bisnis makanan kalau laris memang menggiurkan ternyata ya.
Hari ini saya
memutuskan untuk mendaftar book lapak di Bazar Ramadan selama 4 kali di Edinburgh.
Walau jauh di luar kota, tapi mungkin inilah saatnya perjuangan harus
dilebihkan. Jalani saja, nikmati saja. Mungkin suatu saat bisa dikenang dengan
senyuman hehe, berjuang menyelesaikan S3 dengan jualan sate dan bakso ahaha.
Salam semangat dari
Glasgow.
Menginspirasi banget.. :)
BalasHapusGood luck jeng, semoga lancar sampai akhir ya 😊
BalasHapus@ Gadis : thanks sudah mampir baca hehe :)
BalasHapusJeng @sur : yuhuuu siaaaap, makasih yaaa