London, Akhir Agustus 2019
Akhirnya saya menemukan koper besar saya setelah sekian lama
menanti di tempat pengambilan koper Etihad di Bandara Heathrow, London. Hati
saya rada deg-degan selama di pesawat, mikirin gimana nanti ke Flat Mita,
sahabat saya dimana saya akan tinggal selama 2 hari di London. Biasanya saya
selalu memesan tiket langsung ke Glasgow ketika mau “mudik”. Tapi kali ini saya
memutuskan untuk memesan tiket ke London, alasan utamanya pasti karena harga
tiket PP Jakarta-London lebih murah dibandingkan saya langsung PP
Jakarta-Glasgow. Memang perjalanan ini ada sebagian yang menggunakan dana riset
saya, karena ada tujuan akademik yang berhubungan dengan riset yakni presentasi
di IMAV (International Meeting on Arbovirus) di Glasgow. Tapi saya
juga modus memanfaatkan momen itu untuk mengambil cuti selama 2 minggu untuk
“kembali” ke UK dan berencana untuk jalan-jalan di beberapa kota. Dan tentunya,
ya merogoh kocek sendiri dong dari tabungan. Makanya tetep berhemat termasuk
juga untuk tiket pesawatnya. Kedua, saya juga berencana untuk ke Birmingham,
ketemu dengan sahabat saya mbak Isnia yang juga ikut konferensi di sana. Jadi
okelah ya rute-nya dari London ke Birmingham, baru ke Glasgow.
Masalahnya, saya belum pernah ke London sendirian hihi. Kalau
terbang pulang pergi ke Glasgow ya sering selama studi dulu, dan Glasgow itu
rasanya sudah seperti rumah. Sudah terbiasa sesampainya bandara Glasgow yang
kecil dan tidak terlalu ramai tinggal naik taksi atau ngebis. Sudah familiar
dengan tempat dan rute-rutenya. Tapi London? Ish…hati saya agak-agak ciut.
“Aku
selalu males lewat London, ngantri keluar bandaranya panjang banget. Ribet pula,”
kata salah satu sahabat saya. Hummm okee..dududu
Dan bener juga sih, karena Heathrow itu bandaranya gede banget
jadi memang harus sabar mengantri. Di imigrasi sih mulus-mulus saja, mungkin
karena visa saya tipe yang business (academic) ya jadi nggak
ditanya macem-macem. Begitu keluar, yang pertama kali saya lakukan itu beli
paket data, ganti nomer UK sementara. Soalnya saya butuh banget akses internet
untuk cari informasi gimana menuju flatnya Mitha. Memang sih udah
diancer-ancerin, naik subway ini, pindah ke jalur itu..habis itu jalan kaki.
Awalnya membayangkan udah bikin hati ketar ketir. Karena saya itu nyasaran,
trus..tau dong jalur subway-nya London..hadeww runyam. Kalau di Glasgow itu
cuman lingkaran doang jalurnya, kalau London mah ampun.Tapi bagaimanapun saya
harus mengumpulkan tekad, lha mau gimana lagi?
Begitu saya ganti kartu, minta tolong diaktifkan, dan tersambung
ke internet kemudian whatapps aktif, hati saya agak lega. Saya kirimkan pesan
ke Mitha kalau saya sudah sampai di Heathrow dan hendak mencari jalan menuju
flatnya. Saya pun mengirimkan pesan-pesan pada keluarga dan orang terdekat
kalau saya sudah sampai dengan selamat. Saya jadi kepikir sih, orang tua saya
(yang sekarang tinggal ibu) tuh ajaib sih. Hampir nggak pernah lho cemas
nanya-nanya…nanti kamu gimana? Naik apa…bla bla blaa..enggak!
Yang penting saya komunikasikan saya mau kemana, dimana, dan
selalu kasih kabar via whataps ataupun telpon or videocall. Udah.
Saya bersyukur untuk itu sih..
Dengan bertanya ke
petugas, saya mencari jalur dari di Bandara Heathrow yang ke arah akses
subway/underground dan harus turun naik. Walaupun ada tangga berjalan, tetep
aja ya koper segede gaban dan tas punggung bikin tarik nafas panjang-panjang.
Tapi ternyata London memberi sambutan hangat, ketika saya tengah kerepotan
dengan koper saya ketika di tangga. Dengan serta merta lho, ada orang yang
bantu ngangkatin. Saya cuma bengong, dengan gesture bilang “Udah
nggak usah, itu berat”. Tapi dianya selow-selow aja dan bilang “ no problem”
sambil senyum.
Hati rasanya menghangat
dong kalau dapat kebaikan-kebaikan dari orang nggak kenal kayak gitu. Ya karena
orang membantu tanpa syarat, tanpa pretensi apa apa. Dia bantu ya karena pengen
bantu aja. Dan ternyata itu terasa banget bikin hati hangat. Dan mungkin juga
karena tadinya saya nggak berharap banyak. Sejak dulu sebenarnya dari dulu saya
nggak terlalu suka London. Ke London itu mirip rasanya kalau saya ke Jakarta,
pengen cepet-cepet balik hihi. Apa yaa…kesan saya London itu kaku, dingin,
orang orangnya sibuk nggak ramah. Eh tapi agenda mudik kali ini disambut dengan
ramah.
Setelah men-top up kartu Oyster yang masih saya
simpen, saya kemudian naik subway sesuai jalur yang sudah disebutkan Mitha.
Seingat saya, harus sekali pindah jalur kemudian dari stasiun terdekat dengan
flat Mitha harus jalan kaki. Dan Alhamdulillah dong, saya nggak nyasar dan
nggak seserem yang saya bayangkan sebelumnya. Dari stasiun (lupa dong apa
namanya haha)- saya jalan kaki ke arah flat Mitha. Saya pakai google map jadi
lumayan banget menolong untuk sampai ke flat Mitha. Walaupun lumayan juga ya,
geret geret koper dan tas punggung…setelah perjalanan dari Purwokerto-Jakarta;
Jakarta-Abu Dhabi, dan Abu Dhabi-London. Rasanya badan udah campur aduklah
haha..tapi pemandangan di kanan kiri kembali membuat saya mengenang
nostalgia.
Ada Tesco di pinggir jalan, lalu bis-bis berwarna merah khas
London yang membuat saya seperti disambut kembali ke tanah Inggris Raya. Udara
akhir bulan Agustus juga belum terlalu dingin, dan memang London tidak sedingin
Glasgow. Membuat jalan kaki dari stasiun ke arah Flat Mita yang sekitar 20
menitan itu terasa nyaman. Kali ini Mitha tinggal di Zona 1, dulu banget pas
saya mengunjunginya Tahun 2017 awal, dia masih tinggal di Zona 3 yang daerahnya
agak kurang nyaman. Kali ini daerahnya terasa nyaman banget, dan akhirnya saya
sampai dong di Flat Mitha dengan lancar selamat. Berasa prestasi gitu hahah..
Saya tiba di Flat Mitha
dan rasanya udah pengen mandiiiiii. Sambil cerita ke sana kemari, dia menawari
makan. Ada ayam goreng dan sayur, tentu menu yang istimewa di London. Saya
bersyukur bisa punya tempat untuk numpang tinggal dan akan menemani saya jalan
jalan selama di London. Thank you, Mitha!
Dari sepenggal cerita ringan ini, saya belajar sih bahwa berbuat baik
dengan tulus itu akan terasa lho di hati orang lain. Dan kebaikan itu ternyata
bahasa universal yang mampu menyentuh hati semua orang.***
-Cerita
perjalanan saya ke UK Agustus-September 2019 lalu yang belum sempat tertulis-
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus