Usai sidang viva bersama anggota lab dan examiner |
Akhirnya, perjalanan panjang menempuh studi doktoral ini
usai juga. Memang belum benar-benar usai, karena tetap harus tetap menyelesaikan
revisi walaupun “minor revision” untuk benar-benar officially mendapatkan PhD. Namun kalimat di akhir sidang viva
jumat tanggal 6 November lalu, yang berkata,
“ We are
happy with your thesis and performance on your viva, and we are glad to
announce you that you deserve for PhD”,
Itu sudah membuat saya lega. Akhirnya, PhD!
Jumat lalu, hari yang bersejarah untuk saya. Langit
Glasgow dinaungi hujan semenjak pagi. Setelah semalaman usaha saya untuk tidur
hanya berhasil sedikit, paginya saya bersiap untuk berangkat ke CVR (kampus
saya) untuk menghadapi viva jam 11.30 am. Saat itu rasanya sudah pasrah,
setelah otak sudah dicecar oleh paper, review dan hasil browsing-an mengenai bidang
yang saya teliti untuk mempersiapkan viva. Sebelumnya, saya pun sudah menjalani
3 kali mock viva untuk melatih bagaimana suasana viva dan membantu
mempersiapkan materi. Dua mock viva sebelumnya bisa terlalui dengan lumayan
baik, namun mock viva terakhir dengan 2 mahasiswa post doc (Steph dan Mel)
serta supervisor saya, Alain cukup membuat saya kesulitan. Dan ternyata setelah
selesai real viva, saya akhirnya tahu memang situasi itu sengaja diciptakan
biar si mahasiswa serius dan bersungguh sungguh mempersiapkan viva. Ah,
baiklah..memang setelah itu saya jadi makin serius, setiap hari kerjaannya baca
paper demi mengejar pengetahuan-pengetahuan yang belum saya kuasai.
Ternyata viva voce ini bukan hanya menguji tentang
hal-hal yang dilakukan selama studi, namun juga menguji fondasi dan keluasan
pengetahuan mengenai bidang yang diteliti. Oleh karena itu, mock viva terakhir
sering ditanya tentang current issue dengan cakupan materi yang lebih luas. Nah,
di situlah saya kelabakan. Ketahuan saya kurang membaca paper paper yang lebih “broad”
dan juga materi-materi lain yang berhubungan dengan bidang yang saya teliti.
Beberapa hari menjelang viva, saya fokuskan untuk mengejar hal tersebut. Viva
di UK bersifat sidang tertutup, hanya dihadiri 2 orang examiner (satu external
examiner dan satu internal examiner) dan 1 convenor (semacam pengawas untuk
memastikan semua berjalan dengan fair). External
examiner saya adalah Anna Bella Failloux, ketua department Virologi bagian
Arboviruses and Insect vetors di Institut of Pasteur, Paris, sementara internal
examiner saya Ben Brennan dari University of Glasgow.
Menurut informasi dari teman post doc, yang memegang
kunci penting di viva itu “external examiner”, jadi kita harus menaklukan si
external examiner yang memang biasanya lebih gencar bertanya. Saya sebelumnya
sudah dikasih tips untuk “ngepoin” si external examiner dari Paris itu dengan
membaca semua publikasinya. Dan beberapa hari sebelum viva, saya mencoba
menjejalkan paper-paper si Anna bella ke otak saya. Piuhhh hari-hari menjelang
viva saya rasakan memang saat saat yang berat. Rasanya pressure semakin
meningkat.
Tapi
satu hal yang tak saya duga-duga adalah dukungan dan doa dari banyaaak sekali
pihak yang datang pada saya. Ih, rasanya saya terharu. Banyak sekali yang
mengirimkan japri whataps, bbm, message di inbox facebook untuk menyemangati
dan mendoakan saya. Saya sempet ngerasa “kok mereka sebegitunya”—karena nggak
nyangka banget mendapat perhatian begitu rupa. Pagi menjelang berangkat pun,
beberapa sahabat dan orang orang terdekat mengirimkan pesan semangat dan doa.
