Saya baru saja
melihat tayangan “Satu Indonesia bersama Reza Rahardian” di Net TV melalui
Youtube. Silahkan kalau mau ditonton bisa diakses di sini. Iyah, salah satu
bonus tinggal di sini adalah akses internet yang super cepat, jadi bisa nonton
live streaming ataupun menonton video-video di youtube yang ternyata banyak
sekali yang dapat kita ambil manfaatnya. Kali ini saya ingin nonton yang
ringan-ringan saja, tapi menyaksikan tanyangan tersebut saya sempet merinding.
Ih, gila keren banget
ya kalau orang cinta saya apa yang dikerjainnya. Orang yang berjalan di jalur
jalur passionnya. Reza rahardian salah satu contohnya. Dari tayangan yang saya
saksikan, jelas sekali bagaimana dia mencintai seni peran dalam hidupnya. Saya
jadi teringat dengan pembicaraan saya dengan rekan saya di Glasgow beberapa
saat yang lalu. Di sela-sela undangan acara silaturahmi Idul Adha di flat Teh
Siska.
“ Belum tau sih mbak, soalnya
setelah setahun di sini aku malah menemukan beberapa hal lain yang aku sukai.” Begitu
kata rekan saya tersebut ketika saya tanya apa yang akan dikerjakan setelah dia
pulang ke Indonesia nanti.
Dia baru saja
merampungkan studi masternya di bidang Public Health, basicnya ia adalah
seorang dokter yang sebelumnya bekerja di WHO Jakarta. Tapi kemudian dari
percakapan kami, saya menangkap dia masih mencari cari apa yang ingin dia
lakukan untuk hidupnya.
“Tadinya sih aku lanjut S2 karena
pengen jadi dosen sih mbak, tapi setelah di sini..bla blaa..” dia banyak
bercerita tentang perjalanan dan pencarian-pencariannya. Tentang hobi baru
memotretnya. Kalau orang melihat hasil-hasil fotonya, mungkin orang akan
mengira kalau dia sudah lama menekuni dunia fotografi. Padahal ternyata baru
semenjak di Glasgow katanya.
“Makanya aku belum tau mbak. Yang
jelas aku mau lakukan apa yang aku inginkan dulu” sambungnya.
Aku sih mendukungnya.
Hidup terlalu mahal untuk dijalani dengan pilihan salah. Walaupun ada orang
yang mungkin pernah bilang : “Cintai apa yang kamu kerjakan, bukan kerjakan apa
yang kamu cintai”
Well, kalau bisa
cinta sih silahkan silahkan saja. Tapi orang bermacam-macam, ada yang bisa ada
yang enggak bukan?
Contoh gampangnya
saja soal cinta pada lawan jenis. Sahabat saya
adalah orang dengan karakter yang gampang mencinta orang yang
mencintainya lebih dulu, memberikannya perhatian, bla bla bla..udah pasti jadi.
Dan ada banyak orang yang memang seperti itu. Tapi ada pula yang lain, kayak
saya misalnya hahah..saya bukan tipe orang yang gampang mencintai baik orang atapun
hal, bidang. Dan waktu pun bahkan tidak membantu, bahkan dengan mengamati
variabel waktu inilah saya menjadi semakin yakin itu, bahwa bertahun tahun
kalau nggak suka ya tetep aja nggak suka.
Saya hanya ingin
menegaskan sekali lagi bahwa tiap orang berbeda-beda, termasuk dalam menentukan
apa yang ingin ia kerjakan dalam hidupnya. Ada yang asal mengerjakan sesuatu,
yang penting apa yang dia kerjakan mendatangkan uang, mampu menghidupi dirinya
atau keluarganya. Udah, cukup itu. Tapi ada pula yang memerlukan semacam “rasa”,
reason, atapun orang biasa menamainya
passion untuk menjadi tenaga penggerak untuk apa apa yang dia kerjakan. Saya
tidak ingin bilang yang X lebih baik dari yang Y ataupun sebaliknya. Orang
berbeda-beda dan bebas menentukan pilihan hidupnya sendiri-sendiri.
Saya termasuk ke
golongan orang yang mempertimbangkan rasa dalam hal-hal yang saya kerjakan.
Saya tahu betul mana yang saya sukai mana yang tidak, walaupun begitu saya
masih dalam pencarian jalur mana yang harus saya fokuskan. Saya masih belum
pasti.
“ Mbak siwi nggak niat untuk post
doc?” beberapa saat lalu Teh Siska bertanya pada saya.
Post Doc? Enggaklah,
buat menyelesaikan PhD aja udah struggle begini, apalagi post doc. Saya lebih
memilih mengerjakan hal-hal lainnya. Post doc itu semacam researcher di luar
negeri yang bekerja dalam suatu lab
group. Tugasnya mengerjakan penelitian, menulis grant dan juga menghasilkan
paper. Sangat ilmiah, itu sih pointnya. Saya sih saat ini belum kepikiran sama
sekali ke sana. Saya berpikir rada nggak cocok untuk saya.
Setelah selesai studi
ini, tentu saja saya kembali ke institusi dan bekerja lagi menjadi dosen. Saya
cukup menikmati peran itu, walaupun saya masih merasa belum menemukan jalur
yang benar-benar saya cintai. Sesuatu yang bisa saya kerjakan suka rela, nggak
kenal waktu, berasa capek tapi seneng, jatuh bangun tapi tetep cinta. Ahaha
saya masih dalam perjalanan pencarian.
Saya dulu berpikir
kalau mungkin saja saya menemukannya dalam dunia kepenulisan. Yeah I feel it,
but..mungkin juga ada di beberapa bidang lainnya. Saya suka mencobai hal-hal
yang baru, belajar hal-hal yang baru. Saya mencoba merasai apakah yang saya
lakukan itu membahagiakan untuk saya atau biasa saja. Bertumbuh, bertumbuh dan
bertumbuh. Mungkin itulah yang semakin saya rasakan menjadi sebuah kebutuhan.
Ada gerak maju,
berjalan, mencari, menemukan, merasai, mempertimbangkan. Sepertinya memang
hidup adalah perjalanan tak hentinya untuk mengenali diri sendiri. Ah ya,
mungkin demikian.
Salam,
Glasgow, 28 September
2015. Saat daun daun sudah mulai berubah warnanya.
0 Comments: