Di depan Amsterdam Central |
Entah mengapa tiba-tiba ingin menuliskan tentang hal ini
di awal tahun. Usai kepulangan dari Belanda, terlintas pikiran tadi. Banyak
orang yang menganggap kalau melihat orang jalan-jalan pasti dikiranya berarti
banyak duit? Logikanya mungkin begini : “
ya kalau enggak banyak duit, nggak mungkin bisa jalan-jalan kan?”
Maksud jalan-jalan di sini ya jalan-jalan jauh, ke luar
kota atau ke luar negeri yang notabenenya membutuhkan ongkos yang lumayan. Tapi
benar nggak sih anggapan tersebut? Well, mungkin ada yang benar, ada yang
enggak.
Untuk kasus saya misalnya, bisa jalan-jalan bukan berarti
saya lagi banyak duit lho. Tapi memang diniatkan untuk jalan, ataupun
mengupayakan untuk jalan-jalan. Artinya, memang dicukup-cukupkan. Karena saya
merasa memang “butuh” untuk jalan-jalan, biar enggak kurang piknik yang
berujung bosan, jenuh dan sebagainya.
Intinya sih bagaimana kita meniatkan dan mengupayakan.
Soalnya walaupun sedang ada uang lebihan kalau nggak berniat dialokasikan untuk
jalan-jalan, ya pada akhirnya enggak jalan-jalan kok. Jadi bukan berarti
jalan-jalan itu punya banyak lebihan anggaran lho ya. Misalnya saja perjalanan
saya ke Belanda kemarin, budjetnya tipiisss banget, soalnya kan sudah nggak
beasiswa lagi. Tapi memang saya niatkan dan upayakan untuk ke sana, alasan
utamanya sih untuk bertemu Nuning, sahabat baik saya yang dulu kita sama-sama
bermimpi untuk bertemu di eropa. Berhubung saya sudah mau pulang for good,
sedangkan dia baru saja memulai PhD-nya di Belanda. Jadi saya ingin
mengupayakan untuk bertemu sebelum saya pulang ke tanah air. Kebetulan kan saya
pemegang paspor biru, sehingga bebas visa ke belanda, at least bisa menghemat
energi dan biaya untuk ngurus visa.
Namun waktu itu ketika hunting tiket ternyata harganya
sudah melonjak karena pas dengan libur natal. Tiket pesawat sudah gila-gilaan
hiks. Ya soalnya dia free-nya kan pas libur, jadi memang waktunya nggak bisa
ditawar. Sempat memutuskan untuk naik bis saja dari Glasgow ke Amsterdam, yang
return ticket-nya seharga 60 GBP. Tapi waktu tempuhnya itu seharian ahaha,
kebayang pegelnya di perjalanan. Bagaimana lagi, saat itu saya melihat sebagai
opsi paling memungkinkan untuk bisa ke sana dengan budjet yang super minimalis.
Biasanya untuk pesawat Glasgow-Amsterdam saat bukan peak season, bisa hanya
seharga 40-50an return tergantung pinter-pinternya saja kita hunting tiket.
Sedangkan saat itu tiket pesawat sudah 150an lebih haiks. Tapi pas iseng-iseng
hunting-hunting tiket lagi, ada opsi tiket yang lumayan terjangkau, tapi
tanggalnya harus sesuai dengan penawaran mereka. Akhirnya saya membeli tiket
seharga 105.88 GBP untuk return Glasgow-Amsterdam. Ini opsi dengan harga paling
rasional di kantong saya. Ya selisihnya sekitar 40 euro dibanding naik bis,
tapi daripada menghabiskan perjalanan sekitar 24 jam di bis akhirnya saya lebih
memilih naik pesawat.
Dan begitulah,
saat jalan-jalan di Belanda saya juga meminimalkan pengeluaran. Beli oleh-oleh
sekedarnya, apalagi tiket saya memang tidak pakai bagasi (hiks 105 GBP itupun
tanpa bagasi coba, cuma bisa 12 kg hand luggage). Jadi, kalau handai taulan,
saudara, atau entah siapa minta oleh-oleh atau belian apalah itulah..ya begitu
deh ahaha. Saya pernah membaca artikel tentang “Jangan biasakan meminta
oleh-oleh pada teman yang bepergian”, eheh dan memang bener banget seperti itu
kondisinya. Bisa karena memang budjetnya tipis, repot nyarinya, minimnya
ketersediaan tempat dll. Saat ngobrol dengan teman pun dia punya pengalaman dan
pandangan yang serupa.
“ Iya
mbak, dulu pas pulang ke indo, dikomentari “ mbok ya oleh-oleh kaos
gitu--*mosok cuma gantungan kunci*-nya nggak keucap mungkin hihi.” Ungkap teman
saya itu.
Haha saya tertawa dengarnya. Tau nggak sih, berapa harga
kaos minimal di UK atau eropa? Paliiiiiing murah biasanya 10 GBP itupun yang
biasa banget bahan dan desainnya. Kalau mau yang “sedang” itu sekitar 20 GBP-an
(sekitar 420 rupiah). Ya kalau belinya cuma satu masih oke-lah, tapi kebayang
kan kalau kita pulang yang nanya “oleh-olehnya mana” itu berapa? hihih..
Kalau saya sih pada akhirnya realistis, saya biasanya
membelikan oleh-oleh untuk orang-orang yang memang menjadi list saya *yang
malah biasanya tuh nggak pernah minta beliin oleh-oleh ehehe. “Oleh-olehnya, kamu
pulang sehat selamat aja” *halaaaah lumer. Tentu saja tetap dengan perkecualian
tertentu, kadang saya masih carikan titipan oleh-oleh atau barang tertentu
kalau misalnya memang memungkinkan.
Gitu sih, jadi apa sih inti postingan ini? Hahah. Intinya
jalan-jalan itu selalu memungkinkan untuk diwujudkan kalau memang diniatkan
ataupun diupayakan. Eits, tapi jangan lupa juga selalu pertimbangkan
keuanganmu agar tetap “aman”. Karena kita juga punya kebutuhan dan rencana
rencana lain yang harus dipertimbangkan.
“Nggak
papa lah enggak Euro trip, tapi kan pulang sudah ada rumah,” begitu ujar si
sebelah ketika saya bilang sampai mau pulang ternyata belum terwujud juga bisa
Euro Trip jelajah eropa.
Iya sih bener banget, kita sendiri yang tahu prioritas dalam
hidup kita. Tapi, disempatkan jalan-jalan ya *tetep. Semoga tahun ini, bisa
kembali bepergian ke tempat-tempat baru yang bisa membawa kebaruan-kebaruan pemikiran
dan pengalaman.
Bener banget Mbak. Satu-satunya alesan kenapa orang bilang kalo jalan-jalan itu berarti banyak uang karena mereka kurang jalan-jalan =(
BalasHapusAlhamdulillah kalo saya dibiayai negara yang mengundang
BalasHapus@Yosfiqar Igbal : ahaha "karena mereka kurang jalan-jalan"--couldn't agree more :)
BalasHapus@Bang Day : Wah, nah iniii lebih mantep kalau dibayari