Tentu saja memberikan kekuatan untuk saya dalam menghadapi “peperangan”
terakhir dalam studi saya ini.
Di awal jalannya viva, saya masih berharap untuk disodori
pertanyaan “renyah” untuk disantap. Karena katanya beberapa rekan yang sudah melalui
viva dan menurut beberapa website yang menulis persiapan viva, si examiner akan
memberikan pertanyaan awalan yang relatif mudah seperti “ bagaimana awal
terpikirnya ide untuk S3 ini?” dan pertanyaan semacam itu. Tapi ahik, ternyata saya
langsung ditodong pertanyaan sejenis ini,
“ Belakangan
ini muncul serotipe virus baru yakni Dengue-5, apa yang membedakan serotipe ini
dengan serotipe sebelumnya, dan apa implikasinya pada penyebaran penyakit demam
berdarah?” tanya si Anna bella.
Phew, langsung ditodong pertanyaan yang bikin mikir. Dan
setiap jawaban, dicecar terus merembet ke pertanyaan berikutnya.
Apa kira-kira implikasinya pada perkembangan vaksin
dengue? Sampai mana yang kamu ketahui tentang pembuatan vaksin dengue ?
Ada di thesis saya? Enggak. Menyangkut apa yang saya
kerjakan? Enggak. Bahkan merembet ke pertanyaan penyakit tular vektor secara
umum. Memang sepertinya yang dibilang rekan post doc di lab, si penguji akan
menguji sama mana limit pengetahuan kamu mengenai bidang yang kamu teliti. Dan
saya pun berupaya untuk menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan dengan
sebaik yang saya bisa. Beberapa pertanyaan yang sama sekali nggak pernah saya
baca dan nggak tahu informasinya, saya jawab terus terang tidak tahu. Dan pernyataan
untuk sesi Introduction-pun menghabiskan waktu selama 2 jam. Bisa bayangin
dicecar pertanyaan selama 2 jam? Itu baru introduction (awalan).
“Ayo
siwi, ini terakhir kalinya, kamu harus bisa lewati ini,” itu sih yang saya
hembus hembuskan ke pikiran agar tetap fokus, tetap semangat menjawab setiap
pertanyaan yang dilontarkan.
Setelah 2 jam-an, ada break
makan siang. Dan tentu saja makan siang ala sini berupa sandwich dan buah.
Biasanya saya males makan sandwich, tapi saat itu saya makan karena sadar saya
butuh energi untuk melanjutkan perjuangan,
“ Ayo
silahkan makan, kita akan stay sampai jam 6 lho,” kata Anna bella bercanda.
Beh, sampai jam 6? Tepaaar seteparnya dong.
Masalahnya tidak ada limit maksimal sampai berapa jam
viva berlangsung, jadi sampai si examiner benar benar yakin telah menguji si
kandidat doktor dengan menyeluruh. Itu yang bikin mules hahah. Untungnya kedua
examiner tidak tergolong penguji yang “menyeramkan”, artinya bukan tipikal
orang yang bertanya dengan nada intimidatif. Kalau galak-galak, bisa bubrah
otak saya jadi kempes nggak bisa mikir heheh. Saat break makan siang, suasana
terasa lebih santai, ngobrolnya juga informal. Saya juga merasa agak sedikit
lega, karena setidaknya sampai break makan siang saya bisa menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Walaupun ada beberapa pertanyaan nggak
setelah dicecar ujungnya, saya nggak begitu mengetahui secara mendetail. Tapi
feeling saya mengatakan masih wajar.
“ Si
penguji itu bakal menguji sampai limit mana pengetahuan kamu, kalau kamu nggak
tahu bilang aja jujur nggak tau. Kan memang nggak mungkin tahu semua hal kan,”
begitu sih wejangan Mel dan Steph, dua orang post doc yang ditugasi supervisor
untuk membantu saya selama studi memang sangat baik dan helpfull.
