Apa sih yang diinginkan manusia ini? Udah nyaman-nyaman trus
disuruh berubah, katanya “kamu nggak akan
berkembang atau sukses kalau terus berada dalam zona nyamanmu!”
Sering denger kalimat begitu kan?
Saya juga salah satu yang menganggukkan kepala dan
mengaplikasikan kalimat tersebut dalam hidup saya. Terbukti lumayan manjur untuk
tetap melekatkan semangat di dalam diri kala kesulitan dan hambatan datang
menghadang saat perubahan-perubahan di saat keluar dari zona nyaman terjadi.
Berani memutuskan untuk keluar dari zona nyaman memang
“nggak nyaman” karena perubahan awalnya memang membawa serta efek bawaan yang
seringkali tidak menyenangkan.
Gede Prama memutuskan untuk berhenti dari kursi tertinggi
dunia korporasi di usia yang masih relatif muda dan memutuskan kembali ke Bali,
mengajar dan menulis buku-buku tentang spiritual. Fadh Dijbran, memilih untuk
berhenti jadi PNS sebuah lembaga pemerintahan dan kemudian fokus menjadi
seorang penulis dan founder inspirasi.co.
Rene Suhardono, berhenti dari bankir kemudian menjadi
seorang career coach. Itu beberapa contoh orang-orang yang sukses dengan
memutuskan untuk mengikuti passionnya, dan keputusan mereka tersebut tentu saja
awalnya pasti harus melewati “keluar dari zona nyaman”.
Contoh kecilnya bisa jadi seperti memutuskan untuk
melanjutkan studi S3, memulai berbisnis sendiri, mengambil pekerjaan baru dll.
Semuanya butuh keberanian.
Lalu apa sih yang sebenarnya dicari? Sejatinya kan
manusia itu secara naluriah menginginkan kenyamanan. Lalu kenapa harus
repot-repot “keluar dari zona nyaman” sih?
Saya pernah membaca sebuah cerita tentang seorang lelaki
nelayan, yang hanya bergi berlayar dan menangkap ikan untuk kebutuhan
keluarganya hari ini dan esok. Suatu saat seorang asing datang ke pulau itu dan
bertanya :
“ Kenapa kau tidak berlayar dan menangkap ikan lebih banyak lagi? Kau bisa menggunakan
alat yang lebih baik agar hasil tangkapanmu lebih banyak,” kata si orang asing
tadi.
“ Lalu
kalau hasil tangkapanku lebih banyak kenapa? Tangkapanku sehari-hari sudah
cukup, dan aku punya banyak waktu luang untuk bersantai. ” tanya si nelayan.
“ Kau
bisa memperbaiki rumahmu, kau bisa menyekolahkan anak-anakmu. Mungkin kamu bisa
memperkerjakan orang-orang, atau membangun sesuatu untuk masyarakat desamu.”
Jelas si orang asing tadi.
“ Lalu
setelah semua itu?” si nelayan terus bertanya.
“ Lalu
kau bisa menikmati masa tuamu dengan lebih banyak waktu luang untuk
beristirahat dengan nyaman,” tambah si orang asing tadi.
“
Bukankah tanpa harus melakukan semua itu aku sudah mendapatkannya sekarang?”
kata si nelayan.
Begitu sih inti ceritanya, saya lupa membaca dimana.
Waktu saya membaca cerita itu pertama kali saya manggut-manggut, humm benar
juga ya kata si nelayan tadi. Toh nggak usah repot-repot, dia sudah mendapatkan
apa yang dikatakan orang asing tadi.
Tapi beberapa saat lalu saya berpikir, ada sesuatu yang kurang
pas di sini. Mungkin dengan tetap di zona nyamannya, si nelayan masih akan
tetap bisa memenuhi kebutuhan makan dirinya dan keluarganya dan tetap mempunyai
banyak waktu luang untuk bersantai santai dan beristirahat.
Tapi si nelayan itu tidak pernah berkembang. Padahal dia
punya kesempatan untuk memperbaiki kualitas hidupnya bahkan memungkinkan untuk
berbuat banyak untuk komunitasnya.
Itu sih yang saya pikirkan mengenai cerita di atas tadi.
Si nelayan itu enggan keluar dari zona nyamannya dan tidak bisa berkembang.
Dari situlah saya jadi agak mengerti untuk apa sih manusia
harus repot-repot keluar dari zona nyamannya? Udah nyaman-nyaman, kok harus
berubah.
Kita harus memperluas zona nyaman kita. Mungkin begini
alurnya.
Pertama kita memutuskan sesuatu yang mengharusnya kita
keluar dari zona nyaman. Lalu terjadilah masa transisi, kebaruan-kebaruan yang
kadang tidak menyenangkan, ketidaktahuan dan ketidakpastian akan masa depan,
stress, dan segala macam bawaan dari perubahan itu biasanya akan terjadi.
Lalu kemudian kita akan beradaptasi untuk menghadapi
kondisi-kondisi tersebut di atas, lalu pelan-pelan kita mulai “merasa nyaman”.
Kemudian siklus itu akan berulang kembali. Tapi apa yang membedakan antara si
nelayan tadi dengan orang yang mau keluar dari zona nyamannya?
Orang yang berani keluar dari zona nyamannya akan
bertumbuh, berkembang. Zona nyamannya meluas, terus meluas, seiring dengan
perkembangan laju hidupnya.
Ah itulah, mari terus berani memperluas zona nyaman kita.
Jangan pernah putus urat perjuangan kita, tapi nikmati setiap lajunya dengan
selebrasi-selebrasi penuh bahagia.
Salam bahagia.
0 Comments: