Aisha, nama itu semenjak sekitar dua bulan lalu begitu
menarik perhatian saya. Salah satu sahabat baik saya bercerita kalau ia memesan
kindle buku “ Aisha, the wife, the
companion, the scholar” dari amazon dan sedang merampungkan membacainya.
Dari ceritanya itulah saya jadi tertarik untuk membacai tulisan tentang Aisha
dari berbagai sumber. Hik malu memang, pengetahuan saya tentang salah satu
isteri Rasullah SAW ini sangatlah sedikit. Seringkali yang sering terlintas
selama ini, ya hanya Aisha-isteri Rasullah SAW yang dinikahi dalam usia yang
sangat muda. Kemudian sedikit cerita tentang tuduhan perselingkuhan Aisha yang
diceritakan dalam An-Nur. Lainnya nggak banyak ngerti hahaha..hiks.. ya
perempuan muda yang dinikahi dalam usia yang belum dewasa memangnya bisa apa
sih? Kasarnya begitu ya yang sempat terlintas..ya ampuuun parah ahah.
Nah..nah, ternyata setelah membaca tulisan-tulisan
mengenai Aisha, saya gantian malah jatuh cinta berat. Keren banget ini
perempuan, batin saya. Ternyata si perempuan muda ini memainkan peran yang
sangat penting dalam sejarah islam dan juga pergerakan perempuan dalam islam.
Dan apalagi kisah cintanya sama Rasullah SAW ya yang sering kali bikin lumer
ehehe. Karena di antara isteri-isteri Rasulullah SAW, selain Khadija, Aisha-lah
isteri yang paling dicintai dan disayangi Muhammad SAW. Dari tulisan-tulisan
yang saya bacai jelas sekali adanya equal
relationship dalam pernikahan Rasulullah SAW dan Aisha. Padahal rentang
usia mereka itu jauh banget ya, karena mereka menikah saat Rasul berusia 55
tahun, sedangkan usia Aisha sekitar 7-10 tahun, karena banyak sekali sumber
yang menyebut usia yang berbeda-beda. Kenapa selama ini yang ditonjolkan adalah
cerita pernikahan yang sangat muda ini ya? jadi selintas mengesankan kalau
islam mendukung pernikahan di bawah umur. Padahal tidak demikian, bahkan Aisha
tetap tinggal bersama orang tuanya, Abu Bakar dan Umm Ruman selama beberapa
tahun sebelum akhirnya hidup bersama Rasullullah SAW. Konon pernikahan Nabi
Muhammad SAW dengan Aisha ini dimaksudkan untuk mempererat hubungannya dengan
Abu Bakar yang bermakna politis, dan secara budaya arab hal itu sering
dilakukan dengan pernikahan.
“ In
mecca, where belief, self sacrifice and bravery were so necessary, He gave him
Khadija; In Medica, where the requirement of knowledge, intellegence and
reasoning were felt, He bestowed him, Aisha. ( Aisha, the wife,
the companion, the scholar)
Yang paling menarik dari sosok Aisha adalah kombinasi
antara kecantikan, kecerdasan dan kematanganya walau di usia muda. Seperti
disebutkan di beberapa tulisan bahwa Muhammad
and Aisha had a strong intellectual relationship. Aisha merupakan salah
satu dari 3 isteri nabi (dua lainnya yakni Hafsa dan Umm Salama) yang hafal Al
Qur’an. Karena intelektualitasnya itulah Aisha dijuluki “Mother of Believer”.
Ia juga menarasikan 2210 hadits yang tidak hanya mengenai kehidupan pribadi
Nabi Muhammad SAW, tapi juga hal-hal seperti warisan, ziarah dll. Beberapa
sumber juga menyebutkan kalau ia juga mempelajari beberapa bidang keilmuan
seperti kedokteran dan kesusastraan. Whoah, mengagumkan sekali sih menurut
saya.
Dari beberapa tulisan yang saya baca, Aisha juga
digambarkan manusiawi seperti pernah cemburu terhadap isteri-isteri nabi yang
lain, mendebat nabi kala ada hal yang tidak sesuai dengan pemikirannya. Kalau
kisah tentang romantismenya dengan Nabi banyak bertebaran dimana-mana. Saya sih
bayanginnya kalau mereka berdua tuh saling cinta banget, dan Nabi Muhammad SAW
sepertinya can’t help fallin in love with
her. Panggilan kesayangan beliau kepada Aisha pun unyu banget : “Aisy”. Kalau mau
belajar menjaga keromantisan rumah tangga, sepertinya kisah Nabi Muhammad-Aisha
ini harus banget dijadikan rujukan *kode ahah.
Ya soalnya ada banyak kisah-kisah yang membumi banget seperti kala
Rasullullah SAW lomba lari sama Aisha, kala menggendong Aisha pas mau nonton
pertunjukan, ataupun hal-hal yang sederhana seperti menyisirkan rambut atau mengoleskan
krim ke tubuh Rasulullah. Dan pada akhirnya pun Rasulullah SAW di akhir
hayatnya saat sakit-sakitan pun meminta ijin pada isteri-isterinya yang lain
untuk dia bisa beristirahat di rumah Aisha, dirawat dan pada akhirnya meninggal
di pangkauan Aisha. Aih, indah banget sih kisah cinta beliau berdua.
Sepeninggal Rasullullah SAW, peran Aisha sangat terasa
terutama sebagai rujukan utama tentang praktik ibadah Nabi, dan banyak
mengungkapkan sunah-sunah Nabi Muhammad SAW. Coba deh baca-baca tulisan yang
menyebutkan praktik-praktik ibadah Nabi Muhammad SAW hampir sebagian besar
dikisahkan oleh Aisha. Kenapa bukan oleh isteri-isteri lainnya coba? Mungkin
inilah keistimewaan Aisha dengan intelektualitas dan memorinya yang
kuat. Salah satu kontribusi
intelektualitasnya yakni menjadikan teks verbal islam menjadi bentuk tertulis
yang menjadi sejarah resmi islam. Beberapa kisah juga menyebutkan peranan
politiknya pada tiga kekhalifahan yakni Abu Bakar, Umar dan Uthman. Ah,
perempuan ini ternyata sangat memikat hati. Dan akhirnya saya pesan buku “Aisha,
the wife, the companion, the scholar” via amazon dan tengah menunggu kedatangan
buku itu di tangan saya. Habis penasaran berat dan pengen tau lebih banyak aja
sih. Nanti kalau bukunya sudah datang dan sudah saya baca, InsyaAllah saya
bagikan reviewnya. Semoga semakin banyak perempuan-perempuan yang terpesona
untuk meneladani keistimewaan perempuan kesayangan Nabi Muhammad SAW, Aisha.
10 October 2015. Glasgow menjelang tengah malam
aisha keren ya, mba. masya Allah. paket komplit karena ceras dan jadi istri idaman :D
BalasHapusheheh iya Ila, semoga kita semua bisa menjadikannya sebagai tauladan baik :)
BalasHapus