Setelah break makan siang, viva dilanjutkan kembali dan
alhamdulillah suasananya sudah lebih santai. Ternyata juga dari bab ke bab
tidak terlalu mendetail ditanya, nampaknya mereka puas dengan apa yang telah
ditulis dan jawaban-jawaban yang diberikan. Kekhawatiran saya akan bab yang
tidak begitu saya kuasai karena menyangkut Mathematic modelling, serta bab terakhir
tentang RNA interference ternyata juga bisa dijawab dengan mulus. Saya
bela-belain PP ke Edinburgh demi konsultasi bab modelling ke Thibaud,
kolaborator saya itu. Untungnya semua yang bekerjasama baik-baik semua, mau menyediakan
waktunya untuk memberikan konsultasi persiapan viva saya.
Dan akhirnya setelah 3,5 jam viva, kedua examiner selesai
dengan pengujiannya, kemudian Convenor mempersilahkan saya keluar, dan akan
dipanggil kembali saat sudah ada keputusan. Dan begitu saya keluar, ternyata
Alain, supervisor saya sudah menunggu di depan ruangan. Mukanya cemas hihih,
“ How is
it going? Bla bla blaa...
Saya sih bilang baik-baik saja dan kayaknya lumayan bisa
menjawab pertanyaan. Kemudian berangsur muka cemas di wajah supervisor saya
untuk berubah lega. Sekitar 5-10 menitan saya dipanggil kembali ke ruangan. Dan
diumumnya bahwa penguji happy dengan thesis dan performa saya di ujian sidang
viva ini, dan berhak menyandang gelar PhD, ahaaaay!! Done! Batin saya.
Usai viva, saya disambut dengan perayaan sederhana oleh
anggota lab. Senang sekali dengan sambutan mereka yang meriah. Saya memang
tidak begitu dekat dengan mereka semua, namun selama ini hubungan dengan mereka
baik-baik saja. Alain, memberikan speech sebentar kemudian saya juga
mengucapkan terimakasih atas bantuan mereka semua. Kedua examiner juga
bergabung dalam perayaan sederhana tersebut. Di sela-selanya saya menyempatkan
diri untuk menelpon si cinta untuk mengabari kelulusan saya dan memberitahu
keluarga.
Dekorasi buatan teman-teman lab |
Bunga dan ucapan selamat dari teman-teman lab |
Rasanya lega banget.
Kalau soal gelar doktor (PhD) yang sudah tersemat sih saya masih merasa
biasa-biasa saja. Malah jadi pengen lebih banyak belajar lagi dan ingin segera
bisa memberikan manfaat dari sedikit ilmu yang saya punya. Banyak hutang-hutang
pengabdian yang harus saya bayar pada negara dan sesama.
Di akhir perjalanan studi ini, saya ingin mengucapkan
terimakasih pada banyak sekali pihak. Saya menyadari bahwa penelitian dan studi
saya melibatkan banyak sekali orang, pihak yang membantu penyelesaian studi
saya. Dan juga banyak orang yang memberikan support dan doa luar biasa yang
telah memberikan kekuatan untuk bisa menyelesaikan perjalanan yang tidak mudah
ini. PhD is not a joke! Banyak masa masa sulit, stress, tantangan dan kesulitan
tapi juga banyak sekali pembelajaran dan warna warna indah di sepanjang jalan.
Saya akui, ini jenjang pendidikan yang paling sulit saya selesaikan,
dibandingkan jenjang pendidikan sebelumnya. Saya benar benar merasakan
struggle-nya menghadapi masa-masa PhD ini.
Menyelesaikan perjalanan panjang ini rasanya sangat luar biasa.
Akhir perjalanan adalah saat untuk memulai menapaki
perjalanan selanjutnya. Mari!
Glasgow, di penghujung musim gugur.
Selamat mba.. Mantappp...
BalasHapusOmedetou gozaimas... ^_^ sukses selalu yaa... :D
BalasHapusalhamdulillah, akhirnya lulus. selamat, ya :)
BalasHapusTerimakasih yaaaa @Ery Sadewa; @Alfaridzy Al Jawi; @Arian Sahidi..:)
BalasHapus